Part 8 : Rahasia Toko Warisan

579 106 5
                                    

Jakarta, 1990

Masa kecil Ronny berbeda dengan bocah laki-laki lain. Dia tidur siang di gudang bersama dengan manekin perempuan telanjang. Ronny belajar menulis alfabet di bekas kalender bergambar gadis berbikini. Ketika anak seusianya belajar warna dasar seperti merah, kuning dan hijau, Ronny dikelilingi warna-warna baby pink, fanta, salem, krim, putih gading, putih tulang, dan hitam.

"Pinter anak Mami," puji Mei Fang, mamanya ketika Ronny berhasil memisahkan tumpukan celana dalam berwarna putih gading dan beige.

Ronny kecil bersemangat membantu orang tuanya di toko. Dia menyapa pelanggan yang datang dengan suara nyaring, membantu papinya, Tan Aheng membawa berkarung-karung BH dan celana dalam. Usai sekolah, Ronny dan kakaknya, Rose tidak pulang ke rumah. Mereka pergi ke toko, menyantap mie bakso, tidur siang di ruang belakang dengan para manekin, lalu membuat PR di atas etalase. Mereka baru pulang ke rumah setelah toko tutup. Namun, dua kejadian membuat Ronny berubah.

Di ulang tahunnya yang ketujuh, seorang tantenya memberikan sebuah buku berjudul Ensiklopedia Anak Cerdas. Berjam-jam Ronny membolak-balik gambar dan mengagumi ilustrasi yang tercetak. Suatu hari dia menemukan sebuah gambar yang memikat hatinya. Layaknya anak-anak, Ronny berlari mencari orangtuanya.

"Mi, komodo!" Jarinya menunjuk ke gambar komodo berukuran 2.6 m yang disandingkan dengan gambar anak setinggi 1.3 m.

"Lihat-lihat!" seru Mei Fang dengan bersemangat. Mei Fang menyingkirkan sempoa dan menunjuk kepada gambar bocah kecil berambut ikal. "Lihat, anak ini warna kulitnya sama nga dengan kamu?"

Ronny menggeleng.

"Rambutnya?"

"Beda. Ini keriting." Ronny tak bisa menebak kenapa maminya lebih tertarik kepada gambar anak daripada gambar komodo.

Mei Fang membolak-balik halaman ensiklopedia hingga tiba di gambar seorang perempuan berambut pirang dengan pakaian tradisional Belanda.

"Kalau ini bagaimana? Rambutnya sama?"

Ronny menggeleng perlahan. Matanya penuh tanda tanya.

Mei Fang menutup ensiklopedia Ronny lalu dengan nada serius berkata, "Sebenarnya kita semua punya satu kesamaan."

Spontan Ronny mencondongkan tubuhnya ke arah Mei Fang, menunggu kalimat bijaksana keluar dari bibir perempuan yang melahirkannya.

"Kita semua perlu beli kolor," ujar Mei Fang dengan nada serius.

Mulut Ronny otomatis terbuka. Dia mencoba menebak apakah Mei Fang sedang bercanda atau di matanya yang terpenting hanyalah menjaring pelanggan bagi toko pakaian dalam keluarganya?

Kejadian kedua, adalah hari dimana teman-teman sekelasnya menemukan toko orang tuanya.

"Lo punya toko di Asemka?" tanya bocah gembul teman sebangkunya.

"Ya."

"Jual apa? Sepeda? Buku tulis?"

"Bukan. Jual BH sama celana dalam," jawab Ronny datar. Jika saja dia tahu hidupnya akan berubah karena jawaban itu, dia pasti memilih berbohong bahwa orang tuanya punya toko mainan, menjual Gundam, monopoli, dan boneka Barbie palsu dari China.

"Jual BH?" Temannya tertawa dan dalam sekejap seantero kelas tahu pekerjaan orang tuanya. Ronny punya nama baru, Ronny BH. Ejekan yang dia terima makin menjadi ketika teman-temannya menemukan nama toko orang tuanya : Toko Bukit Kembar

"Hei, Ron, bukit!" Teriakan yang sering dia dengar. Teman-temannya akan berlenggak-lenggok bak model dengan tangan membentuk bukit di dada mereka. "Bukit kembar!"

Perkumpulan Anak Luar NikahWhere stories live. Discover now