Part 21 : The Artist

423 101 3
                                    

Bali

20 Januari 2017

Pkl 12.30

Omah Gallery

Krisna berdiri di depan gapura batu khas Bali. Selepas gapura pohon-pohon rindang memagari rumah luas berbata merah.

Sebelum berjalan masuk, Krisna melirik catatannya lagi Fanny Kauffman. Putri dari Tjahyadi dan Elsye Liman. Tjahyadi seorang pebisnis handal dengan properti dimana-mana. Tak banyak yang bisa ia korek dari masa lalu Tjahyadi selain ia berasal dari Kalimantan. Lebih mudah mencari berita tentang Elsye Liman. Wajah cantik Elsye (yang tampak 20 tahun lebih muda dari umurnya) sering muncul di majalah The Tatler, berangkulan erat dengan para sosialita. Elsye kerap menghadiri Malam Pengumpulan Dana Yayasan Kanker, Gala Dinner Children's Society, dan acara-acara filantropis lainnya. Ayah Elsye, seorang dokter dan kepala rumah sakit terkemuka, dr Williem atau biasa juga disapa Om Williem.

Pengusaha kaya dan anak dokter. Classic.

Krisna membalik catatannya lagi. Suami : Moses Kauffman. Ketika ia memasukkan nama Moses yang muncul adalah serangkaian kegiatan sosial dari website Young Anabaptist. Ada foto Moses sedang menggali sumur, foto Fanny duduk bersila di tikar dan bermain gitar dikelilingi anak-anak yang tertawa. Bahkan ada artikel yang memuat kisah cinta Fanny dan Moses dengan judul. Love Beyond Boundaries : Moses and Fanny's Love Story.

Dikisahkan mereka bertemu pertama kali di Mennonite World Conference di Zimbabwe tahun 2002.

For me, it was love at the 10th sight, tulis Fanny.

Kedekatan mereka dimulai ketika Moses sibuk menghubungi rekan-rekannya untuk membantu seorang rekan mereka di Korea Selatan yang lebih memilih mendekam di penjara selama 18 bulan daripada mengikuti wajib militer.

Sebagai Anabaptist, mereka menolak segala bentuk kekerasan, penggunaan senjata dan peperangan. Di group, Moses memulai aksi untuk untuk mendukung rekan mereka lewat doa, mengirimkan surat dan paket. Fanny menghubungi Moses dan keduanya memulai komunikasi.

Artikel ditutup dengan foto pernikahan mereka, Moses dengan rambut gondrong yang diikat rapi tersenyum dalam balutan jas pengantin. Foto berikutnya menunjukkan pasangan itu dalam pose yang tidak biasa, Moses, masih mengenakan jas pengantin, berlutut untuk membasuh kaki Fanny.

Interesting couple.

Seorang pria muda berkemeja putih, mengenakan udeng ikat kepala dari bahan tenun yang senada dengan sarungnya, menyongsong Krisna. Krisna menyatakan maksudnya bertemu dengan Fanny, dengan sopan si pemuda mengantarkan Krisna ke pendopo. 

Pendopo luas dengan lantai marmer dingin dan semilir angin menyambut Krisna. Gemercik air mancur kecil dari kolam di halaman terasa menentramkan. Beberapa lukisan karya pelukis dalam negeri maupun manca negara tertata manis di dinding putih. Sayup-sayup terdengar suara gamelan.

"Selamat datang" Suara hangat seorang wanita menyambut mereka. Krisna menoleh dan melihat perempuan cantik semampai yang mengenakan gaun bermotif Barong Bali. Kulit Fanny kecoklatan terbakar matahari, senyumnya cerah. Ia menyodorkan tangan dan menjabat tangan Krisna dengan hangat.

"Kehormatan besar dikunjungi wartawan dari Hong Kong," sapa Fanny.

"Terima kasih banyak untuk waktunya Bu Fanny."

Tawa Fanny makin berderai, "Aduh jangan panggil ibu donk. Saya masih muda loh."

"Ah, okay. Enaknya saya panggil Kak atau Cik?" Krisna balas tersenyum.

"Panggil Fanny saja, supaya lebih enak ngobrolnya. Yuk, duduk dulu. Hari ini hawanya lagi adem. Krisna ... eh saya panggil Krisna saja ya. Mau minum apa?" Fanny memamerkan aneka pilihan minuman yang tersedia. Krisna memilih air putih. Fanny menuang air putih ke dua gelas lalu menyajikannya ke hadapan Krisna.

Perkumpulan Anak Luar NikahWhere stories live. Discover now