16. party

14 2 0
                                    

LISA POV.

Aku masuk ke dalam kamar dengan perasaan kesal, aku menghela napas panjang dan menghenbuskannya perlahan, berharap rasa kesal di hatiku secepatnya menghilang. Aku gak mau jennie tau tentang permasalahan yang terjadi antara kak rosie dan kak jisu. Dia gak boleh tau pokoknya.

"Baby" panggilku. jennie menoleh sekilas, dia lagi rebahan sambil mainin handphone, gak tau lagi ngapain. Tapi yang pasti, dia lagi senyum-senyum sekarang.

Kepo, aku sedikit mengintip layar handphonenya. "Liat apa?" Tanyaku.

"Honey, liat deh, gemesh banget" katanya sembari memperlihatkan video seorang bayi laki-laki yang sedang menangis. "Lucu, kan?" Katanya lagi.

"Apanya yang lucu? Bayi nangis di bilang lucu, kasian tauk" jawabku sekenanya.

Jennie merengut. "Ih, gak peka banget!"

"Bayi siapa emangnya?"

Jennie narik tangan aku supaya aku ikut rebahan di dekat dia. Patuh, aku mengikuti keinginannya, aku merebahkan tubuhku di sampingnya, jennie langsung mengambil posisi nyamannya, tiduran sambil memeluku."ini anak temen aku, lucu, Yah?" Katanya seraya menatapku.

"Lucu" jawabku singkat.

"Kamu gak mau punya ini?" Tanyanya ambigu.

"Punya apa?"

"Bayi" ceplosnya tanpa dosa.

Aku tergelak. "Emang bisa?"

"Bisa, honey. Zaman sekarang semuanya udah canggih, asal ada uang, semua masalah terselesaikan. Uang kamu, kan. Banyak" katanya sembari mengeratkan pelukannya. Manja banget anak kucing satu ini. Jadi gemes.

"Kamu mau punya bayi?"

Jennie diam sesaat. "Kamu?" Setelahnya dia balik bertanya.

"Nggak!" Tolaku apa adanya. Aku memang tidak ingin memiliki bayi. Saat ini, hidup bahagia bersama jennie sudah sangat cukup bagiku.

"Aku sedikit kepikiran tentang keinginan kak jisu" ucapnya sedih.

"Kamu mikirin permintaan kak jisu tentang bayi?" Jennie mengangguk. Aku tertawa kecil. "Jadi kamu masih kepikiran sama permintaan konyol kakak aku?" Lagi, jennie mengangguk lucu. Duh, gemesin banget sih dia. "Lucu banget sih kamu" Aku mencubit gemas pipinya.

"Gimana kalo permintaan kak jisu itu gak bercanda? Gimana kalo dia serius minta ponakan dari aku sama kamu?" Tanyanya. Jennie kelihatan serius saat mengatakan itu. Rupanya permintaan konyol kak jisu benar-benat mengganggu pikirannya.

Aku mencium kening Jennie dan mengeratkan pelukannku. "Baby, dengerin aku. Gak ada satu orang pun yang bisa ngatur kamu, apapun harapan dan keinginan orang ke kamu, kamu gak punya kewajiban untuk mengikutinya. Jadi, kak jisu gak punya hak sedikitpun untuk mengatur apalagi sampe memaksakan keinginannya ke kamu" jennie mengangguk dalam pelukanku. "Udah lega?" Lagi, dia mengangguk. "Kamu ada janji jam berapa? Berangkat sekarang?"

"Gak jadi, aku malah lagi bingung sekarang" keluhnya.

"Gak jadi pergi?" Tanyaku. Jennie menggeleng pelan. "Terus kamu bingung kenapa lagi? Masih tentang permintaan kak jisu?" Tebaku.

"Bukan" tepisnya.

"Terus?"

Jennie menghela napas. Dia mendongakan kepalanya menatapku, jemarinya bermain di pipiku. "Nanti malam temenku ngajak party, dia ultah"

"Kamu dateng"

"Nggak tau"

"Alasannya?"

"Aku gak biasa pergi ketempat kayak gitu, hon..."

L & J (Jenlisa)Where stories live. Discover now