21. lelah

159 31 1
                                    

Kamu hebat skay, aku akui kamu hebat, kamu mampu bertahan di posisi yang mungkin aku sendiri saja sudah pasti akan menyerah saat itu juga.

Author skay

Gimana gak sanggup ya sampai 50 vote, hehe gpp, iya emang gak mungkin aja sampai segitu.

Yaudah gak usah nunggu sampai segitu, kita lanjut aja sekarang.

Happy Reading guys 👊

Suara berat itu menggema di satu ruangan, mata yang memanas, dan nafas yang tersenggal senggal itu menandakan bukti bahwa amarahnya sangat menggebu gebu. Tak terhitung lagi berapa kali pria paruh baya itu melontarkan kalimat kasar kepada putri kecilnya itu.

Dengan memegang kayu di tangan sebelah kanannya jaka tanpa ampun terus memukul skay tanpa ada niatan untuk menghentikannya. Tak terbayang seberapa sakitnya itu, tidak hanya luka batin yang ia dapatkan melainkan juga luka fisik.

Deraian air mata terus mengalir di pipi putihnya itu. Tangisannya terdengar sangat menyakitkan. Apakah salah ia menemani sahabatnya di rumah sakit? Ya sebenarnya cara skay salah, ia tidak memberitahu dulu kemana ia pergi, tapi pasti ada alasan kenapa skay tidak memberitahu keluarganya dulu.

Lagi pula apakah kalau ia meminta ijin akan diijinkan? Jaka pasti tidak akan membiarkan skay keluyuran di jika hari sudah mau nalam. bukan bukan karena mereka khawatir tapi karena mereka sengaja ingin mengkekang skay dengan cara seperti ini.

"Ayah sakit, skay mohon hentikan," Skay meminta belas kasihan kepada sang ayah. Namun hasilnya nihil, jaka tidak akan berhenti sebelum ia merasa puas.

"Kamu pantas skay mendapatkan ini!! Sekalian aja kamu gak usah pulang selamanya!" Jaka terus memukuli putri kecilnya tanpa henti. Jika ia belum lelah maka mustahil baginya untuk menghentikan perbuatan kejinya tersebut.

"S-sakit, badan skay terasa nyeri,"

"Siapa suruh kamu melanggar aturan yang saya buat? Ini hukuman buat kamu bodoh, apa susahnya sih kamu nurut!"

Cairan kental berwarna merah berjatuhan ke lantai kala ada sobekan besar yang merada di lengan kanannya. Malang sekali nasibnya. Harus sampai kapan ia menerima semua penderitaan ini? Apakah sampai akhir hidupnya?

Dari kejauhan terlihat wanita cantik berambut gelombang itu sedang memperhatikannya, dengan tatapan tajam, dan tangan yang terlipat di dada, wanita tersebut dengan santai melihat anak bungsunya dianiaya bak sebuah pertunjukan.

"Bun, tolong," Ucap skay lirih saat tahu keberadaan sang ibu yang sedang memperhatikannya sedari tadi tanpa ada niatan ingin membantunya.

"Bisa nggak sih kamu sehari aja gak buat masalah? SAYA CAPE SKAY, KAMU BISA NGERTIIN SAYA GAK SIH!?"

Apa katanya? Ngertiin? Yang perlu di ngertiin sekarang ini dirinya, apa yang harus ia lakukan untuk bisa ngertiin perasaan ayahnya? Menjadi anak yang berbakti sudah, mendapatkan nilai yang sempurna sudah, menuruti semua keinginan keluarganya juga sudah. Jadi kurang apa lagi? Emang dasarnya ia selalu terlihat buruk di mata keluarganya meskipun semua hal baik yang ia perbuat di anggap tidak ada.

"Skay gak salah dengar? Seharusnya skay yang ngomong seperti itu," Gadis manis tersebut menatap sang ayah dengan tatapan sayu, itu menandakan bahwa ia sedang sangat sangat lelah.

Dunia Yang Tidak Adil [END]Where stories live. Discover now