Part 3 : The Pink Letter

1K 171 7
                                    

Singapura

6 Januari 2017

Pkl 14.00

Seharusnya Martha sadar ada yang salah, ketika Linda mulai memberinya peringatan.

"Ta," panggil Linda. Pandangan Linda terpaku ke lalu lintas di depan mereka, tetapi nada suaranya membuat Martha waspada. "Lo hati-hati."

"Ya." Martha mengelus rambut Daniel.

Linda menginjak rem mobil tepat di depan lampu merah. Seluruh manik mata Linda menatap Martha tajam-tajam.

"Lo bongkar aib orang. Gimana kalo orang bongkar aib lo?" Suara Linda naik beberapa oktaf, sebelum turun menjadi desisan, "Be very careful. Gue kagak ngarti lo cari apa. Dengan otak lo, lo bisa dapat pekerjaan dengan gaji bagus, Ta. Kerjaan yang aman."

Kalimat Linda benar. Ronny pun mengatakan hal yang sama.

Jangan cari masalah. Kalau ada yang melaporkan kamu ke Polisi bagaimana? Ancaman beberapa kali masuk ke dalam inbox DuoLion163 tetapi selama ini semuanya sebatas gertak sambal.

Mobil Linda memasuki kawasan rumah susun tempat Martha tinggal.

"Ntar malem gue ke Tokyo, lo baik-baik."

Martha menyunggingkan senyum menangkap nada kuatir dalam suara Linda.

"Lo kayak nyokap gue," candanya. "Bawel."

Linda merenggut. "Pamali lo ngatain gue."

"Makasih, Lin," kekeh Martha. Ia membuka pintu mobil lalu melambaikan tangan kepada Linda.

Peringatan Linda terngiang bahkan setelah BMW merah Linda melaju meninggalkannya. Ada yang aneh. Linda tidak pernah menyuruhnya berhati-hati. Biasanya Linda yang menerjang badai.

Martha yakin ia sudah berhati-hati. Ia memakai akun anonim. Jika diwawancara ia selalu memakai voice changer. Semuanya baik-baik saja.

Tak lama bus sekolah Sari berhenti di belokan, seorang gadis kecil dengan rambut dikepang, menggendong tas Smiggle berlari keluar. Ia melambaikan tangan dengan riang sambil teriak, "Mommy!"

Namun, sebelum berlari, ia berpamitan dengan sopir busnya, seorang pria dengan kulit putih pucat, "Zai jian, Uncle!" Yang disapa memberikan senyum lebar memperlihatkan giginya yang kekuningan.

Martha tersenyum mendengar Sari berpamitan dengan bahasa rujak gabungan Mandarin dan Inggris.

"Halo, Sayang. Mama beliin kamu spageti dari ION."

Sari meloncat kegirangan. Mereka asyik berceloteh seraya berjalan menyusuri koridor.

Seperti biasa Martha berhenti di di kotak surat. Deretan kotak besi bertingkat dengan nomor rumah terukir di tiap kotak. Martha menanggapi cerita Sari dengan bergumam sementara tangannya sibuk memilah surat yang ia terima.

Iklan jual rumah. Buang

Iklan part time job. Buang.

Katalog IKEA. Martha meraba sampul katalog IKEA yang menampilkan keluarga muda tertawa di dapur bersih nan kinclong. Ia mendesah teringat dapur mereka, pintu rak dapur yang jebol. Ia terpaksa merekatkan pintu itu dengan 3M velcro di keempat sisinya. Sudah berulang kali ia protes kepada Ronny.

"Dapur kita perlu direnovasi, Ron!"

Ronny menggeram.

Renovasi = tambah pekerjaan = tambah sibuk = tidak ada waktu. Ronny berkilah tak punya kapasitas otak untuk memikirkan segala tetek bengek yang harus diurus ketika mereka renovasi. Ketika Martha terus menuntut, akhirnya Ronny mengeluarkan kalimat sakti. "Tunggu aku dapat promosi."

Perkumpulan Anak Luar NikahМесто, где живут истории. Откройте их для себя