Ini chapter 05

204 7 0
                                    

"Katamu jangan pikir berlebihan, tapi buktinya apa? Ajeng sekarang malah pulang bareng si anak baru itu, padahal seumur-umur, Ajeng gak pernah mau kuantar pulang."

Meringis Milka dibuatnya, pemikirannya ia akui salah terhadap hubungan Ajeng dan Alan setelah melihat dua anak manusia itu pulang bersama beberapa detik yang lalu. Tapi bukan Milka namanya apabila dia mau memperlihatkan atau mengakui bahwa dirinya salah, dia mulai mencari alasan lain untuk menjelaskan alasan terkait Ajeng dan Alan yang pulang bersama sekaligus menenangkan sang kakak yang pasti dibuat sangat cemburu karenanya.

"Ya ampun, jangan berlebihan bang. Mungkin arah rumah Alan searah sama Ajeng jadi mereka pulang bareng. Kan abang tahu sendiri arah rumah kita sama Ajeng beda jadi ya… Ajeng pastilah gak mau bikin kita berdua kesusahan."

Jawaban yang sempurna, Milka bersorak dalam hati. Tapi hanya beberapa detik karena kemudian Mika kembali menamparnya dengan kata-kata.

"Harusnya kalau begitu selama ini kamu sama Ajeng gak pernah pulang bareng dong kalau Ajeng lagi gak bawa sepedanya kayak hari ini. Tapi nyatanya… sebelum sama Alan itu… kalian selalu pulang bareng," begitu kata Mika. Cemburu dan jengkel yang bercampur menjadi satu membuat ubun-ubun Mika serasa begitu panas. Dia melangkah pergi tanpa memperdulikan Milka yang memanggil manggil namanya. Mika ingin segera pulang dan menenangkan dirinya atau dia akan berteriak dengan kencang di koridor sekolah ini dan semua orang akan takut padanya.

Selama mengenal Ajeng sejak di taman kanak-kanak, Milka selalu berusaha bersikap baik kepada Ajeng termasuk mengajak Ajeng untuk pulang bersama tanpa memikirkan bahwa arah rumahnya dengan Ajeng dari sekolah berbeda. Semua itu karena apa? Karena Mika menyukai Ajeng. Teramat sangat menyukainya, namun dia tidak punya keberanian untuk mengungkapkannya sehingga memperlihatkan rasa sukanya terhadap Ajeng dengan memperlakukannya dengan sangat baik.

Tapi apa hasilnya? Ajeng tidak mengerti. Dia juga selalu menolak kebaikan yang Mika tawarkan padanya. Tawaran pulang bersama tak pernah diterimanya dengan alasan, tidak enak di lihat tetangga nantinya karena mereka kan berbeda jenis kelamin, nanti timbul salah paham. Namun sekarang dia malah pulang bersama Alan yang notabenenya adalah adalah laki-laki juga dan bisa menimbulkan kesalahpahaman jika mereka pulang bersama.

Mika melepas kacamata yang membingkai matanya sejak pagi dan menghembuskan napasnya kasar. Sebuah pemikiran berkecamuk dalam benaknya dan membuat dadanya terasa begitu sesak. Apakah Ajeng menyukai Alan, sehingga dia dengan mudahnya memberikan akses bagi Alan untuk masuk ke dalam hidupnya bahkan memberikan kesempatan pada Alan untuk mengantarnya ke rumahnya yang mana merupakan kesempatan yang tak pernah Mika dapatkan.

Namun, yang Mika tidak ketahui dan mungkin juga tidak akan pernah dia ketahui, Ajeng sudah berusaha keras menolak keinginan Alan untuk mengantarnya pulang namun ternyata Alan jauh lebih keras kepala dari Ajeng. Dan sebagai sesama seorang yang keras kepala, Ajeng menyadari bahwa perdebatan di antara mereka tidak akan berakhir apabila tidak ada yang mengalah. Maka Ajeng lah yang melakukannya. Setelah sekian lama, akhirnya Ajeng mengalah untuk hal yang cukup besar.

Kenapa di antar pulang saja menjadi hal besar bagi Ajeng?

Semua itu tidak lain karena di mana dirinya tinggal yang juga menjadikan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya akan berpikiran berbeda. Jika di kota-kota besar, pulang bersama lawan jenis tidak masalah, maka di kampung ini itu adalah masalah besar.

Orang-orang yang melihat Ajeng nanti pulang dengan Alan akan berpikir bahwa Ajeng dan Alan memiliki hubungan spesial dan spekulasi ini akan dipercaya dan menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru kampung. Mengingat nenek Alan juga tinggal di kampung ini, Ajeng yakin jika berita itu benar-benar tersebar maka tidak akan lama nenek Alan akan mendengarnya lalu memberitahukan hal tersebut pada Alan. Respon Alan sendiri sudah tentu risih. Dia dan Ajeng kan baru bertemu dan berkenalan kurang dari dua hari. Ajeng tidak mau Alan sampai menjauhinya karena berita tersebut di saat pertemanan mereka bahkan belum seumur jagung.

Kamu bilang, kamu cinta sama akuWhere stories live. Discover now