AZQILA INTAN ELMEIRA, dia adalah anak tunggal dan yatim-piatu, Intan kira dengan kepulangannya ke rumah bisa membuat Intan lebih baik sehingga bisa menebus kesalahannya yang dulu, namun ternyata salah, bahkan Intan harus menerima kenyataan bahwa h...
" Capek hm ?" Tanya Erda sembari mengusap peluh di kening Intan menggunakan sapu tangan kecil yang ia bawa untuk berjaga-jaga.
Intan mengangguk, " tapi ga papa. Kan buat baby A," jawabnya dengan mengelus perutnya.
Erda menatap Intan, kala melihat Intan yang tengah meringis. Erda hanya waspada jika Intan akan melahirkan hari ini.
" Kenapa?"
" Biasa anak kamu," sahut Intan, Erda menghela nafas lega, tangan Erda terulur untuk mengelus perut Intan. Dan benar saja kala Erda menempelkan tangannya pada permukaan perut Intan Erda merasakan pergerakan yang cukup kuat disana.
" Sayang, udah ya! Kasihan nih bundanya kesakitan," monolog Erda membuat Intan terkekeh.
" Udah siapin nama buat baby A?" Sambung Erda bertanya pada Intan.
" Udah, kalo kamu?" Tanya Intan balik.
Erda mengangguk.
Meraka sepakat untuk tidak memberitahu satu sama lain nama yang mereka persiapkan untuk kelahiran sang malaikat kecil baik Erda maupun Intan. Dan nama itu akan disematkan saat kelahiran anak mereka nanti.
Huh.
Intan menghela nafas panjang, Erda yang mendengar sontak menatap Intan. " Kenapa hm?" Tanyanya.
" Aku jadi takut," ungkap Intan.
" Aku takut kalo nanti aku ga bisa jadi ibu yang baik untuk anak kita. Aku takut kalo semisal terjadi sesuatu antara aku ataupun baby A, aku takut ma-"
" Shut, udah! Mas kan sudah pernah bilang pasrahkan semua sama Allah. Jika ini rezeki kita pasti dia akan selamanya menjadi milik kita, lagian kalo besok kamu harus operasi Caesar mas akan melakukan yang terbaik untuk kamu dan baby A. Karena kamu dan baby A adalah harta yang paling berharga dalam hidup mas," sela Erda berusaha menenangkan Intan.
Erda menghela nafas sejenak, " jangan takut ya, mas yakin kamu ibu yang hebat. Kalo pun mas harus memilih antara kamu sama anak kita mas akan memilih untuk menyelamatkan kamu, aku ga akan sanggup kehilangan kamu, sayang," sambungnya dan mengecup puncak kepala Intan.
..........
Erda menggeliat dalam tidurnya, kala mendengar suara seseorang menangis, Erda terbangun dan tak mendapati Intan disampingnya. Terlihat jam masih menunjukkan pukul 03.09 dini hari.
Erda dengan sigap bangun, mencari dari arah mana suara itu berasal, Erda menatap pintu kamar mandi Erda berjalan kearah sana dan pintunya tak terkunci. Erda segera masuk dan terlihat Intan yang sudah dibanjiri peluh.
Erda berjalan mendekati Intan ia pun berjongkok menyamankan posisinya dengan Intan. " Sayang, kamu kenapa?" Tanyanya dengan raut wajah yang sangat khawatir.
Intan menatap Erda, " m-mas perut aku s-sakit," jawabnya dengan sesekali meringis.
" Mules?"
" Iya, tapi dari tadi ga keluar-keluar. A-aku takut."
Erda mencerna apa yang Intan katakan, dengan sigap Erda mengangkat tubuh Intan, Erda tau bahwa ini sudah waktunya. Ia pun memakaikan Intan jilbab instan dengan cardigan dan dibawanya kedalam mobil.
Kini Erda dan Intan dalam perjalanan menuju rumah sakit, tak lupa Erda menghubungi kedua orangtua nya bahwa Intan akan melahirkan hari ini.
" S-sakit mas," ucap Intan dengan nada yang bergetar, menahan sakitnya kontraksi.
" Sabar ya, baru pembukaan 5 sayang," sambung Erda dengan setia mengelus pinggul dan perut Intan secara bergantian. Tak tega rasanya melihat Intan yang tengah berjuang untuk melahirkan namun Erda tak memiliki cara untuk meredakan rasa sakit itu.
Ya, Erda dan Intan sudah sampai dirumah sakit terdekat, dan setelah dicek ternyata Intan sudah pembukaan 5. Lagi dan lagi Erda merasakan sebuah remasan pada lengannya, " kontraksi lagi?" Tanyanya sembari mengelus perut Intan. Intan mengangguk.
Erda mengusap dahi Intan yang sudah basah itu, Erda menatap Intan yang setia memejamkan matanya dengan kuat mencengkram lengannya, Erda membiarkan itu karena ia tak tahu bagaimana cara mengurangi rasa sakit yang Intan rasakan.
10 jam Intan berjuang dengan rasa sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, dengan sekuat tenaga Intan berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk malaikat kecil pelengkap keluarga kecilnya.
Air mata dan peluh kian terus bercucuran, kini prosesi melahirkan sudah dimulai dengan setia Erda membisikkan kata-kata penyemangat untuk Intan hingga suara tangisan bayi memenuhi ruang bersalin itu.
Erda yang semula menunduk di telinga Intan kini ia mendongakkan kepalanya, dokter mengangkat bayi yang baru saja keluar dari rahim Intan.
" Bayinya perempuan, sehat, lengkap, dan sempurna." Ucap sang dokter yang memperlihatkan bayi itu, diberikannya pada Erda untuk di adzan kan, Erda menerima anak itu, dipandang nya dengan lekat Erda tak kuasa menahan air matanya dengan suara bergetar Erda mengadzani gadis kecilnya.
Selepas mengadzani gadis kecilnya, Erda menatap Intan terlihat Intan memejamkan matanya, Erda menepuk pelan pipi Intan. Ia kalut sekarang mengapa Intan tak kunjung bangun, sedari tadi Erda tak memperhatikan Intan karena ia terfokus pada sang anak.
" Dok! Istri saya?"
Panik ga? PANIKLAH MASA ENGGA
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.