21. jisoo & Rose

4 1 0
                                    

JISOO POV.

Lisa menatapku seraya tersenyum."kak..." Dia menggaruk keningnya. Anak ini mau ngomong apa, sih? Dari raut mukanya keliatan Ragu.

"Apa?" Tanyaku.

Lisa senyum. "Gak ada niatan buat minta maaf atau baikan sama kak Rosie?"

Aku menghembuskan napas panjang. Aku sangat bersalah di sini, emosi yang memuncak sudah membutakan mata dan hatiku. Pikiranku kacau. Ucapan spontanku malam itu pasti sudah sangat menyakiti hatinya.

Aku tau, kata maaf saja tidaklah cukup untuk menebus semua kesalahanku. Kalimat yang sudah keluar dari mulutku tidak bisa begitu saja terhapus dari hatinya.

"Kak..." Lisa menepuk bahuku.

"Apa?" Aku tersadar dari lamunanku.

"Mikirin apa?" Tanyanya.

Aku menatap adik kesayanganku. Senyum manis aku berikan padanya. "Kamu bisa keluar dulu? Kakak pengen sendiri"

Lisa mengangguk kecil. Tapi sebelum dia pergi, aku memeluk tubuhnya, mendekapnya erat. Aku membisikan kata maaf berkali-kali di telinganya. Penyesalan ini begitu dalam, lebam di sudut bibirnya sangat menyakitkan untuku. Bagaimana tidak, luka itu tercipta karna aku. Aku yang seharusnya memberikan seluruh cinta dan rasa sayang untuknya malah melakukan hal sebaliknya, memberikan luka untuknya.

Lisa melepaskan pelukanku. Dia menatapku tulus.

"Kakak gak salah" ucapnya seraya mengecup keningku.

Setelahnya Lisa pergi meninggalkan kamarku. Tinggalah aku sendiri di kamarku.

Aku menggigit bibirku, aku bingung. Aku seperti berperang dengan diriku sendiri.

Ceklek! Pintu kamarku terbuka.

Aku terperanjat kaget, Rosie muncul dari balik pintu. Dia berjalan pelan kearahku.

Aku menatap datar dirinya, melihatnya tanpa ekspresi. Rosie duduk di dekatku.

Rosie tersenyum. Dia terus menatap wajah sampingku. Entah apa yang saat ini ada dalam pikirannya. Aku terlalu malu untuk mengakui semua kesalahanku.

"Hey, jadian, yuk" ucapnya di sertai tawa kecilnya. Aku menoleh sekilas lalu kembali acuh."capek banget posesifin orang tanpa ada ikatan" ucapnya lagi. Rosie berdiri dari duduknya lantas berjongkok di depanku."mau gak?" Tanyanya dengan wajah penuh harap. Aku mengalihkan pandanganku."aku tau, kamu salah. Tapi aku juga tau, kamu gak akan minta maaf. Jadi izinin aku untuk mengakui semuanya" Rosie menarik napas dalam, dia menatapku lekat. "Jisu, liat aku" pintanya. Rosie menggenggam tanganku. Tatapan matanya tidak lepas menatapku. "Aku udah maafin kamu, tapi itu semua gak gratis. Aku mau kata maaf aku itu ada bayaranya. Kamu harus jadi pacar aku" pintanya yang mengarah pada sebuah pemaksaan.

Aku menatap malas Rosie. "Kamu minta bayaran?"

Rosie nyengir. "Gak ada yang gratis di dunia ini, sayang" tangan Rosie mencubit pipiku.

"Sayang?" Aku mengulangi kata-katanya.

Rosie terkekeh."iya, sayang. Kita udah jadian sekarang"

"Aku gak merasa udah terima kamu"

"Gak peduli, yang jelas, kamu punya aku sekarang"

"Dih"

Tanpa meminta persetujuanku, Rosie memeluku."aku capek posesifin kamu. Aku cape menunggu sesuatu yang gak pasti dan aku capek meminta waktu kamu padahal kita gak ada ikatan apapun. Izinin aku untuk menjadi bagian yang berharga dalam hidup kamu, meskipun aku tau, aku hanya orang luar untukmu...." ucapnya lirih.

L & J (Jenlisa)Where stories live. Discover now