"Kenapa Lo gak nasehatin gue waktu itu kak?" Tanya Ayu dengan pandangan sayu.

"Mana bisa, orang Lo keras kepala banget." Jawab Farel dengan lugas.

Ayu tersenyum menyetujui. "Iya juga ya, oke deh mulai sekarang gue gak akan mau pacaran lagi, atau kejar-kejar cowok lagi." Ucap Ayu dengan mengepalkan tangannya semangat.

"Nah gitu dong. Hidup emang cuman sekali, dan harusnya kita manfaatin waktu singkat ini buat cari bekal nanti di kehidupan abadi, bukan malah puas-puasin ngelakuin hal yang gak berguna." Ujar Alvino.

"Bener, gue pernah denger kalo nanti waktu kita udah ada di akhirat, kita bakal nyesel dengan waktu yang dibuang sia-sia di dunia ini.

Yang dulunya gak pernah ibadah nyesel senyesel nyeselnya karena gak pernah ngelaksanain perintah Allah SWT. Dan yang udah banyak beribadah juga nyesel kenapa dia gak lebih lebih banyak lagi beribadah di dunia yang singkat ini." Sambung Farel.

"Kita gak pernah tahu kapan waktu kita di dunia ini berakhir, bisa sepuluh tahun lagi, satu tahun lagi, satu hari lagi, atau bahkan hari ini setelah kita tidur kita gak pernah bangun lagi. Semua itu kuasa Allah SWT.

Ada orang yang gak mau shalat karena malu sama Allah, dosanya banyak katanya. Padahal Allah selalu nunggu hambanya buat bertaubat. Sebesar apapun dosa kita, Allah itu maha pemaaf. Kalo kita minta ampunan dengan sungguh-sungguh, pasti Allah bakal maafin kita." Ucap Alvino panjang.

Ayu yang sedari tadi mendengar kata-kata dari kakak-kakaknya, tak terasa air matanya menetes.

Ia teringat dosa-dosa nya selama ini, bagaimana mungkin ia melupakan kehadiran Allah dalam hidupnya.

Bagaimana mungkin ia selalu merasa sendirian padahal ia punya Allah.

Bagaimana mungkin ia bingung untuk mencari tempat berkeluh kesah padahal ia punya Allah yang selalu bersedia menjadi tempat berkeluh kesah kapanpun untuknya.

Alvino menghapus air mata Ayu perlahan. "Gak papa, setelah ini kita berusaha buat jadi manusia yang lebih baik lagi ya." Kemudian ia memeluk adiknya yang tengah menangis tersebut.

***


"Den Vino, udah sampe rumah den." Pak sopir mencoba membangunkan Alvino yang tidur di kursi sebelahnya.

Mereka berangkat sore tadi dari rumah kakek.

"Udah sampek ya pak?" Tanya Alvino sambil mengucek matanya berkali-kali dan mencoba untuk sadar sepenuhnya.

"Iya, adik-adiknya jangan lupa dibangunin den. Barang-barangnya saya bantu bawa masuk ya."

"Iya, terimakasih ya pak." Jawab Alvino dan kemudian mencoba membangunkan Farel dan Ayu di kursi belakang.

Karena sudah mencoba membangunkan mereka dengan baik-baik tapi tak kunjung bangun juga,  akhirnya dengan berat hati air adalah solusi terakhir.

Dengan senyum jahilnya Alvino menyiratkan air pada muka Farel dan Ayu. "Bangun bangun.. bangun bangun.."

"Eh ujan-ujan.." teriak Farel, ia terbangun. "Vino, Lo kalo mau bangunin orang yang bener dong." Kesal Farel.

"Iya-iya maaf, tadi susah banget kalian buat dibangunin." Jawabannya sambil tertawa puas.

Ayu juga sudah bangun, Ayu ikut tertawa melihat Farel yang tengah kesal dengan sang kakak.



Transmigrasi : Sekarang aku Ayu bukan PutriWhere stories live. Discover now