Page 2 [Rasa Kesal]

309 54 2
                                    

  "EDEN!"

  Di kediaman Duke Lindswell saat ini sedang terjadi keributan kecil. Semua itu di sebabkan oleh Jeremy yang sejak tadi berteriak-teriak memanggil nama nona muda dari kediaman tersebut. Para pelayan yang melihatnya hanya bisa diam, mereka tak berani menegur Jeremy karena mereka tahu derajat serta seberapa ganasnya pemuda bersurai reven itu.

  Ini adalah hari kepulangan Jeremy ke kaisarannya setelah dua bulan penuh menghabiskan waktu di Gordonia. Dia tak langsung pulang ke kediaman Agriche melainkan mendatangi kediaman temannya. Jeremy datang kesana karena dia sedang merasa kesal.

  "Kau buat masalah apa lagi dasar bocah badung?!"

   Seorang gadis dengan piyama putih melekat di tubuhnya datang sambil menenteng kemoceng. Rambutnya yang berwarna putih terlihat berkibar saat dirinya berlari menuju Jeremy.

   "Buatkan aku teh cepat!" Jeremy langsung menyuruh Gadis itu.

  Eden Bellein Lindswell, satu-satunya nona di kediaman Duke Lindswell itu melotot ketika mendengar perintah dari Jeremy. Dia tak habis pikir dengan remaja di depannya ini yang datang-datang mencari keributan lalu menyuruh dirinya melakukan sesuatu seenak jidatnya.

  "Ogah!" Tolak Eden langsung.

  "Kau mau mati?" Mata Jeremy menyorot Eden tajam.

  "Harusnya itu pertanyaan ku sialan! Kau datang kemari tanpa sopan santun seperti itu lalu seenaknya menyuruh ku, Hello ... Kau siapa memang?" Eden berkacak pinggang kita mengatakan itu.

  Jeremy sendiri tak membalas perkataan Eden, namun remaja laki-laki itu malah menarik pedang yang terpasang di pinggang kirinya,lalu Setelahnya berujar dengan senyum miring tersungging di sudut bibirnya, "Sepertinya dia haus"

   Eden bergidik ngeri ketika melihat pedang panjang milik Jeremy, gadis itu tahu jika Jeremy seorang bangsawan yang hidup dalam lingkup keluarga pembunuh, fakta tersebut sebenarnya tak membuat dirinya merasa takut akan hal itu, namun jika Jeremy sampai menarik pedangnya di hadapannya tentu saja dia akan merasa takut. Eden ini masih berumur 15 tahun, dia belum melakukan upacara kedewasaan, dia juga belum memiliki kekasih, mana mau dia mati muda.

  "B*ng**t!" Dengan penuh rasa kesal Eden berjalan menuju dapur.

  "Harus kau yang buat, jika aku tahu itu orang lain, awas saja" peringat Jeremy yang kemudian dibalas oleh Eden dengan melempar kemoceng yang tadi dia bawa, dan tentunya Jeremy menghindari lemparan tersebut, dia mana sudi wajah tampan nya kena getok oleh kemoceng kotor milik Eden.

  Jeremy kemudian berjalan menuju ke ruang tengah dimana biasanya jika dia berkunjung di kediaman ini dia akan menghabiskan waktu di sana. Dia duduk di salah satu Sofa, wajahnya yang terlihat kusut menatap malas kearah lukisan seorang Pria berambut putih yang tergantung di dinding tak jauh dari letak tempat dirinya duduk.

  Itu adalah lukisan Edwin, ayahnya Eden. Dia sudah tiada semenjak Eden di lahirkan, dan seingat Jeremy dia tiada karena terlibat konflik antara Pedelian dan Agriche. Jelas ayahnya Eden ikut terlibat mengingat keluarga Eden masih memiliki hubungan darah dengan keluarga Padelian.

   "Ck" Jeremy berdecak, dia tak suka dengan figur Edwin. Alasannya mungkin karena pria itu mati sebelum Eden bisa melihatnya, Jeremy hanya merasa kasihan pada Eden dan Nyonya Leona.

  "Gak usah di lihat kalau gak suka, gitu aja repot" Eden datang sambil membawa secangkir teh di tangannya, dia berjalan mendekati Jeremy lalu setelah nya menaruh teh itu di atas mejad dengan cukup kasar, "Nih Tehnya"

  "Kau ini seorang nona muda tapi kasar" Cibir Jeremy.

  Alis Eden menukik tajam mendengar itu, "Ngaca bos, Kau juga tuan muda tapi kelakuan mu gak kayak tuan muda!"

Jeannette: Jeremy's ViewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang