"Hmm sebentar lagi dia bakal menikah sama saya." sahut Mega seadanya.

"Siapa yang bilang?" ujar suara yang tiba-tiba datang.

Sontak Mega, Adit dan Gavin menoleh ke sumber suara. Di sana terlihat Kaivan yang baru memasuki ruangan. Mega tersenyum melihatnya.

"Kita ketemu lagi. Untuk yang ke-tiga kalinya." ucap Mega yang membuat Adit langsung syok.

Bahkan mereka baru bertemu 3 kali dan langsung memutuskan untuk menikah? Yang benar saja.

"Sebenarnya apa yang Anda lakukan?" kesal Kaivan karena ulah gadis angkuh ini yang tiba-tiba mengumumkan sesuatu tanpa adanya kebenaran sama sekali.

Mega semakin tersenyum melihat wajah kesal Kaivan. Ia segera melirik Gavin untuk memberi kode. Gavin yang mengerti langsung mengangguk.

"Maaf Pak, ini pembicaraan pribadi antara Bu Mega dengan Pak Kaivan. Sebaiknya kita pergi." ucap Gavin menghampiri dan menyeret Adit yang tampak benar-benar bingung. Mereka berdua segera menghilang dibalik pintu.

"Sekarang cuma kita berdua, Dokter Kaivan Prawira." ucap Mega menyeringai.

"Sebenarnya apa maumu? Kenapa tiba-tiba datang dan ngaku-ngaku jadi calon istri saya?" tanya Kaivan tegas.

"Karena itu memang kenyataannya. Saya adalah calon istri kamu." jawab Mega santai.

"Saya tidak pernah berkata akan menikahi Anda." tegas Kaivan menatap Mega yang tidak tampak terintimidasi sekali oleh tatapan tajamnya.

Mega justru tersenyum dan berjalan santai menuju kursi Kaivan. Duduk bersandar sambil memutar kursinya dengan riang. Tentu saja hal itu membuat Kaivan geram.

"Kamu yakin? Karena setelah ini Kamu pasti akan mengatakannya." tantang Mega sambil mengeluarkan kertas dari tasnya dan menaruhnya di atas meja Kaivan.

Kaivan yang melihatnya pun mengambil kertas yang ditaruh Mega dan membacanya. Setelah membacanya ia kembali menaruh kertas itu dan menatap tajam Mega.

"Anda kira saya tidak bisa membayar denda itu? Anda salah. Saya sudah menyiapkan pengacara untuk menangguhkan gugatan perusahaan Anda. Jadi saya tidak perlu membayar denda itu lagi, karena itu bukan salah adik saya." ujar Kaivan tajam membuat Mega yang sedari tadi tersenyum mulai mendatarkan ekspresinya.

"Kamu nggak salah? Menyiapkan pengacara? Kamu kira siapa yang kamu lawan?" ejek Mega menyombongkan diri.

"Saya nggak takut. Selagi kami melakukan hal benar, maka tidak ada yang perlu ditakutkan." balas Kaivan dingin.

Mega yang mendengarnya pun mengeraskan rahangnya. Sial. Laki-laki ini tidak mudah ditaklukan. Sepertinya ia harus melakukan cara lain selain penawaran yang sudah ditolak ini. Ia pikir dengan menawarkan pembebasan denda setelah menikahinya akan membuat laki-laki itu tertarik. Nyatanya Kaivan malah balik menyerangnya.

Mega segera berdiri. Ia memajukan tubuhnya mendekati Kaivan. Tangannya tergerak merapikan kemeja dan jas dokter yang masih dipakai Kaivan.

"Santai. Nggak perlu terburu-buru. Saya akan meninggalkan surat penawaran itu di sini. Jaga-jaga kalo kamu berubah pikiran." ucap Mega menatap Kaivan dengan berani. Kaivan hanya diam saja.

"Saya pulang dulu. Tapi saya akan datang lagi besok untuk mendengar jawabanmu yang akan berubah." lanjut Mega sembari tersenyum licik di depan Kaivan sebelum melangkah pergi meninggalkan ruangan Kaivan.

Selepas kepergian Mega, Kaivan membanting surat penawaran yang masih dipegangnya ke atas meja. Ia mengusap wajahnya frustasi sambil menutup kedua matanya.

"Masalah apa lagi ini?" keluh Kaivan menghela nafas berat.

***

Kaivan kembali melihat surat penawaran yang diberikan Mega siang tadi. Kenapa gadis itu bisa berpikir untuk menikahinya? Bahkan mereka sama sekali tidak mengenal. Lagipula untuk apa pula putri konglomerat sepertinya mau menikah dengannya yang tidak ada hubungannya dengan dunia bisnis? Bukankah biasanya konglomerat akan menikah dengan konglomerat juga?

