Part 21°

854 76 33
                                    

Selama ini Bayu selalu berfikir bahwa dia mampu menyembunyikan perasaannya dengan sangat baik, dia mampu berdusta untuk menutupi hatinya yang keruh.

Sesak yang melanda dada segera memanggil perih dan pedih tuk hadir menyuarakan rasa sakit. Nyatanya sudah belasan tahun namun rasa kecewa dan sakit masih bercokol dalam sanubarinya.

Bayu memejamkan mata, berusaha mengusir perih yang menguasai dada namun begitu gelap menguasai pandangan justru air mata yang ia tumpahkan.

Selama ini, ia sudah berusaha tegar berdiri di antra terpaan badai yang selalu menghantam hidupnya namun saat melihat sosok ibunya semua rasa kecewa yang selama ini ia tumpuk dalam sanubarinya menguar naik menguasai raga. Haruskah sekarang dia muncul.

Menepuk dadanya pelan, Bayu mencoba menenangkan sesaknya. Isak yang coba ia tahan membuat tubuhnya bergetar. Saat akhirnya ia membuka mata, wajah teduh Steven menyapa netranya. Namun hal itu justru membuat isak yang sedari tadi ia tahan terlepas, tangannya terulur untuk memeluk pria itu lebih erat menumpahkan nyeri di hati yang sudah menguasai.

Bayu kalah, kalah pada perih yang menyiksa.

Pada batin yang terluka parah.

Dan pada kenangan yang tidak bisa lepas darinya.

"Nanti mama pasti balik lagi untuk jemput adek"

Isak tangisnya semakin keras saat suara itu menyusup dalam benak. "Nyatanya mama ga balik lagi" Bisiknya entah pada siapa, pelukannya pada tubuh Steven semakin mengerat "Kenapa mama baru datang sekarang?" Bayu tersenyum namun air matanya justru semakin deras. "Sekarang aku udah baik-baik saja ma" suaranya serak bercampur isak, ia kembali menepuk dadanya untuk menekan sesak yang menghimpit.

"Mama kamu itu egois, hanya memikirkan dirinya sendiri"

"Ayah, apa ayah juga masih membenci dia,,?" tanyanya pada angan saat suara ayahnya ikut hadir dalam benak. "Dia datang ayah, apa yang harus aku lakukan yah?" ia mengusap air matanya, mendongakan kepala untuk mencari pertolongan pada Steven atas semua kekalutan yang sedang ia rasakan. Untungnya Steven peka akan hal itu.

"Kita fikirkan itu nanti hemm,," Steven menundukan kepalanya untuk menberi kecupan singkat pada bibir "Sekarang fokus pada kesembuhanmu dulu, hal lainnya biar aku yang urus" janji Steven untuk menenangkan.

"Aku ga mau ketemu dia Stev"

"Iya, nanti aku bilangin biar dia ga di ijinin masuk"

Sore itu, Bayu tuangkan semua sesak yang selama ini ia tumpuk. Dengan latar awan hitam yang masih setia menghiasi langit, rintiknya seolah ikut bersimpati pada kisah hidupnya yang nelangsa.


*


*

Saat dilahirkan, Bayu dianggap sebuah keajaiban. Anugrah dari tuhan setelah lima tahun penantian. Namun hal itu tak berlangsung lama karena hadirnya dia membuat petaka lain pun muncul.

Dulu dia kira ayahnya yang telah membuat kesalahan sehingga ibunya pergi namun lambat laun akhirnya dia mengerti siapa yang lebih dulu menyakiti. Ibunya ketahuan selingkuh tepat saat hari ulang tahun pernikahan yang kesepuluh. Ayah sudah mencoba menerima dan mengesampingkan egonya agar keluarga mereka tetap utuh namun ibu lebih memilih berpisah dan hidup dengan laki-laki selingkuhannya.

Lalu petaka itu pun dimulai. Sang Ayah mulai meragukan sosok dirinya, apakah Bayu anaknya atau anak selingkuhan sang istri. Saat itulah sosok Ayah hilang dari hidup Bayu. Ayahnya frustasi karena sudah kehilangan sosok yang sudah beliau anggap belahan jiwa, bahkan membenci Bayu yang mulai detik itu dianggap pusat dari masalah semua petaka itu bermula.

