Kakek Tua

11 0 0
                                    

Tubuh nya kembali jatuh secara perlahan di antara air. 'Lagi ? Mimpi ini lagi ?' Ucap Rain dalam pikiran nya. Sama seperti sebelumnya, ada suatu gaya yang menarik tubuh nya ke bawah menuju kegelapan, air dalam. Seperti sebelum nya juga, ia sejak awal menahan nafas seperti tenggorokan nya menolak untuk terbuka. 'Ini hanya lah mimpi... aku bisa bergerak semau ku, semoga...' Rain lalu membuka mulut nya dan gelembung udara keluar melayang, mengapung ke atas. Walau tenggorokan nya seakan menolak karna merasa air di sekitar nya, ia tetap berusaha untuk membuat nya terbuka mengabaikan reflek tubuh nya

Meskipun ia tak merasa basah meskipun disekitarnya air menyentuh tubuh nya. Rain tetap dapat merasakan dingin yang di pancarkan sekitar. 'Hahahahaha... aku bisa bernafas di dalam air !!!' Rain melempar kedua tangan nya ke atas, senyum lebar terpampang di wajah rain setelah berhasil melawan reflek tubuh nya. 'Sial tetap saja aku masih belum bisa berenang...' Senyum nya menjadi pahit. Melihat ke bawah adalah kegelapan kosong di mana cahaya berhenti tak dapat menembus air lebih jauh. ' *Glup*... Seharusnya nanti bakal ada sesuatu muncul dari bawah...' Rain menelan ludah mengingat apa yang terjadi di mimpi nya sebelum nya.

Rain memejamkan mata nya menikmati perasaan jatuh perlahan ini...'Lagi pula tidak ada yang bisa aku lakukan... '. Entah kenapa di tempat ini dia dapat merasakan suatu ketenangan... suatu ketenanga yang berbeda dari yang ia rasa sebelum-sebelum nya. Rain dapat merasakan perasaan nostalgia seakan menyelimuti pikiran nya, sesuatu yang familiar dan indah memberinya suatu kenyaman tersendiri yang sulit untuk dituliskan. Di saat bermimpi hal yang biasa orang alami adalah waktu berjalan begitu cepat, tiap adegan seperti di paksakan sampai sebelum seseorang itu bangun. Namun berbeda dengan yang Rain rasakan saat ini... seakan saat ini, dia merasa diam di dunia nyata. Perasaan tenggelam dalam air namun tanpa takut akan kematian karna sekali lagi ini hanyalah mimpi dan Rain sadar akan itu. Namun tidak seperti mimpi, baginya saat ini waktu yang berjalan disini terasa seperti sebagaimana waktu seharus nya berjalan di dunia nyata... perlahan namun pasti.

'Silangkan kaki mu, lalu kosongkan pikiran dan menyatu lah dengan sekitar' Suara tua entah berasal dari mana berbisik di kepala Rain. Walaupun itu hanya sebuah bisikan, namun suara itu terasa merambat di antara buliran air memenuhi seluruh air di sekitar Rain.'Suara apa yang merambat sejelas ini di dalam air ?' Pikir Rain bingung besertakan panik, jantung nya berdetak kencang bersamaan dengan air yang sebelum nya tenang kini bergetar cepat dan mulai berdengung di sekitar nya. 'Cepat bocah bodoh ! Sebelum mahluk itu datang !!!' Ucap suara tua itu sekali lagi namun dengan nada panik membuat Rain mendapat ingatan akan mahluk di mimpi sebelum-sebelum nya.

Tak tau apa yang harus di lakukan Rain memutuskan untuk mendengar bisikan suara tua itu dan mulai menyilangkan kedua kaki nya. Tangan nya mengambang di atas lutut nya, yang mana bersama dengan tubuh nya masih jatuh secara perlahan ke kegelapan dalam. Dengan kedua mata yang terpejam Rain dapat merasakan diri nya seakan bersatu dengan lingkungan sekitar, Seakan dia tidak ada namun hanyalah ruang hampa. Perasaan nostalgia dan ketenangan ini membantu mempercepat proses yang terjadi.

Di bawah, mahluk besar itu membuka lebar mulut nya menunjukan kegelapan yang tersembunyi di dalam nya. Gigi-gigi tajam raksaksa terpajang di masing-masing rahang atas dan bawah. Jarak antara kedua rahang cukup jauh membuat Rain yang berada diantara nya seperti bulir pasir.

Tubuh Rain bergetar, meskipun dengan mata tertutup Rain dapat merasakan keberadaan superior membuka mulut nya tetap di bawah nya. Air mendorong tubuh nya kebawah menjadi tanda bahwa mahluk itu sudah dekat. 'Bocah... tenang jangan panik. Di bawah mu hanya gambaran bukan mahluk asli, lawan rasa takut mu' Ucap suara tua itu berusaha menenangkan Rain. Namun suara itu hanya terdengar samar untuk Rain bersamaan dengan tubuh dan jiwa nya yang mulai bergetar termakan rasa takut.

'Ayolah bocah...' suara tua itu terdengar frustasi melihat tubuh Rain yang mulai bergetar. Hanya butuh sedikit waktu lagi untuk proses 'pelepasan' itu tuntas namun terancam gagal dengan jiwa Rain yang mulai ragu karena rasa takut. Suara tua itu mengumpat selama beberapa saat melihat Rain yang walau masih terpejam namun sudah kehilangan konsentrasi nya untuk menjadi satu dengan lautan jiwa nya. Putus asa dan kecewa tergambar dimata nya cahaya harapan muncul di dekat Rain, sebuah siluet cahaya seorang perempuan yang persis sama dengan yang ada pada mimpi Rain sebelum nya. Cahaya nya membias di tubuh air biru itu, menyinari daerah di sekitar Rain yang sebelum nya gelap.

Noble Soul: The Cycle Of Rain IWhere stories live. Discover now