"Villa ini memang sudah ada, Ketua. Saya hanya menambahkan alat-alat ini untuk keperluan kita nanti. Pulau ini milik keluarga saya yang diwariskan kepada saya. Tentang pulau ini aman atau tidak, tentu saja disini sangat aman dan sangat tersembunyi. Dan juga, pulau ini sangat strategis untuk kita menjalankan misi."
"Sangat bagus. Saya senang, kamu bisa diandalkan."
"Ini sudah menjadi tugas saya, Ketua."
"Mari, Ketua. Saya akan mengantar Ketua ke kamar yang akan Ketua tempati." Reyna pun mengikuti Marvin.
Villa ini cukup besar dan sangat nyaman. Ternyata kamar Reyna berada dilantai dua.
"Silahkan, Ketua. Jika kamarnya tidak berkesan, saya bisa mengganti kamar lain untuk Ketua." kata Marvin.
Reyna memandangi keseluruhan kamar itu. "Kamar ini terlihat nyaman, saya menyukainya dan saya akan menempati kamar ini."
"Syukurlah jika Ketua menyukainya. Yasudah, kalau begitu saya pamit. Jika Ketua memerlukan sesuatu, hubungi saja saya lewat handie talkie."
"Ya, terima kasih, Marvin."
"Tidak perlu berterima kasih, Ketua. Ini sudah sudah menjadi tugas saya."
***
Sama seperti Lesya, Azka pun tidak bisa melacak keberadaan Reyna. Sudah sedari tadi siang sampai sekarang hari telah berganti malam ia berada didepan laptop nya, namun semua sia-sia.
"Shitt! Dia seperti hilang dari bumi."
Tak lama, ponselnya berdering.
"Sepertinya Reyna sudah menemukan siapa dalang atas kehancuran keluarganya."
"Mengapa harus secepat ini? Aku belum siap." sungguh, Azka sedang frustasi sekarang.
"Sudah Opa katakan, semua akan terbongkar cepat atau lambat."
"Aku harus bagaimana, Opa? Bahkan keberadaannya tidak bisa aku temui."
"Dia bersama salah satu anggotanya yang sangat pandai menghilangkan jejak. Jika sudah disembunyikan olehnya, maka siapapun tidak akan bisa mendapatkan jejak sama sekali."
"Anggotanya laki-laki atau perempuan?" tanya Azka.
"Tentu saja pria. Tidak ada anggotanya yang berjenis kelamin perempuan, kecuali Lesya."
"Sialan! Aku tidak rela Reyna bersama laki-laki lain."
"Jangan memaki seperti itu. Sekarang, buang dulu rasa cemburumu itu karena Opa juga sedang berusaha mencari keberadaan Reyna, walau mustahil bisa menemukannya."
Azka mendengus. Ia sangat amat kesal mengetahui Reyna bersama pria lain. Bagaimana jika lelaki itu mengambil kesempatan berdekatan dengan Reyna? Ah rasanya Azka sangat ingin membunuh orang saat ini.
***
"Ketua, saat ini Nona Lesya, Tuan Azka, dan Tuan Albert sedang mencoba mendeteksi keberadaan kita." beritahu Marvin. Keduanya sedang berada didepan komputer yang berada disana.
"Jangan sampai mereka mengetahui keberadaan kita. Saya ingin menjalankan semua ini tanpa sepengetahuan mereka." ucap Reyna dengan pandangan lurus ke arah komputer.
"Baik, Ketua. Mereka tidak akan menemukan keberadaan kita bagaimanapun caranya."
"Dan, ini adalah peta pulau ini. Jarak markas inti organisasi Devil's tidak jauh dari sini. Kita bisa menjangkau markas mereka melalui lorong bawah laut yang sudah ada disini." jelas Marvin sembari menunjukkan peta yang telah terpampang jelas pada layar lebar didepan mereka.
"Bagaimana bisa kamu sampai sematang ini menyiapkan semuanya? Bahkan lorong bawah laut." heran Reyna.
"Sebenarnya saya seringkali kesini. Karena saya hobi berburu, dan kebetulan sekali disini tidak ada hewan yang bisa menjadi objek berburu, jadi saya membuat lorong bawah laut untuk menghubungi tempat berdirinya markas inti Devil's yang sangat dengan mudah mendapatkan hewan."
