14. Breakfast

9 1 0
                                    

Lisa menuruni anak tangga dengan perasaan senang. Dia bersenandung seperti anak kecil, wajahnya tampak sangat sumringah.

"Kamu turun sendiri, jennie mana?"  Tanya jisoo sembari megoleskan selai coklat ke rotinya.

Lisa menarik kursi dan menjatuhkan bokongnya. Dia duduk berhadapan dengan jisoo di meja makan. "Ada, lagi mandi" ucap lisa sambil menyeruput susu coklatnya.

"Tumben, biasanya kamu yang turun belakangan"

"Itu artinya, Jennie hebat, dia berhasil mendidik anak ayam ini" Rose muncul dari arah depan.

"Kak Rosie!" Seperti biasa, Lisa akan sangat senang jika melihat Rosie datang ke rumah ini, selain jisoo, dia juga sangat menyayangi Rose.

"Berisik!" Delik jisoo. "Abisin susunya dan panggil Jennie kesini, dia harus sarapan"

"Lisa udah gede, tapi kamu masih galak aja" Celetuk Rose menggelengkan kepalanya. "Dan Kamu masih memperlakukan dia seperti anak kecil" tambah Rose di iringi senyum manis di bibirnya. Pandangan mata jisoo bergulir pada Rose, rose langsung bungkam. Lisa terkekeh geli melihat ekpresi takut di wajah Rose.

"Lisa akan tetap menjadi adik kecilku, Kamu tau itu!" Ucap jisoo menatap tajam Rose.

"Malah aku yang kena" celetuk Rose sembari mengambil gelas berisi susu coklat dan meminumnya sampai habis.

Bersamaan dengan itu, Jennie turun dari tangga, cepat Lisa menarik kursi di dekatnya. Jennie senyum lalu mendudukan bokongnya di kursi yang sudah di siapkan oleh Lisa.

"Kamu baru bang-" jisoo menghentikan ucapannya saat matanya tidak sengaja melihat sesuatu di area leher Jennie. Sontak jisoo menahan senyum. Entah karna terlalu peka atau apa, pandangan mata Rose juga tertuju pada leher Jennie. Rose dan jisoo saling pandang, keduanya sama-sama menahan senyum.

"Percaya, kan, sama aku?" Rose menatap jisoo dengan tatapan tengilnya. "Dia bukan adik kecimu lagi, dia sudah besar" lanjut Rose.

Jisoo mengangguk mengiyakan. "Aku percaya" kata jsoo sambil senyum-senyum. Pandangan matanya tidak lepas menatap adik kecil kesayangannya yang tengah sibuk mengoleskan selai di roti Jennie. "Enak?" Tanya jisoo ke Lisa.

"Hah?" cengo Lisa. Muka polosnya tampak begitu menggemaskan. "Enak?" Ulang Lisa.

Jisoo dan Rose sama-sama mengulum senyum.

"Gimana rasanya? Enak?" Giliran Rose yang bertanya.

"Apasih yang enak? Rotinya? Enak, kok. Aku suka. Rasa baru ya, kak?"

Seketika tawa Rose dan Jisoo pecah mendengar pertanyaan Lisa yang menurut mereka sangat konyol.

"Semalem gak mati lampu padahal, tapi kok bisa banyak nyamuk, yah" ceplos Rose.

"Tapi di kamar aku, sih, enggak. Bebas nyamuk. Makanya kulit aku gak merah-merah" Balas Jisoo yang sama jahilnya dengan Rose.

"Di kamar aku juga nggak ada nyamuk. Iya kan. Hon?" Lisa menyenggol pelan lengan Jennie.

"Hu'um. Sejuk juga" sahut Jennie seadanya.

"Masa sih, sejuk? Bukannya malah panas yah? Gerah" timpal Rose sambil menaikan sebelah alisnya. "Di kamar kalian beneran aman dari nyamuk? Tapi kok, aku liat leher Jennie merah-merah gitu?" Tanya Rose menunjuk leher Jennie.

Sontak Lisa menoleh kearah Jennie, lebih tepatnya melihat pada bagian Leher Jennie. Mata Lisa membulat sempurna, dia terkejut sekaligus malu. Bagaimana tidak, hasil karyanya semalam meninggalkan jejak kemerahan yang sangat jelas di leher Jennie..

"Eum, itu...." Lisa berkata gugup.

"Kamu kenapa, sih? Sakit?" Jennie menempelkan tangannya di kening Lisa. "Gak panas" katanya. "Tapi kenapa muka kamu merah, yah?" Ucap jennie dengan polosnya.

L & J (Jenlisa)Where stories live. Discover now