5.Mall

5 3 0
                                    

Lisa Pov.

"Masih lama gak, sih? Lama banget!" Gerutuku berdiri di ambang pintu.

"Sabar" jawabnya enteng. Sabar dia bilang? Aku udah nungguin dia selama dua jam! Aku yang cewek aja gak sampe sebegitunya, cuma pake kaos, celana high waist dan make up tipis seadanya, udah. Gak ribet kayak dia.

"Sepuluh menit lagi gak keluar, gue tinggal!" Ancamku sembari berlalu meninggalkannya.

"Loh, jennie mana?" Pertanyaan kak jisu tidak menghentikan langkahku. Aku berjalan cepat melewatinya. Bodo. Aku masih marah sama dia.

Mobil sudah aku siapkan sejak tadi tapi udah jam segini, jennie belum juga selesai dengan aktivitasnya di depan kaca. Mau nunggu sampe berapa jam lagi?!

"Ya tuhan, lama banget, sih!" Aku berdecak kesal. Aku menyalakan mesin mobil dan membunyikan berkali-kali klakson mobil.

"Iyaaaaaaa, aku udah siap" jennie berlari kecil menuju mobil dan masuk dengan tergesa.

"Lama banget, sih? Tau gitu mending gue tinggal tidur" ucapku tanpa menoleh.

Jennie diam. Mungkin dia menyadari kesalahannya. Perlahan aku mulai menjalankan mobilku.

"Lisa tunggu!" Seru Jennie. Sontak aku menginjak rem.

"Apa?!" Tanyaku kesal.

"Hape aku ketinggalan" jennie tersenyum takut. Aku menghela napas dan menghembuskannya kasar.

"Cepetan ambil!"

Jennie langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.

Tidak lama dia kembali masuk ke dalam mobil dengan napas memburu. Aku mengulum senyum, dia pasti capek.

Aku menyalakan mesin mobil dan mengendarainya dengan kecepatan sedang.

"Ceroboh banget si lo. Udah nunggunya lama, hape pun ketinggalan" kataku membuka obrolan. "Kita cuma mau ngemall, bukan ke pesta kerajaan" lanjutku menyindirnya.

"Bawel" katanya.

___________

Hari ini Mall sangat ramai, aku tidak terlalu menyukai keramaian. Beberapa kali aku lihat jennie kesulitan saat menaiki eskalator, terhimpit oleh banyak orang berbadan besar. Aku menarik tangan Jennie dan menggenggamnya. Dia melihat kearah tangannya, aku memilih acuh. Biarin ajalah dia mau mikir apa tentangku, yang penting, dia gak berdesakan lagi di eskalator, karna aku mengajaknya menaiki lift.

Tapi sial! Lift juga sangat ramai. Banyak yang sudah berdiri di depan Lift. Aku dan Jennie saling pandang. Aku menghembuskan napas.

Pintu Lift terbuka, aku menarik tangan Jennie dan membawanya masuk ke dalam lift. Di dalam lift, aku mendorong Jennie, memepet habis tubuhnya pada dinding lift sehingga pungung jennie menempel pada dinding dalam lift dan aku berada tepat di depannya dengan posisi menghadapnya. Bukan tanpa alasan aku berada di posisi seperti ini, aku hanya tidak ingin dia berdesakan lagi dengan orang-orang di dalam lift. Seseorang berada sangat dekat dengan punggungku, tiba-tiba saja dia memundurkan badannya dan otomatis membuat tubuhku semakin mendekat bahkan mepet dengan Jennie.

Aku dan Jennie saling pandang. Mataku tepat menatap kedua matanya, begitupun dengan Jennie, dia tidak mengalihkan pandangannya kearah lain, melainkan terus menatapku. Cukup lama kami berada di posisi seperti ini hingga akhinya pintu Lift terbuka.

Aku bernapas lega.

"Ayok" aku kembali menarik pergelangan tangan Jennie

Wajahku memang tampak datar, tapi jangan tanya perasaanku saat ini, kacau! Aku gak ngerti, berada di dekat jennie membuat jantungku berpacu cepat.

L & J (Jenlisa)Where stories live. Discover now