8. Meet Kiara

8.6K 366 4
                                    

Nino's POV

"Kenapa? Cemburu?" Tanyanya dengan senyum jahil kearahku.

Saat aku akan menjawab Naomi dengan kalimat "Kepedean banget sih lo", seorang gadis yang sedang duduk meringkuk ditrotoar dengan pakaian lusuh nya dan kulit yang kusam terlihat sangat familiar.

Kiara?

Itu Kiara bukan?

Ya, itu Kiara.

Aku menginjak pedal rem lalu menepikan mobilku dan segera keluar meninggalkan Naomi yang berteriak memanggil namaku.

Fyi, Kiara itu adik kelas aku waktu SMP. Aku deket sama dia, deket banget sampe orang kira kita itu pacaran. Padahal enggak. Dia udah kayak adik buat aku, berhubung hubunganku dengan adik kandungku memang tidak baik.

Sebenarnya, Kiara itu anak pemulung. Dia bisa masuk ke sekolah elit waktu SMP juga karna beasiswa. Dia sering cerita, Ayah kandungnya itu pemabuk & tukang judi. Ayahnya selalu pulang larut, bahkan sering tidak pulang. Dia bilang, ayahnya selalu ibunya kalau ibunya sedang tidak ada uang, dan setiap dia berusaha mencegah ayahnya untuk memukul ibunya, ayahnya malah memukuli anaknya juga.

Terkadang, aku membantu dia dan ibunya memulung sampah. Dan melihat dia yang begitu semangat mencari uang sedikit menyayat hatiku. Aku dengan mudahnya hanya mengadahkan tangan dan menerima uang bersih tanpa kerja keras apapun dari orang tuaku.

Setiap aku melihat lebam-lebam di betis/lengan nya dan ingin mengobati nya, dia selalu menjawab "Gausah kak, entar ilang sendiri kok. Gausah repot-repot" disaat seperti itu aku hanya bisa menuruti kemauan nya, karna aku tidak pernah memaksakan kehendakku terhadapnya.

"Kiara?" Tanyaku saat sudah berada disamping nya.

Dia menatapku bentar lalu kembali menatap lurus kearah jalan.

Dia kenapa?

"Kiara, kamu ingat kakak?" Tanyaku lagi.

"Raka" Jawabnya pelan.

Ya, memang cuma dia yang memanggilku Raka.

"Kamu ngapain disini?" Tanyaku masih dengan tubuh setengah jongkok disampingnya.

"Ayah" Jawabnya pelan masih menatap lurus jalan didepannya.

"Ayah" Nada bicaranya naik 1 oktaf.

"Ayah" Nada bicaranya semakin meninggi.

"AYAH!!!" Teriak nya frustasi diikuti air mata yang bercucuran dari kedua sudut matanya.

Aku tak sanggup melihatnya begini dan langsung menarik tubuh mungilnya dan memeluknya. Tak memperdulikan tatapan orang disekitar kami.

Aku membiarkan nya membasahi kaos hitamku.

Ada apa dengan Kiara? Apa yang terjadi dengan Kiara mungilku? Dimana Kiara yang selalu bahagia?

Akupun membantunya berdiri dan menuntun nya kearah mobil.

"Nino?" Tanya Naomi saat aku membuka pintu penumpang yang berada dibelakang. Bahkan, aku lupa kalau tadi aku sedang bersama Naomi.

"Naomi, kamu bisa pulang naik taxi?" Tanyaku. Aku rasa, Kiara gak akan merasa nyaman kalau Naomi berada disini.

"Kenapa emangnya? Dia siapa Ni?"

"Ehm, aku ada urusan sama dia" Jawabku lalu menatap matanya saat sudah berhasil mendudukkan Kiara dibelakang.

Dia terlihat sedih dan cemburu? Tatapan itu sedikit meremuk hatiku. Aku sebenarnya tidak tega membiarkannya pulang naik Taxi, tapi mau bagaimana lagi? Aku harus mengorbankan salah satunya.

"Oh oke" Jawabnya sambil tersenyum masam. Matanya tampak berkaca-kaca tapi dia langsung mengalihkan pandangan nya dan keluar dengan segera.

Aku semakin tidak tega. Aku langsung keluar dari mobil dan mencoba mengejar Naomi yang sedang menghentikan taxi.

"Naomi!"

Dia menoleh sekilas dengan mata yang berair dan maskara yang berantakan lalu segera masuk kedalam taxi dan melesat pergi membelah jalanan Jakarta yang sedang sepi. Apa dia menangis? Dia menangis karna aku?

Oh god. Aku sungguh menyesal udah nyuruh dia buat pulang naik taxi. Seharusnya aku belajar mencintainya saat ini, karna sebentar lagi kami menikah.

Aku kembali memasuki range rover ku dan melihat kebelakang. Kiara tertidur dengan tubuh yang diringkukkan dan memeluk dirinya sendiri. Apa dia kedinginan? Akupun menurunkan suhu ac mobil dan mengemudi dengan sedikit ugal-ugalan karna memikirkan Naomi.

Aku pun segera mendial nomor Aga, karna nama dia yang berada paling atas di buku telepon ku dan yang aku ingat, cuma dia yang mengenal Kiara karna dia berada di 1 sekolah yang sama denganku dan Kiara.

"Halo ga, lo dimana?" Tanyaku to the point.

"Dirumah lah, senin gaada jadwal nga-"

"Oke, gue kesitu sekarang" Aku yang kalut langsung memutuskan sambungan dan menancap gas menuju rumah Aga di daerah kelapa gading.

"TIN TIN TIN" Aku menekan klekson mobil dengan tidak sabar, Aga buruan.

Lalu sosok yang kutunggu-tunggu pun memunculkan batang hidung nya dari balik pagar yang menjulang tinggi itu lalu segera menghampiri mobilku dengan wajah ditekuk.

"Apaan sih lo, ributin rumah orang aja" Jawabnya sambil duduk dikursi penumpang disebelah kiriku.

"Eh, gue titip Kiara ya"

"Kiara?" Tanyanya tak percaya.

<><><>

Her Married LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang