Intan memutar bola matanya malas, suaminya ini sangat lah malas. Jika itu alasannya maka hanya sebuah alasan yang klasik yang membuat Intan sedikit naik pitam.
" HPL nya kan masih 1 Minggu lagi. Mas yang hamil itu aku bukan kamu masa kamu udah cuti, toh dirumah ada bibi lagian bunda juga sering kesini kalo siang. Jadi mas Erda ga usah khawatir," balas Intan membuat Erda memelas.
Erda menundukkan kepalanya, " boleh ya hari ini aja, mas mau manja-manja an sama kamu. Besuk kalo baby A nya lahir kan kita udah jarang ada waktu berdua."
Intan menatap wajah Erda, ia terkekeh kemudian tangan Intan terulur untuk mengusap pipi Erda, " oh jadi itu alasannya?"
Erda mendongakkan kepalanya, membalas tatapan mata Intan, " bukan alasan itu," balasnya dengan sedikit merengek.
" Terus?"
" Y-ya gitu deh."
" Engga, apapun alasannya kamu harus pergi kekantor. Aku ga mau ya punya suami yang kere karena ga pernah berangkat kekantor, mau dikasih makan apa istri sama anaknya," timpal Intan membuat Erda membulat kan matanya. Jadi tadi? Intan tak memberikan kesempatan untuk dirinya.
Huh.
" Sayang," panggil Erda dengan nada merengek.
Sebenarnya Intan tak masalah jika suaminya ini cuti, karena menurutnya walaupun sikap Erda terkadang berlebihan namun itu sangat baik untuk dirinya, toh juga biasanya Erda berangkat kekantor jam 9 lalu pulang sekitar pukul 2.
" Ya udah kamu boleh cuti, " Erda menatap Intan tak percaya.
" Tapi mulai besok!" Imbuhnya membuat Erda membulat kan matanya, baru saja Erda akan berteriak bahagia namun.
" Kok?"
" Besok atau engga sama sekali!"
Okey jika seperti ini Erda harus menurutinya, dari pada ia tak diperbolehkan untuk cuti.
" Mau kemana?" Tanya Erda yang menyadari Intan tak ada lagi disampingnya dan sudah berjalan menuju pintu kamar mereka.
Intan membalikkan tubuhnya, " mau ngajak anak aku jalan-jalan lah," jawabnya sembari menggunakan jilbab instan berwarna army.
" Mas ikut."
" Ngapain? Kan mas harus siap-siap kekantor."
" Nanti aja, mas mau nemenin anak mas jalan-jalan. Ayok!" Ajak Erda, Intan mengangguk.
Memasuki trimester ketiga, dokter menyarankan Intan agar banyak berjalan apalagi Intan ingin melahirkan secara normal, walaupun tak banyak berbeda dengan operasi Caesar namun Intan ingin berjuang dengan tenaganya sendiri.
Pagi ini udara sangat bagus, apalagi di daerah perumahan yang Erda tinggali bersama Intan masih banyak persawahan disana membuat udara pagi ini terasa lebih segar.
Sudah hampir 15 menit Intan juga Erda berjalan pagi, dan sepertinya istri Erda sudah kelelahan, terlihat dari peluh yang membanjiri seluruh wajah Intan juga nafas bumil yang terlihat ngos-ngosan, Erda meminta untuk beristirahat di taman kompleks perumahan.
YOU ARE READING
INTAN (End!)
Teen FictionAZQILA INTAN ELMEIRA, dia adalah anak tunggal dan yatim-piatu, Intan kira dengan kepulangannya ke rumah bisa membuat Intan lebih baik sehingga bisa menebus kesalahannya yang dulu, namun ternyata salah, bahkan Intan harus menerima kenyataan bahwa h...
