Part 22 : The Counterfeit

386 102 3
                                    

"Apa? Jual undangan palsu?" Mata Martha melotot. Mereka sedang duduk bersantai di kamar Fanny sambil mendengarkan Spice Girls menyanyi Wannabe.

    Mata Linda berkilat. "Ini bisa jadi bisnis bagus."

    "Enggak, enggak, gue enggak ikutan," tolak Martha.

    "Tenang, Ta ... Ini gampang kok," tutur Linda meyakinkan.

Bak salesgirl, Linda memaparkan rencananya. Target marketnya adalah para pria jomblo dari sekolah khusus pria. Fanny beberapa kali ikut bermain band yang isinya pemuda-pemuda gondrong dari sekolah Katolik. Karena semua muridnya cowok, mereka jarang mendapat undangan Sweet Seventeen. Sudah jadi rahasia umum, jika kadang mereka datang bergerombol tanpa diundang. Crash Party.

Beberapa kali pesta, Martha melirik curiga ke segerombolan pemuda yang tampak lain sendiri. Ada beberapa gadis yang tak keberatan (malah mengharapkan) pemuda-pemuda itu muncul ke pesta mereka.

Namun, suatu Sabtu, mereka salah sasaran. Martha, Fanny dan Linda baru masuk ke Ballroom hotel Mulia, ketika rombongan pria mengantri di belakang mereka. Hanya satu orang yang membawa undangan. Biasanya mereka bisa lolos, kali ini tidak. Mereka salah pilih pesta.

Pesta kali ini, pesta cucu keluarga old money yang sangat eksklusif. DJ-nya VJ MTV yang diterbangkan khusus dari Amerika.

Alhasil, sang penerima tamu memanggil satpam yang segera mengusir rombongan berbatik itu keluar. Mereka digelandang bak pesakitan. .

Fanny menyaksikan wajah Martha pucat pasi. ia ketakutan. Linda berbisik di telinganya, "Kita sudah lolos dari penerima tamu! Masuk sekarang!" Linda menarik tangan Martha masuk dan berbaur dengan para tamu.

Hal yang dianggap Martha sebagai insiden memalukan, di mata Linda ternyata kesempatan mendulang cuan.   

    "Ini ngebantu mereka dapat pacar juga, Ta," gelak Fanny.

    "Gue aja single, ngapain gue bantuin cowok lain dapat pacar," gerutu Martha.

    Linda tak menyerah. Ia meyakinkan kuncinya adalah membuat undangan palsu dengan jumlah sedikit.

"Kita enggak bikin 10 undangan. Itu mah cari mati. Kita cuma bikin 1-2, per pesta. Jadi undangan kita eksklusif." Linda mengedipkan mata.

    "Yang paling penting ..." Linda berhenti sejenak lalu menatap ke arah Martha, "Kita dapat duit."

    Fanny sebenarnya tak memikirkan soal uang. Ia hanya ingin having fun. Berdansa sepanjang malam diiringin Backstreet Boys, Savage Garden, dengan sahabat-sahabatnya. Namun, ia melihat mata Martha berubah mendengar kata duit.

    Martha bukan anak matre. Penampilannya selalu sederhana. Setelah 1998, Fanny memperhatikan bekal Martha yang tadinya selalu ada telur, daging, bakso atau sosis, kini menjadi polos. Nasi goreng adalah nasi pucat dan telur jarang-jarang. Indomie kosongan hanya bertaburkan bumbu bawang goreng gratisan. Jika dulu Martha sesekali masih jajan di kantin, kini ia tak pernah menginjakkan kaki ke kantin. Linda pernah mencoba mentraktir Martha yang selalu ditolak Martha dengan halus.

    Fanny memancing Martha baru mengaku. Papanya masuk rumah sakit, divonis gagal ginjal. Kini menu diet Papa Martha harus tinggi protein. Martha yang berpesan kepada mbak Atun untuk mengurangi dagingnya dan memberikannya kepada Papa.

    Martha bahkan diam-diam ikut menjual kaset bajakan, ia menjajakan kertas tebal berisi daftar lagu DIY, pembelinya bisa memesan lagu mana yang mereka mau. Tiap kaset, Martha mendapat seribu rupiah. Fanny pernah memergoki Martha menyalinkan PR teman mereka yang kaya raya dengan upah komik Topeng Kaca dan Conan terbaru.

Perkumpulan Anak Luar NikahWhere stories live. Discover now