07 | Calon Mertua

41 1 0
                                    

Author POV

“Via” Ucap Nicho sambil menahan sakit di bibirnya ketika membuka mulut.

“Kenapa??” Via dengan cepat merespon panggilan Nicho. Sedari tadi terlihat gelisah dengan luka yang ada di bibir pasangan palsunya tersebut.

Sebagai seorang dokter, Via sudah terbiasa melihat luka yang lebih parah dibanding luka kecil di bibir Nicho. Cuma kali ini, luka itu adalah hasil pengorbanan Nicho untuk dirinya. Dia merasa sangat bersalah.

“Di laci situ, seingatku ada kotak P3K” Ujar Nicho sambil menunjuk ke arah dashboard mobil.

“Ya ampun kenapa ngga bilang dari tadi” Jawab Via sambil mengobrak-abrik seisi laci sampai akhirnya menemukan kotak yang dia cari.

“Maaf aku baru inget” Ujar Nicho tertawa pelan.

“Ya udah sekarang berhenti dulu, menepi” Perintah Via untuk segera memberhentikan mobilnya. “Aku obatin luka kamu dulu” Via masih sibuk menyiapkan beberapa perlatan dari kotak tersebut.

“Se-sekarang banget??” Tanya Nicho.

“Tahun depan, cepet menepi dulu” Nicho menuruti perintah Via dan berhenti di pinggir jalan.

**********

Mereka sekarang sudah menepi. Jalanan malam yang gelap mengharuskan mereka menyalakan lampu di dalam mobil. Walaupun pencahayaannya minim, setidaknya bisa membantu Via untuk memeriksa luka Nicho.

Suasana begitu hening, hanya terdengar suara kendaraan yang lewat di jalanan serta lagu Right Here Waiting dari Richard Marx yang mengalun lembut dari playlist Nicho di mobil.

“Kamu ngga usah khawatir gitu, aku ngga papa kok, Vi” Ujar Nicho saat mata mereka bertemu, Via kembali sibuk dengan luka di wajah Nicho.

“Aku kan udah bilang, Brian itu orangnya gampang emosi” Ujar Via menasihati Nicho sambil membersihkan luka darah yang mengering menggunakan kasa.

“Akh pelan-pelan Vi” Nicho meringis menahan sakit.

“Aku minta maaf, gara-gara aku kamu jadi luka kaya gini” Via menghentikan aktivitasnya. Dia menatap wajah Nicho yang jaraknya cukup dekat sekarang. Bibir tipis milik pria di hadapannya tiba-tiba saja malah mencuri perhatian.

"Bukan salah kamu kok Vi" Nicho membuyarkan lamunan Via.

“Makasih kamu udah bisa sabar ngehadapin sikap Brian yang childish itu” Via lanjut mengobati bibir Nicho.

“Sebenarnya aku bisa aja tadi balas dia. Tapi tenang, aku bukan orang yang selesein masalah pakai kekerasan” Nicho berbicara seperti anak kecil yang membanggakan diri di depan mamanya.

“Iya, iya, thank you Mr. Gentleman” Via mengangguk-angguk mengiyakan sambil mencari obat merah dari dalam kotak.

“Coba agak mendongak ke atas” Perintah Via yang dituruti oleh Nicho. Kemudian Via mengoleskan obat merah perlahan-lahan menggunakan jarinya. Sentuhan jari wanita di hadapannya sempat berhasil membuat jantung Nicho berdebar.

“Kalau dokternya cantik kayak kamu, aku rela sakit terus setiap hari” Ucapan Nicho membuat Via memukul pundak pria tersebut cukup keras.

Dalam situasi seperti ini masih sempatnya dia melemparkan gombalan receh “Kamu ngga usah modus dan cari kesempatan ya” Jawab Via sambil membereskan peralatan ke dalam kotak P3K. Nicho memperhatikan Via gemas.

Ponsel Via yang tergeletak di jok mobil berdering menunjukkan panggilan dari Dito.

“Adikmu telepon” Ujar Nicho sambil menunjuk ke arah ponsel.

My You [On Going]Where stories live. Discover now