"Mengapa tidak memakai kapal saja? Atau alternatif lain diatas laut?" tanya Reyna masih penasaran.
"Saya pernah sekali memakai kapal untuk kesana. Namun ketika saya ingin kembali, saya melihat kapal saya dibawa oleh beberapa orang dengan senjata api dipakaian mereka. Tentu saja saya tak ingin mati konyol jika berhadapan dengan mereka, jadi saya terpaksa harus merelakan kapal kesayangan saya." cerita Marvin yang sepertinya masih menyimpan kekesalan kepada orang-orang yang sudah mengambil kapal kesayangannya.
Reyna sedikit terhibur mendengar cerita Marvin. Gadis itu tersenyum ditempatnya. Dan senyum itu disaksikan langsung oleh Marvin, yang langsung terpesona dengan senyum sang ketua.
Astaga, cantik sekali. Ah ingin rasanya aku menjadi suaminya. - batin Marvin terpesona.
"Lalu, bagaimana kamu kembali waktu itu?"
"Saat itu saya sudah sangat putus asa, pikiran saya buntu, tidak tahu lagi harus kembali menggunakan apa. Tapi, beruntung sekali sepupu saya datang karena katanya dia penasaran mengapa saya tak kunjung kembali. Ternyata ada untungnya juga saya mengizinkan sepupu saya itu ikut ke pulau ini waktu itu, walaupun dia sedikit perusuh."
Sekali lagi cerita Marvin membuat Reyna tersenyum. Pria itu ternyata asik menjadi teman cerita, dan hal itu juga membuat Reyna teringat akan Azka.
Azka. Sedang apa dia sekarang? - batin Reyna.
"Ah ya, Ketua silahkan lihat peta nya, supaya Ketua lebih paham lokasi disekitar sini."
Reyna mulai mengamati peta tersebut dengan seksama, senyum yang tadi menghiasi wajah cantiknya hilang lalu tergantikan dengan seringai iblisnya. Marvin pun sampai gugup melihat ekspresi sang ketua.
Jika sudah mode seperti ini, Ketua terlihat sangat seram. Bisa-bisanya aku sempat berpikir ingin menjadi suaminya. Astaga, kurasa suaminya nanti yang akan bertekuk lutut pada Ketua. - batin Marvin.
"Bagaimana dengan jadwal David? Kamu sudah mencurinya?"
"Sudah, Ketua. Silahkan dilihat." Marvin langsung menyalakan komputer lainnya untuk memperlihatkan jadwal David.
"Besok misi akan dimulai. Persiapkan semuanya dari sekarang, Marvin." setelah berkata seperti itu, gadis cantik sekaligus menyeramkan tersebut pergi menuju kamarnya.
Ketika memasuki kamarnya, aura Reyna lebih menyeramkan lagi, sangat menusuk.
"Kita lihat, siapa antagonis yang sebenarnya, David." monolog Reyna dengan tatapan dan aura menusuknya.
***
Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Marvin sudah menyiapkan semua keperluan misi yang akan dilaksanakan besok. Sekarang pria itu kembali fokus dengan komputer didepannya.
Hingga akhirnya, ia menemukan satu fakta yang sangat mengejutkan.
"Astaga, mengapa harus dia?" gumam Marvin, masih dengan keterkejutannya.
Tak ingin lebih lama hanyut dengan rasa terkejutnya, anggota Reyna itu langsung menuju kamar sang ketua.
Tok.. Tok.. Tok..
"Permisi, Ketua. Maaf menganggu waktu istirahatmu."
Reyna yang memang belum tidur pun, beranjak dari kasur tempatnya, namun sebelum itu ia lebih dulu menyingkirkan laptop dipangkuannya
"Ya, ada apa?" sahut Reyna setelah pintu kamar gadis itu terbuka.
"Saya telah menemukan ketua Devil's yang disembunyikan."
*****
Jangan lupa vote dan komennya.
Sampai jumpa 🖤
YOU ARE READING
R E Y N A (NEW VERSION)
ActionMenjadi korban kekejaman keluarga sendiri? Ya, itu yang dialami oleh seorang gadis cantik bernama Greyna Artshela Dalco. Kekejaman keluarganya membuat gadis yang kerap disapa Reyna itu hampir saja kehilangan nyawanya. Namun keberuntungan masih berpi...
Part 22
Start from the beginning
