05 | Ehem, Calon Istri

44 1 0
                                    

Nicholas POV

Aku akhirnya memutuskan untuk membantu Via menjadi tunangan palsunya. Aku merasa tidak keberatan atas permohonannya. Jangankan tunangan palsu, kalau dia memintaku untuk menikahinya sekarang juga akan aku lakukan. Tapi sabar, aku tahu Via masih butuh waktu. Dengan kesempatan ini aku akan membuktikan keseriusanku padanya.

“Kamu tenang aja, aku janji akan buat Brian berhenti ganggu kamu” Aku mencoba menenangkan Via. Wanita mana yang tidak ketakutan dengan teror lelaki macam si Brian ini?

“Hari ini kamu sibuk? Atau biar aku aja yang ke rumah kamu?” Aku bertanya karena melihat wajah Via yang sedikit gelisah. Mungkin saja dia sibuk atau ada kerjaan.

“Engga usah!” Dia menolak dengan cepat. “Aku ada waktu siang ini, di kantor kamu saja” Lanjutnya dengan nada yang melemah dari sebelumnya. Ya ampun dia lucu sekali. Kenapa dia mendadak panik ketika aku bilang akan ke rumahnya?

“Oke kalo gitu, mana kunci mobil kamu? Biar aku yang bawa lagi” Benar, karena kejadian Via yang tiba-tiba datang ke kantorku dan menarik paksa, tentu saja aku bisa ada di sini karena ikut dengan mobilnya.

“O-oh iya, ini” Via segera memberikan kunci mobilnya kepadaku.

“Via kamu ngga papa kan? Kalau kamu ngga bisa, aku ngga memaksa kok” Aku bertanya untuk memastikan kembali.

“Aku ngga papa, cuma apa kata rekan-rekan kerjamu nanti kalau lihat ada aku yang masuk ke ruangan kamu?” Apa itu hal yang membuatnya khawatir sedari tadi? Aku rasa itu tidak perlu terlalu dipikirkan.

“Tentu saja kamu pacarku? Tunanganku? Bukannya kita tadi udah sepakat? Ayo pergi, aku sudah bayar makanannya sehabis pesan tadi” Aku berdiri disusul Via yang ikut bangkit dari duduknya.

“Padahal aku bisa bayar sendiri, kalau gitu biar aku ganti” Via terlihat segera mengambil dompet dari dalam tasnya.

Let’s say this is our first date. Jadi biar aku aja yang bayar” Via berterima kasih kepadaku lalu kami akhirnya beriringan keluar dari restoran tersebut segera menuju mobil.

“Kamu setiap hari bawa mobil sendiri ke rumah sakit?” Aku memulai percakapan di dalam mobil. Sesekali kulihat wajah Via yang sudah terlihat lebih tenang sekarang.

“Iya. Lebih enak bawa sendiri. Soalnya kalau aku dapet panggilan darurat, bisa langsung pergi" Jawab Via.

Jujur aku sangat merindukan gadis ini. Gadis yang pernah menjadi kekasihku dulu. Tentu saja aku turut berbahagia karena dia berhasil mencapai impiannya menjadi seorang dokter. Aku juga masih ingat kalau papanya adalah inspirasinya.

“Apa kamu ngga mau aku anter aja? Aku siap jadi abang gojekmu” Aku mencoba mengajak Via bercanda untuk mencairkan suasana. Buktinya aku berhasil membuatnya tersenyum lebar kali ini.

“Ngga perlu, abang gojeknya juga kan sibuk” Via membalas candaanku. Ah senangnya.

Aku melihat senyumannya tidak berubah, eye smile masih tetap ada saat dia tertawa. Bedanya kali ini, aku melihat Via dengan rambut panjang, bukan rambut lurus sebahu seperti saat masa SMA dulu. Jujur rambut panjangnya sekarang membuat dia terlihat semakin.. cantik.

“Gerah ya?” Aku mencoba berinisiatif menyalakan AC mobilnya, mungkin saja dia kepanasan. Soalnya dari tadi aku lihat dia kipas-kipas badan.

Aku sesekali mencuri pandang ke arah Via yang sedang berusaha menguncir rambutnya. Kenapa dia harus menggigit ikat rambutnya seperti itu sih? Damn, she look’s so hot

Via berhasil menguncir kuda rambutnya. Kali ini aku dapat melihat leher jenjang Via yang terekspos. Aku harus berusaha kembali fokus ke arah jalan dan mencoba mengedipkan mataku beberapa kali untuk menghilangkan lamunanku yang iya iya tentang Via. This is too hot to handle, you know.

My You [On Going]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