Point kesembilan : Hal-hal yang tidak dicantumkan dalam perjanjian bisa bertambah atau berkurang sesuai kesepakatan bersama.

Point kesepuluh : Perjanjian ini bersifat mutlak sampai batas waktu 2 tahun atau lebih.

Begitulah isi perjanjian pernikahan yang dibaca Kaivan. Ia mengerutkan keningnya dalam membaca perjanjian itu.

"Kenapa semua ini hanya menguntungkan Anda?" protes Kaivan.

"Saya sudah menghapus semua masalah hutang adik kamu kalau kamu lupa. Masih belum cukup?" kesal Mega.

"Tapi satu point itu tidak sebanding dengan point-point yang menguntungkan Anda." balas Kaivan.

"Ck. Toh kamu juga nggak dirugikan di sini. Saya juga harus menjaga sikap di depan keluarga kamu." decak Mega.

Setelah melakukan perdebatan cukup alot, keduanya pun sepakat dengan perjanjian kontrak itu. Hal itu disepakati dan disahkan oleh pengacara yang dibawa Gavin.

***

Suasana mansion yang sangat megah langsung menyambut pandangan Kaivan begitu keluar dari mobil Mega yang mengantar mereka ke kediaman Sanjaya.

Kedatangan mereka disambut oleh pelayan yang bekerja di sana dan Garendra Sanjaya tentunya yang berdiri di tengah halaman untuk menyambut mereka. Tak lupa dengan pria yang tampak seumuran dengan Garendra, atau lebih tua sedikit, dia adalah David Sanjaya yang merupakan kakak dari Garendra Sanjaya berdiri di samping kiri Garendra bersama dengan perempuan paruh baya yang merupakan istrinya. Anita Maheswari Sanjaya. Dan jangan lupakan seorang pemuda dengan setelan lengkap dan wajah angkuh yang berdiri di samping kanan Garendra, itu adalah Adam Sanjaya. Sepupu sekaligus musuh utama Mega.

"Akhirnya kamu pulang juga." ucap Garendra menyambut kedatangan mereka.

"Ya, karena ancaman Papa." balas Mega malas.

Garendra hanya terkekeh kecil sebelum menatap Kaivan yang berdiri di samping Mega.

"Selamat datang di keluarga Sanjaya, Kaivan Prawira." ucap Garendra pada Kaivan.

"Terimakasih atas sambutannya Pak Garendra." balas Kaivan menunduk sopan.

Garendra hanya mengangguk dan memperkenalkan anggota keluarganya yang lain kepada Kaivan.

"Senang melihat menantu Sanjaya ada di sini." sapa David yang dibalas anggukan sopan Kaivan. Begitupun pada Anita yang menyapanya ramah. Entah memang sungguh ramah atau hanya kedok belaka.

Tibalah Kaivan bertemu dengan pria yang sepertinya seumuran dengannya.

"Selamat datang di keluarga Sanjaya. Kudengar kamu seorang dokter. Baguslah karena kamu pasti memiliki otak yang waras, bisa mengimbangi kegilaan istrimu." sapa Adam yang terdengar sinis.

Kaivan hanya mengangguk sopan sembari mengucapkan terima kasih. Akhirnya perkenalan yang sangat jauh dari kata hangat itu berakhir.

***

Disinilah Kaivan berada. Di sebuah kamar yang sangat luas dan mewah. Siapa lagi kalau bukan kamar Mega. Kamar ini dilengkapi dengan satu set sofa lengkap dengan mejanya, ranjang besar berukuran king, walk in closet, dan juga kamar mandi di dalamnya. Bahkan lantai kamar ini sebagian dilapisi karpet tebal. Beginilah karpet yang dimaksud Mega saat itu. pantas saja menyebutnya miskin.

Kaivan dapat melihat Mega yang baru keluar dari kamar mandi.

"Apa keluarga Anda memang bersikap begitu?" tanya Kaivan melihat Mega yang duduk di ranjang. Tepat di sampingnya.

"Mereka cuma musuh yang berlindung dibalik kata keluarga. Nggak usah kamu pikirin." jawab Mega terdengar malas.

Kaivan mengerti. Sepertinya keluarga Sanjaya tidak bisa dikatakan sebagai keluarga harmonis. Ya setaunya rata-rata keluarga kaya memang tidak harmonis. Entahlah ia tidak akan memikirkannya. Toh itu juga bukan urusannya.

My Powerful Wife (COMPLETED)Where stories live. Discover now