Part 27 : Sang Pengacara

446 103 2
                                    

Clarke Quay Singapura,

Jumat 20 Januari 2017

Pkl 17.00

Seumur hidup Martha tak pernah sekalipun bermimpi ia akan pergi untuk bertemu dengan pengacara. Pengacara! Ia terjerat kasus kriminal. Napas Martha sesak. Untung hari ini, ia tak sendiri. Ronny menemaninya. Perlahan ia menyusupkan tangannya ke sela-sela jemari Ronny. Rasa hangat mengalir, menjalar. I'm not alone.

Ia mencoba menghitung hal-hal yang ia patut syukuri. Paati yang lagi-lagi membantu mereka menjaga Daniel di rumah. Suami Paati yang membelikan mobil-mobilan untuk Daniel. Martha terharu karena Paati dan suaminya sungguh-sungguh membantu mereka. Bagi perantau seperti dirinya, kehadiran sosok yang bisa dipercaya

Pintu lift terbuka. Ronny membaca papan keterangan yang terpajang di dinding. Ia lalu menggandeng Martha ke lorong sebelah kiri. Tak lama mereka tiba di sebuah dinding kaca yang bertuliskan Sarah-Mae LLC.

Martha ragu-ragu untuk masuk, tetapi aroma segar yang tercium menenangkannya. Tadinya ia pikir kantor pengacara menyeramkan. Dingin, kelabu. Ini sebaliknya. 

Ada bunga anggrek berwarna kuning cerah di pojok ruangan. Lukisan warna-warni. Seorang sekretaris muda menyambut mereka dengan senyum lebar. Ronny menyatakan maksud kedatangan mereka dan memberitahu bahwa mereka sudah membuat janji untuk bertemu Sarah-Mae. Sang sekretaris mempersilahkan mereka untuk menunggu.

Martha duduk di sofa empuk sambil melirik sekelilingnya. Ini lebih mirip ruang dokter swasta.

Derit pintu dibuka. Dari balik pintu melangkah keluar seorang perempuan mengenakan gaun bunga-bunga berwarna kuning. Perempuan itu terlihat seperti model. Rambutnya hitam lebat membingkai wajah mungil dengan polesan make-up sederhana.

Martha suka cara Sarah-Mae memanggil namanya. Anggapan Martha bahwa pengacara adalah sekumpulan orang dengan sikap dingin, arogan, jas hitam atau biru tua, sirna seketika. Seperti kakak perempuan yang menyambut adiknya, Sarah-Mae mempersilahkan Martha dan Ronny masuk.

Ruangan Sarah-Mae dihiasi lukisan bunga matahari besar, dengan wangi lavender yang tercium. Sarah-Mae menarik kursi untuk Martha. Sambil tetap tersenyum, Sarah-Mae duduk di hadapannya. Kedua bola matanya menatap Martha simpatik.

"How can I help you today?"

Sikap Sarah-Mae yang hangat dan perhatiannya tulus membuat Martha nyaman untuk bercerita dengan bebas. Sarah-Mae bertanya mengenai keluarga Martha, usia anak-anaknya, pekerjaan Ronny. Sesekali Sarah-Mae mencatat sambil mengangguk-angguk. Ketika ada yang tidak jelas, ia tidak memotong pembicaraan Martha melainkan menunggu hingga Martha selesai sebelum meminta izin untuk bertanya. Tak sekalipun ada kesan arogan dari rangkaian pertanyaan Sarah-Mae. Ia layaknya seorang kakak perempuan yang mendengar keluh kesah Martha tanpa menghakimi.

She felt heard, she felt seen.

Ronny sebaliknya tidak terkesan. Ia berbisik kepada Martha ketika Sarah-Mae membuatkan teh melati bagi mereka. "Kayaknya terlalu muda. Kita cari pengacara lain." Martha melotot dan menginjak kaki Ronny.

"Gila kamu ya!" desis Martha.

"Kita, kamu, butuh pengacara terbaik, Ta. The best money can provide," bisik Ronny.

Martha melotot. "Enggak. Aku suka dia."

Tanpa menyadari pertengkaran mereka, Sarah-Mae menyajikan dua cangkir teh. Ia mempersilahkan mereka minum.  Sang pengacara mengambil sehelai kertas dan memberikannya kepada Martha dan Ronny.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Perkumpulan Anak Luar NikahWhere stories live. Discover now