9. LALISA MANOBAN!

11 3 0
                                    

Lisa Pov.

"Duduk di sini" aku mendudukan Jennie di tepi ranjang. Aku berlari mengambil kotak obat yang berada di dalam lemari.

Hatiku mencelos melihat sebuah luka cakaran di leher putih Jennie, yang bahkan Jennie sendiri belum menyadarinya.

"Kamu mau ngapain?" Jennie memundurkan kepalanya saat aku mendekatkan wajahku untuk melihat lebih jelas luka cakaran di wajahnya.

"Si brengsek itu gak berhasil sentuh kamu, kan?" Tanyaku penuh rasa khawatir, berharap Jennie mengatakan 'TIDAK'

tapi nyatanya...

"Dia nyentuh leher aku, tapi aku menepisnya"

Aku menghembuskan napas kasar. "Sini" aku menyelipkan tanganku di tengkuk leher Jennie dan menarik leher Jennie agar semakin dekat denganku.

"Ka-kamu mau ngapain?" Gugup Jennie menahan kepalanya.

"Ada bekas cakaran di leher kamu, mau tetesin obat luka biar gak perih nantinya"

"Hah? Luka cakaran?" Tanyanya, aku mengangguk.

Aku menuangkan obat tetes luka pada kapas dan mengoleskannya pada bekas cakaran di leher Jennie.

"Sstttt...." Jennie meringis. Ini pasti perih. Aku tau rasanya.

"Tahan, yah" ucapku. Aku meneteskan obat luka itu lebih banyak lalu megoleskannya di leher Jennie. Reflek sebelah tangan Jennie mencengkram bahuku sebagai pelampiasan rasa perih di lehernya. Selain mencengkram bahuku, Jennie juga menutup kedua matanya, wajahnya meringis menahan sakit. Tapi itu justru terlihat sangat menggemaskan. Aku menghentikan aktivitas tanganku di lehernya, untuk sesaat terpaku menatap wajah cantik dan lucunya.

"Udah?" Jennie membuka matanya, tatapan mata kami bertemu. Jennie diam membeku, begitupun denganku. Jantungku berdetak tidak normal sekarang.

Bibirku tertarik berlawanan arah, aku tersenyum melihat wajah polosnya saat menatapku. "Udah" ucapku memutus kontak mata dengannya.

"Makasih" ucapnya pelan.

Aku teringat sesuatu. "Besok aku mau keluar, boleh?" Ini terdengar aneh, sejak kapan aku meminta izin pada oranglain saat ingin pergi?

"Aku juga harus pergi mengajar" sahutnya.

"Aku gak suka anak-anak di sekolah itu, kecentilan"

Jennie terkekeh. "Karna mereka godain kamu? Gak usah anter ke sekolah kalo gitu"

"Mana bisa? Berapa kali aku harus bilang, kamu itu tanggung jawab aku sekarang" Tegasku seraya menepuk pelan pipi Jennie.

"Kalo mereka godain kamu lagi?"

"Aku pulang!"

"Gak usah cakep-cakep makannya" ceplos Jennie.

"Hah? Aku cakep?" Aku tersenyum lebar menatap Jennie. Wajah Jennie memerah. Apa dia malu? Lucu banget.

"Hah? Aku gak bilang gitu" kilahnya. "Aku harus mandi sekarang!" Ucap Jennie sambil berlari ke kamar mandi.

Aku tertawa terbahak melihatnya salah tingkah.

_________

Pagi-pagi banget aku udah bangun dari tidur, bukan aku yang mau, tapi Jennie yang bangunin aku.

Aku misuh-misuh, gimana mau semangat, ini masih pagi banget soalnya. Harusnya aku masih tidur sekarang.

"Apa gak kepagian? Masih jam enam lewat tiga puluh, lho" aku menunjuk jam dinding di tembok kamarku.

L & J (Jenlisa)Where stories live. Discover now