Ep 01 • First Sight : Granpa's Novel

94 6 2
                                    

Di dalam sebuah lemari kaca terdapat banyak buku-buku yang tersusun dengan rapih, lengkap dari atas sampai ke bawah lemari itu. Saat itu rumah sangat sepi, Varo yang berada di kamar masih terlihat asik dengan PS Vita nya. Bukannya untuk bermain, tetapi console game yang ia pegang saat itu hanya untuk menonton anime kesukaannya. Mungkin sudah puluhan kali ia mengganti posisi untuk mencari tempat yang nyaman di kasurnya hingga akhirnya ia menyerah dengan animenya.

Varo berjalan keluar kamar, meneguk segelas jus jeruk lalu memakan kue yang ia ambil dari lemari es nya. Sambil memakan kue tersebut ia berjalan santai ke ruang keluarga. Melihat lemari kaca yang berisi buku-buku koleksi keluarganya membuatnya ingat saat ia masih kecil dulu ibu nya memberitahukan kalau buku-buku di lemari itu sudah sangat tua. Beberapa dari buku-buku itu adalah peninggalan dari buyut dan juga kakeknya. Terdengar ia memakan kue sambil menggumamkan sebuah lagu. Varo melihat dari sudut kiri, kanan, bawah dan atas lemari. Lalu dia melihat buku berwarna putih bercover seperti bercak darah di pojok atas.

"Hampir semua buku disini udah aku baca"

"Hmm, Painful Day edisi pertama karangan kakek ku sendiri. Lumayan lah buat isi waktu gini. Mamah sama Shira lama banget deh katanya mau beli makanan buat nanti malem"

Lalu Varo pun tidur telentang di sofa dan mulai membaca buku karangan kakeknya sendiri. Terlihat dari judul bab pertama

nya yaitu "Sketch".

"Sketch ? Kakek ku pintar juga untuk memilih sebuah judul bab" sambil mulai membaca.

Pintu besar dalam pohon yang dikelilingi fasilitas canggih pada sebuah pulau. Ada sesuatu yang menyambarkan listrik seperti alat penembak Railgun berkekuatan tinggi, banyak sensor panas, sensor gerak dan lainnya yang mengelilingi untuk menjaga pohon tersebut. Baru-baru ini sering terjadi gempa yg berpusat dari dalam pohon. Banyak berita tayang di televisi yang memperkirakan pintu tersebut akan terbuka, dan akan mengulangi kejadian tahun 1833 yang saat itu di sebut sebagai gunung krakatau yang meletus, saat itu pohon tersebut masih berada di dalam tanah. Entah kenapa selama bertahun-tahun pohon tersebut lama kelamaan naik ke atas permukaan. Saat itu sebenarnya yang membuat awan panas hitam, dan tsunami yang menutupi seluruh bumi adalah efek dari terbukanya pintu tersebut, itu sebuah pintu kegelapan, yang dapat membuat bencana dimana-mana. Jutaan Shaman dari seluruh negara yang memiliki kekuatan magis terkuat pernah menutup pintu tersebut dengan mengorbankan 1000 nyawa manusia dan membuat kunci yang bukan untuk membuka tetapi hanya untuk menutup pintu tersebut. Saat ini sudah tahun 2068, teknologi sekarang sudah sangat tinggi. Polusi sudah berkurang karena bahan bakar sekarang sudah menggunakan Hydro. Menelpon seperti telepati dan banyak hologram di sana sini. Segala sesuatu bisa di jelaskan secara ilmiah tentu saja itu membuat masyarakat sudah tidak mempercayai hal gaib lagi, tetapi karena adanya gempa berkepanjangan yang berpusat dari pohon tersebut mereka mulai khawatir kalau mitos itu terulang kembali. Apalagi hal dimana pulau Indonesia akan hilang dalam ribuan tahun kedepan itu memang sudah banyak di ketahui banyak orang. Masata sedang berjalan ke apartemennya di pulau itu. Pulau itu sebenarnya sudah menjadi kota yang besar. Ia tinggal disana karena orang tuanya bekerja sebagai peneliti. Saat melewati caffe ia melihat seorang gadis cantik yang ia kenal.

"Hei Asha!"

Masata memanggilnya. Asha merespon itu dengan senyuman. Asha adalah anak yang cantik dan polos. Ia juga tinggal di apartemen yang sama dan juga bersebelahan dengan Masata. Dan mereka berdua pun pulang bersama. Tak jauh berapa lama saat mereka bertemu tiba-tiba terlihat banyak orang yang sedang berlarian. Terlihat juga ada kabut seperti awan panas yang keluar dari Gunung anak Krakatau. Mereka berdua terlihat bingung sekaligus panik. Yang mereka ketahui adalah tak ada gempa sama sekali yang biasanya menandakan gunung akan meletus. Di pulau itu memang sudah di siapkan beberapa bunker yang siap di pakai untuk menampung masyarakat jika akan terjadi bencana alam. Tapi ini benar-benar tidak terduga, alarm tanda bahaya pun tidak di bunyikan. Bunker di dekat tempat mereka berada sudah di banjiri orang-orang yang ingin masuk ke dalam sana. Mereka berdua ingat ada bunker di sebelah taman bermain saat mereka masih kecil. Mereka pun menuju kesana, tapi sesampainya di sana Masata melihat hal yang tak wajar yang membuat ia merasa tak aman jika ada di pulau ini lebih lama lagi.

Children of the Light : Painful DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang