Ganti busana
Setelah siraman dilakukan, calon ibu akan mengeringkan badan dan mengganti busana yang sebelumnya digunakan. Upacara ganti busana ini akan menggunakan 7 jenis kain yang melambangkan 7 bulan dan harapan bagi si bayi.

Tujuh kain melambangkan:

Sidomukti (Kebahagiaan)
Sidoluhur (Kemuliaan)
Semen Rama (Agar cinta kedua orang tua bertahan selamanya)
Udan Iris (Agar kehadirannya menyenangkan untuk orang di sekitarnya)
Cakar Ayam (Kemandirian)
Kain lurik bermotif lasem (Kesederhanaan)
Pada saat pemakaian kain yang ke-6, para tamu undangan akan ditanggapi “kurang cocok…” dan yang ke-7 dengan ‘cocok.”

Jualan cendol dan/atau rujak
Selanjutnya adalah prosesi dimana calon ayah dan calon bunda memeragakan berjualan cendol dan rujak. Di mana calon ayah memayungi calon bunda saat berjualan. Uniknya, uang yang dipakai adalah uang koin dari tanah liat atau kreweng.

Satu persatu rangkaian prosesi telah terlaksanakan secara sempurna, dan berjalan dengan baik.

Seusai acara 7 bulanan berakhir kini Intan dan Erda tengah berada dalam perjalanan pulang, mereka memutuskan untuk pulang karena keinginan Intan meski sudah dipaksa oleh kedua orang tua Erda.

Erda menatap Intan, terlihat Intan yang sudah memejamkan matanya. Mungkin bumil satu itu kelelahan akibat keaktifan tadi.

Namun keheningan itu tak berlangsung lama, entah mengapa tiba-tiba Intan merasakan sakit yang luar biasa diarea perutnya. Ringisian pun keluar dari mulut Intan dan terdengar oleh Erda, Erda segera menepikan mobilnya.

" Sayang kenapa?" Tanya Erda dengan raut wajah yang ketara khawatir.

" S-sskit, mas perut aku sakit," ucap Intan dengan nada suara yang bergetar. Keringat dingin mulai membasahi wajah Intan bahkan wajahnya kini sudah memucat.

" Kita ke rumah sakit sekarang," Erda segera membalikkan mobilnya, melaju dengan kecepatan tinggi untuk segera sampai ke rumah sakit dengan cepat. Erda mencoba untuk tidak panik dan tetap fokus meski dalam dirinya ia sangat khawatir mengapa tiba-tiba Intan seperti ini.

" Sabar ya, coba atur nafas," ucap Erda sembari mengelus perut Intan.

Huh

Intan mencoba mengatur nafasnya, tangannya pun terus mengelus perutnya untuk meredakan rasa sakit.

Tak sampai 10 menit Erda telah sampai di rumah sakit, dengan cepat Erda menggendong tubuh Intan dan memanggil tenaga medis untuk segera menangani Intan.

Intan sudah ditangani Erda pun sedari tadi tak berhenti memanjatkan doa, ia berharap tak terjadi sesuatu dengan Intan istrinya juga calon anaknya.

" Intan dimana?" Tanya Asih yang baru saja sampai, dirinya langsung kesini setelah diberi tahu tentang kondisi Intan. Asih sangat khawatir.

" Intan di dalam, Erda takut Bun kalo terjadi sesuatu sama Intan."

Zafran menepuk pundak Erda, Zafran tau Erda pasti takut hal yang beberapa bulan lalu terjadi lagi," berdoa, pasrahkan semua sama Allah "

Erda mengangguk.

Pintu ruangan itu terbuka membuat ketiga orang yang berada disana mengalihkan pandangannya pada dokter yang baru saja keluar. Erda dengan cepat menghampiri sang dokter.

" Dok bagaimana kondisi istri saya dan anak yang berada dalam kandungan anak saya?" Tanya erda.

" Kondisi ibu Intan sudah stabil pak, mari saya antar ke dalam, biar saya jelaskan apa penyebabnya," jawab dokter Indah dan di angguki oleh Erda.

Terlihat Intan yang masih dalam kondisi berbaring di brankar saat Erda baru saja memasuki ruangan itu, Erda pun segera menghampiri sang istri.

" Sayang, gimana kondisi kamu sekarang?" Tutur Erda dengan mengelus puncak kepala Intan.

" Alhamdulillah, aku sama Dede baik-baik aja," jawab Intan, Erda menghela nafas lega.

" Mari Pak, Bu. Saya akan menjelaskan beberapa hal terkait yang ibu Intan alami."

Erda juga Intan kompak mengangguk.

Kini Intan juga Erda telah berada dihadapan dokter Indah, " jadi yang Bu Intan alami tadi ialah kontraksi palsu."

" Apakah itu berbahaya dok?" Tanya erda.

" Tak perlu khawatir pak, itu masih normal dan kemungkinan besar tidak membahayakan. Cukup dengan istirahat dengan cukup, makan makanan yang bergizi juga hindari pergerakan dan aktifitas yang berlebihan dan jangan sampai stres, karena hal itu akan membahayakan calon ibu maupun bayinya. Jika hal itu dapat dijaga kontraksi palsu akan mereda dengan sendirinya," jelas dokter Indah dengan rinci.

" Tapi bukankah kontraksi palsu itu terjadi menjelang hari kelahiran ya dok?"

Dokter Indah tersenyum, " tidak bu, sebagian besar memang seperti itu namun tak menutup kemungkinan ada yang memiliki kasus seperti ibu. Itu wajar karena usia kandungan ibu sudah memasuki trimester ketiga."

Erda juga Intan bernafas lega, untung hanya kontraksi palsu.

Seusai dari rumah sakit Erda juga Intan memutuskan untuk langsung pulang, begitu Asih dan Zafran mengingat ini juga sudah malam mereka memutuskan untuk pulang walaupun ada sedikit drama tadi.

Kini Erda juga Intan sudah dalam perjalanan pulang, sedari tadi Erda tak berhenti mengelus perut Intan, entahlah bagaimana jika Erda sampai kehilangan calon anaknya lagi, dirinya benar-benar tak akan memaafkan dirinya sendiri.

Intan tersenyum, menikmati setiap elusan yang Erda berikan untuknya terutama calon anaknya. Ia juga merasa sangat bersalah karena keegoisannya, calon anaknya terkena imbasnya.

Intan kini menatap Erda, " mas! Maafin aku ya, aku menang bukan ibu yang baik sampai ada kejadian tadi, aku benar-benar ga sengaja mas," ucap Intan masih menatap Erda yang tengah fokus menyetir.

Tepat lampu merah Erda memberhentikan mobilnya, ia membalas tatapan Intan, tangannya pun terulur untuk mengelus puncak kepala Intan, " iya, tapi janji lain kali jangan kaya gitu ya! Bukan apa-apa sayang kalo terjadi kaya gitu lagi kan kasihan kamu sama Dede nya, paham?"

Intan mengangguk, Erda pun mengecup kening Intan cukup lama.












Thanks guyss

See u next part







INTAN (End!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang