Bab 1: Ada Apa?

70 13 8
                                    

"Menangisi masalah yang sama berulang kali itu memuakkan dan melelahkan. Namun, bodohnya aku mengulanginya hampir setiap hari."

-Kamis, 08 Juni 2023-

***

Waktu istirahat yang dilanjutkan dengan jam kosong tentu saja menjadi hal yang paling membahagiakan untuk para murid. Kali ini kelas yang beruntung mendapatkan waktu tersebut adalah X IPA 2. Itu disebabkan karena guru yang seharusnya mengajar tidak hadir karena ada urusan.

Para penghuni kelas sudah berpencar dan membentuk kelompok masing-masing. Sebagiannya murid memutuskan untuk keluar kelas, entah itu untuk ke kantin atau tempat lain. Sebagian lagi mengisi kelas dan membuat keributan dengan nyanyian sumbang diiringi ketukan meja yang memekakkan telinga.

Sialnya, Silvia terjebak dengan para anak cowok yang membuat konser dadakan itu. Dia di sana karena mengikuti Farhan dan Rivan yang berada pada kelompok itu. Daripada dia sendirian seperti orang bodoh tak punya teman di dalam kelas, lebih baik dia ikut bersama kedua sahabatnya itu.

Untung saja pagi ini Silvia ingat memasukkan headset ke dalam tas, jadi benda itu bisa menjadi penyelamatnya. Dia menyumpal telinga dengan benda putih itu, lalu memutar musik pada ponsel. Setidaknya, telinganya bisa mendengar nyanyian yang lebih baik.

Silvia melipat kedua tangan di atas meja, lalu merebahkan kepala di sana. Dia bernyanyi tanpa suara mengikuti alunan musik yang terdengar di telinga. Perlahan matanya terpejam.

"Vi." Suara gadis yang baru saja tiba itu memang tak terdengar, tapi tepukan yang diberikannya pada bahu Silvia mampu membuat Silvia kembali membuka mata.

Silvia bangun dan menatap gadis bersurai cokelat sepunggung tersebut. "Shay mana, Ra?" tanyanya saat menyadari gadis itu kembali sendirian.

"Masih ada urusan bentar katanya, jadi gue disuruh duluan," jawab Rara sembari ikut duduk di bangku kosong di sisi kanan Silvia.

Silvia mengangguk paham. Dia segera melepaskan headset, lalu memasukkannya ke dalam saku seragam. Tidak enak kalau dia tetap memakai benda itu sementara ada Rara di sana, kalau Rara bicara, tapi Silvia tak mendengarkannya itu sama saja tak menghargai Rara.

"Cibu gue mana, Ra?" Pertanyaan yang hampir sama kembali dilontarkan kepada Rara. Kali ini berasal dari Farhan yang berada di depan dan kini berbalik badan untuk berbicara dengan Rara.

"Masih di toilet," jawab Rara apa adanya.

"Kenapa lo tinggal sendiri?!" Suara Farhan kini sedikit meninggi.

"Yaelah, dia bukan anak kecil lagi, enggak bakal diculik juga. Lagi pula, dia yang nyuruh gue duluan ke sini. Dia masih ada urusan sebentar katanya," jawab Rara sembari memutar bola mata malas melihat teman bucinnya itu.

"Kirain lo sengaja ninggalin Cibu gue," balas Farhan yang sempat berburuk sangka.

"Gila lo. Yakali gue ninggalin dia, gue enggak sejahat itu sama temen sendiri!" protes Rara yang tak terima dituduh seperti itu.

"Sorry, deh, Ra. Jangan marah. Lo kalau marah jelek, nanti Rivan makin enggak suka sama lo," canda Farhan sembari mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membuat tanda peace. Sebuah cengiran khas yang nampak menyebalkan juga ikut diperlihatkan pemuda tampan itu.

"Gue timpuk lo, ya!" Rara sudah bersiap melepaskan sepatunya untuk melempar Farhan dan mulut kurang ajarnya itu.

"Rara kalau marah makin gemes padahal. Buta lo, Han?" Rivan yang sedari tadi sibuk menyanyi bersama enam cowok lainnya kini berbalik dan ikut menyahuti percakapan sahabat-sahabatnya.

SEBUAH KISAH DARI HATI YANG PATAHWhere stories live. Discover now