"Terus gimana? Kita masuknya?". Tanya arsen.

"Biar gue pancing dia, terus kalian masuk kedalam. Tapi hati - hati. Keknya di dalam ada penjaganya juga"

"Oke".

Akhirnya orang tersebut memancing penjaga agar tidak melihat arsen masuk ke dalam rumah tersebut.
Setelah berhasil mengendap - endap masuk, arsen mengamati sekeliling dan membawa tongkat golf yang ia dapat di pintu belakang tadi untuk berjaga - jaga jika keadaannya terancam.

"Sen,ini gede banget rumahnya". Ujar orang yang kini berada di sebelahnya arsen dan mereka masih bersembunyi dibawah meja untuk memastikan kondisi aman.

"Ini kek yang di ceritain temen gue keknya. Lantai 3. Lantai 3. Oke devina ada dilantai tiga. Kita harus kesana". Arsen mengingat dengan hal yang hendro katakan tempo hari, dan sepertinya memang benar jika devina di sekap disini.

"Lo yakin?".

"Yakin, yuk". Dengan berhati - hati mereka melangkah selangkah demi langkah dan selalu waspada kiri - kanan memastikan tidak ada penjaga.
Dan benar saja lantai 1 tidak ada penjaga sama sekali. Kini mereka berhasil naik ke lantai 2, mereka berhenti sejenak dibalik sofa yang telah usang. Dia melihat ada 1 penjaga, kali ini badanya tidak kekar namun hanya tinggi dan gagah saja.

Maupun baku hantam, arsen masih bisa mengimbangi. Kini mereka melihat penjaga tersebut hanya duduk sambil senyum - senyum melihat hp di tangannya.

"Ini gimana sen?. Lo ada ide?".

"Bentar lo tunggu disini dulu".

"Lo mau kemana?".

"Udah lo diem disini dulu jangan berisik". Arsen pergi begitu saja meninggalkan orang tersebut yang masih sembunyi di balik sofa.

Pyarrrrr.....
Tak disangka arsen berhasil mengendap - endap dan memukul kepala belakang penjaga tersebut menggukan vas bunga yang lumayan cukup besar. Hingga penjaga tersebut tidak sadarkan diri dan tersungkur ke depan.

"Woiii buruan kesini". Lirih suara arsen mengajak orang yang bersembunyi dibalik sofa tersebut untuk segera menuju ke lantai 3.

Sesampainya dilangai terakhir arsen bersembunyi lagi dibalik tembok, karena tidak ada tempat persembunyian. Akhirnya mereka berdua sembunyi disana.

"Lo gila ya tadi, kalo mati gimana?".

"Gak akan, paling cuma sekarat doang". Jawab arsen.

"Lo yakin devina disini?".

"Lah kan lo yang ngajak gue kesini ya gue yakin lah".

"Maksudnya dimana devinanya kan gue gatau. Disana ada 5 pintu sen".

"Iya gue tau, tapi masalahnya disana penjaganya banyak banget".

"3 orang doang mah".

"Badanya gede - gede. Gue harus punya senjata buat ngalahin mereka semua".

Setelah beberapa menit mereka masih memikirkan cara agar bisa mengecek ruangan satu per satu. Namun tiba - tiba ketiga penjaga tersebut turun semua kebawah. Entah apa yang terjadi di bawah.
Karena tidak punya banyak waktu lagi, akhirnya mereka berdua segera bergegas dan tidak menyia - nyiakan kesempatan bagus tersebut.

"Eh, eh udah pada ke bawah tuh buruan, lo cari yang disana gue cari yang di sana". Ujar arsen kepada orang tersebut. Akhirnya mereka berdua mengecek satu per satu kamar tersebut.

Dan akhirnya arsen menemukan 1 kamar namun tidak bisa dibuka, arsen mencari - cari kunci kamar tersebut namun tidak juga ketemu.

"Ini kenapa gak bisa dibukak sih". Ujar arsen masih terus berusaha membuka pintu tersebut dengan terus menggerak - gerakkan gagang pintunya.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now