Bayu menarik napas panjang, ia terbatuk pelan saat sesak masih terasa menghimpit dadanya. Sampai detik ini Ia masih ingat dengan jelas tatapan dingin penuh kebencian dari sang Ayah saat memandangnya namun Bayu sama sekali tidak membeci sang Ayah, karena ayahnya tidak pernah meninggalkanya meski tatapan kebencian selalu pria itu layangkan padanya.

"Minggir kalian, saya ibunya,,,!"

"Adek,, ini mama,,!"

"Buka pintunya,, dek ini mama,,!"

Benar saja suara Lila menggema dikoridor rumah sakit saat penjaga tidak memperbolehkannya masuk, untungnya Bayu di tempatkan diruang Vip jadi suara Lila hanya sampai dikoridor.

"Ganti kamar ajah yah, kamunya jadi ga bisa istirahat gini"

Bayu hanya mengangguk saja, dia lebih heran pada Steven yang tidak pernah sedikitpun lepas dari sisinya bahkan tidurpun satu ranjang dengannya. bukankah pria ini harusnya bekerja?.

"Kamu apa ga ke kantor Stev?"

"Aku ambil cuti" Jawab Steven singkat. Dia baru saja selesai berganti pakaian.

"Emang bisa?"

"Nanti, nanti aku jelasin kalau kamu udah keluar dari rumah sakit ya. Sekarang kamu fokus dulu sama kesembuhan kamu"

Bayu tidak ingin bertanya lebih jauh lagi karena dia yakin Steven akan menepati janjinya. Memang benar kata Steven, saat ini dia harus fokus pada kesembuhannya karena setelah dia keluar dari rumah sakit akan ada banyak hal yang harus dia hadapi.

Kalau boleh memilih Bayu ingin disini saja, lingkup bertemu dengan banyak orang lebih sedikit dan kemungkinan bertemu dengan orang yang dia hindari lebih mustahil meski dia tidak yakin akan hal itu, buktinya wanita yang tidak ingin dia temui selalu datang.

"Hari ini mau apa?" Steven beringsut naik keatas ranjang.

"Ini kamu sengaja kan milih bed kapasitas untuk dua orang"

Steven hanya menampilkan senyum menyebalkan.

Meski risih, Bayu bersingkut mendekat untuk memeluk tubuh Steven begitu pria itu menyenderkan punggungnya pada kepala bed. Kebiasaan yang akhir-akhir ini membuat Steven jantungan.

Sudah beberapa hari ini Bayu tidak sungkan untuk memeluk tubuhnya atau merengek padanya, perubahan yang sempat membuat Steven sedikit was-was. Dia trauma pada kejadian dulu saat Bayu akan meninggalkannya, dulu Bayu juga menjadi lebih agresif saat akan meninggalkannya. Meski Steven tau perubahan ini sebagai bentuk atensi Bayu kalau pria itu sudah sepenuhnya miliknya namun tetap saja ada rasa was-was dalam benaknya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu Stev, bukankah aku sudah janji padamu" ucap Bayu lirih, dia tentu tau apa yang membuat Steven risau akhir-akhir ini. Terlihat jelas dari gestur Steven.

"Aku tau, hanya saja tubuhku tidak bisa berbohong padamu"

"Apa perceraianku tidak membuatmu yakin?"

Dekapan Steven semakin mengerat "Kamu pasti tau kenapa aku seperti ini, aku pernah kehilanganmu dan aku tidak ingin mengulanginya lagi"

"Aku tidak akan meyakinkanmu lagi, kamu hanya perlu percaya padaku"

Steven mengangguk "Aku memang tidak pernah bisa menang darimu. Untuk kali ini aku akan sepenuhnya percaya padamu, aku tidak tau apa yang akan terjadi pada hidupku kalau sampai aku kehilanganmu lagi"

Baik Bayu maupun Steven saling mengeratkan pelukan, hanya saja mereka tidak tau kalau ada sepang mata yang sedari tadi memperhatikan.

"Bagiana, apa Bayu sudah bangun?"

Nesya buru-buru mengusap ujung matanya yang basah "Kayaknya kita nanti saja jenguknya ma, Aa masih tidur" Nesya menggandeng tangan sang ibu untuk meninggalkan ruangan, hingga ibunya yang sempat ingin membuka pintu mengurungkannya.

Tidak ada akhir yang benar-benar bahagia, ada hal yang harus dikorbankan atau direlakan untuk mencapai proses bahagia itu.








*






TBC ?

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Jul 18, 2023 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

MistakeDove le storie prendono vita. Scoprilo ora