2. Ayah sakit

255 42 2
                                    

Menangis sudah menjadi hobiku sedari kecil.

Skay langit naya

Sesampainya skay di rumah, skay langsung melangkah kan kakinya menuju ruang tamu. Sudah terlihat jelas disana ada jaka yang sedang menunggunya dengan tatapan yang tidak suka.

"Assalamu'alaikum skay pulang"

"Waalaikum sallam" Mereka menjawab salam dari skay.

"Dari mana aja kamu, jam tujuh baru pulang, mau jadi apa kamu di luar. Di mana mana anak perempuan pulang sekolah langsung bantuin ibu nya, ini kamu kelayapan gak jelas!" Kata jaka sambil berdiri dari kursi yang ia duduki barusan.

"M-maaf ayah"

"JAWAB SKAY KAMU HABIS DARI MANA!"

"Skay habis dari taman"

"Sudah berani kamu ya, bagus. bagus sekali alasan mu"

"skay minta maaf"

"Mana hasil dari ulang kamu, saya mau liat" Jaka berdiri tegak di depan putrinya itu.

"Duhh gimn nih nilai skay kan jelek, pasti ayah akan marah besar" ucapnya dalam hati.

"MANA SINI SAYA MAU MELIHATNYA!"

Skay lalu membuka tas nya dan mengambil nilai hasil ulangan nya. Dengan tangan yang gemeter ia mulai menyerahkan selembar kertas yang sudah di tunggu tunggu oleh jaka.

"I-ini yah" Skay menyerahkan nya sambil menunduk, ia tidak berani melihat wajah sang ayah yang memerah menahan amarah karena ulahnya.

Menyadari hasil ulangan anaknya tidak memuaskan, jaka mulai menaikan nada bicaranya. "APA APAAN INI KENAPA HASIL NYA CUMAN SEGINI, MAU JADI APA KAMU, SAYA SUDAH MAHAL MAHAL MENYEKOLAHKAN KAMU SUPAYA MENJADI ANAK PINTAR INI MALAH SEBALIKNYA!"

"Tapi skay sudah belajar yah, dan skay juga udah berusaha"

"KALAU KAMU BELAJAR MANA MUNGKIN HASIL NYA SEGINI BODOH" marah jaka sambil menoyor noyor kepala sang anak.

Skay masih menunduk, tak terasa ia mulai mengeluarkan butiran bening dari matanya. ia tidak berani melihat wajah ayahnya.

"Tidak bisa di biarkan ini, sini kamu ikut saya" Jaka lalu menyret skay menuju kamar anaknya.

Sedangkan Nisa dan Egi yang sedari tadi duduk di sofa hanya melihat yang jaka lakukan tanpa menghentikan perbuatan nya, sesekali ibu dan anak itu tersenyum puas.

Brakk

Jaka mendorong sang anak sampai skay membentur ujung lanjip meja.

"Awww" Skay meringis

"Kira kira apa yang harus saya lakukan untuk menghukum kamu"

Jaka pun mengambil tongkat golf di sudut ruangan nya. Ia kembali menghampiri skay yang masih terduduk di lantai.

Tak banyak basa basi ia langsung memukul pundak kecil anak bungsunya itu.

Dunia Yang Tidak Adil [END]Where stories live. Discover now