Kaivan mendecak malas melihat ponselnya yang berisi berderet pesan dari Adit yang memintanya untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Malas sekali menjelaskan hal seperti ini pada Adit. Bahkan ia juga tidak tahu harus menjelaskan apa. Nyatanya ia sama sekali tidak tahu menahu tentang alasan Mega mengaku-ngaku sebagai calon istrinya. Pun mereka hanya bertemu 2 kali sebelumnya, itu pun sama sekali bukan pertemuan yang bagus. Pertemuan mereka hanya mendatangkan kesialan untuk Kaivan.

*

Paginya saat Kaivan hendak bekerja banyak sekali yang bertanya padanya mengenai kebenaran kabar pernikahannya. Sebenarnya apa yang dilakukan orang-orang ini? Kenapa kabar pernikahannya yang sama sekali tidak benar itu sudah tersebar di seluruh rumah sakit? Apa mereka itu tidak mengerti yang namanya privasi?

Untung saja Kaivan tidak bertemu dengan Adit yang hari ini jadwal operasinya full. Kalau tidak sudah pasti ia harus menjelaskan sesuatu yang membuatnya sangat malas. Sepanjang pagi sampai siang ada banyak sekali orang yang menanyainya membuat Kaivan jengah. Ia harus mengambil jalan memutar untuk menghindari orang-orang yang akan bertanya lagi padanya.

Saat Kaivan sedang berjalan melihat jam tangannya, ia dihentikan oleh suara lembut.

"Dokter Kaivan?" panggil suara lembut yang membuat Kaivan mendongakkan kepalanya. Ia menemukan dokter Helena di sana.

"Dokter Helena." sapa Kaivan mendapati wanita cantik itu berjalan menghampirinya.

"Umm pasti Dokter Kaivan capek karena banyak banget orang yang bergosip." ucap dokter Helena.

"Bahkan Dokter Helena sampe tau masalah itu." balas Kaivan seadanya.

Dokter Helena tampak tersenyum kecil sebelum mengatakan sesuatu. "Banyak banget yang ngomong soalnya." ucapnya.

"Seperti yang Dokter tau, saya juga nggak tau siapa yang nyebarin gosip itu." balas Kaivan.

"Ngomong-ngomong kabar itu beneran Dok? Dokter beneran mau nikah ya?" tanya dokter Helena yang sejak tadi penasaran.

"Kan Dokter juga kemakan sama gosip itu." kekeh Kaivan kecil.

Mendengarnya dokter Helena mengembangkan senyumnya. "Jadi itu nggak bener?" tanyanya.

Kaivan menggeleng sebelum menjawabnya. "Saya nggak kenal sama wanita itu. Saya nggak mungkin mau nikahin orang yang nggak saya kenal." jawab Kaivan pada akhirnya.

Dokter Helena kembali tersenyum, Sudah ia duga akan seperti ini. Ia merasa dokter Kaivan belum ada tanda-tanda memiliki seorang kekasih.

"Dokter mau ke kantin? Mau bareng?" tawar dokter Helena.

"Boleh." jawab Kaivan.

Mereka pun melangkah bersama menuju kantin. Membuat orang-orang yang termakan gosip mengernyit heran karena setahu mereka dokter Kaivan akan menikah. Lalu kenapa masih terlihat bersama dokter Helena?

***

Mega mendongak melihat Gavin yang memasuki ruangannya sambil meletakkan berkas di atas mejanya.

Mega langsung membaca berkas itu dengan senyum mengembang di wajahnya. Sepertinya rencana ini akan berhasil.

"Ibu yakin dia bakal terima tawaran Ibu?" tanya Gavin ragu melihat bagaimana perangai Kaivan setelah beberapa kali melihatnya.

"Tentu. Kali ini dia nggak bisa ngelak lagi." jawab Mega.

"Tapi dia bukan orang yang bodoh Bu." ucap Gavin.

"Gavin. Dia hanyalah seorang dokter. Manusia yang berpikir menggunakan logikanya dengan benar. Dia nggak tau cara berpikir pebisnis seperti kita. Penuh taktik dan cara kotor." balas Mega sambil menatap Gavin dengan kepala miring.

"Kaivan, kali ini kamu pasti nggak akan lolos." gumam Mega masih dengan senyum liciknya.

TBC
Gimana sama chapter ini? Seru apa nggak?

Kalian penasaran sama kelanjutannya? Kalo penasaran wajib banget tekan vote bintangnys dan tinggalin komen sebanyak-banyaknya yaaa....

Ok, see you in the next chapter...

My Powerful Wife (COMPLETED)Where stories live. Discover now