Page 5 [Rayuan kecil]

123 24 4
                                    

   Sudah berapa hari berlalu setelah Jeremy bertemu dengan Zenith? Atau malah ini sudah lewat dari sebulan? Entahlah Jeremy tidak tahu. Yang dia lakukan sekarang hanya menempel pada Zenith setiap waktu. Tak sedetikpun Jeremy melepaskan Zenith sejak saat itu, bahkan ketika Ayah Zenith menolak keras kehadirannya, Jeremy hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Jeremy selalu mencuri waktu sebanyak mungkin untuk tetap bersama dengan Zenith, bahkan ketika pujaan hatinya itu tidur di malam hari.

   Seperti ciri khasnya, Jeremy yang agresif tentunya selalu tidur bersama Zenith setiap malam meskipun Zenith melarangnya kalau dia tidak boleh tidur bersama dengan gadis itu.Jeremy yang mempunyai sejuta sifat serakah nya tentu akan datang ke kamar Zenith secara diam-diam setelah gadisnya itu tidur, disana dia akan bebas memeluk Zenith sepuasnya dan juga tidur bersama dengan nya.

   Gila memang, tapi siapa peduli? Zenith sendiri selama ini tidak merasa risih akan Jeremy yang Terus menempel padanya. Entah apa yang membuat gadis itu bisa menahannya Sampai saat itu, tapi yang jelas Jeremy sendiri tahu kalau Zenith juga mulai menyukai nya. Ini bagus, lagi pula Zenith adalah miliknya.

   "Tuan?"

   Jeremy yang sedang tiduran di paha Zenith seketika mendongak keatas ketika di panggil. Senyum manis lagi-lagi dia suguhkan ketika melihat pujaan hatinya sedang menatapnya.

   "Ya?"

   Jeremy bisa melihat ekspresi wajah Zenith terlihat bingung ketika memikirkan sesuatu sebelum di ucapkan padanya. Seperti biasa, apapun bentuk ekspresi yang Zenith buat, Jeremy selalu menyukainya.

   "Selama ini Tuan ada disini, apa keluarga anda tidak mencemaskan anda?" Tanya Zenith.

   "Kau mencemaskan itu? Jangan khawatir, mereka tidak serepot itu untuk memikirkan ku" ujar Jeremy.

   "Apa maksud tuan?" -Zenith mengerutkan keningnya seolah-olah tidak setuju dengan yang dikatakan Jeremy-"Bagaimana anda bisa mengatakan itu? Keluarga anda pasti mencemaskan anda!"

   Kekehan ringan keluar ketika Jeremy mendengar itu, " Tidak, percayalah padaku"

   "Tuan itu tidak bisa dipercaya" Zenith menghela nafas.

   "Kenapa?"

   "Tuan sering berbohong padaku, seperti kata anda yang tidak akan tidur bersama saya tapi nyatanya setiap malam anda tidur dengan saya. Untung Ayah tidak tahu" Zenith mengomel kecil.

   Jeremy yang mendengar itu seketika tersenyum jahil. Dia kemudian bangkit dari tidurannya, lalu bergerak mencondongkan tubuhnya kehadapan Zenith sambil menatap lekat iris hijaunya yang sangat cerah seperti daun segar.

   "Heh... Ternyata nona mengetahuinya" smirik kecil timbul di sudut bibir Jeremy dan itu membuat Zenith lagi-lagi merasa malu.

   Jeremy selalu suka menggoda Zenith setiap saat. Hal itu benar-benar membuat Zenith kuwalahan menghadapi nya. Zenith masih seorang gadis normal yang bisa meleleh setiap saat ketika diperlakukan sangat manis oleh seorang pria, apalagi jika parasnya tampan. Pengakuan Jeremy tentang dia yang telah jatuh cinta pada Zenith saja sudah membuat Zenith terlalu terbawa perasaan. Apalagi sikap manisannya akhir-akhir ini. Dimulai dari permintaan sepihak Jeremy untuk ikut tinggal bersama di rumah pengasingannya, kalimat-kalimat pendek yang mampu membuat Wajah Zenith merona, hingga kontak fisik kecil yang bisa membuat jantung Zenith ingin melompat keluar dari tempatnya. Jeremy itu adalah sosok pria yang menurut Zenith terlalu baik.

   Entah takdir macam apa yang dimiliki Zenith sampai bisa membuat tuan muda dari kekaisaran lain itu terpincut oleh nya. Padahal Izekiel yang selama ini selalu bersamanya sejak kecil saja menolak perasaan Zenith. Apakah dimata Jeremy, dia itu orang yang sesepesial itu?

Jeannette: Jeremy's ViewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang