****

Entah keberuntungan apa yang tengah Chris dapatkan, kali ini ia di perbolehkan keluar tentu saja dengan Wasy sang pengurus yang sudah tiga tahun ini bekerja untuk mengurusinya.

"Tuan duduklah, saya akan membeli minum terlebih dahulu," ucap Wasy.

Chris duduk dengan tenang di kursi taman, membiarkan Wasy pergi untuk membeli air.

Langit siang ini sangat cerah, membuat Chris ingin mengambil foto. Ia merogoh ponselnya dalam saku, lalu mengarahkan lensa kamera ponsel ke langit, menjepret beberapa kali.

"Kau suka langit?"

Chris mengalihkan atensinya, saat seseorang duduk di sampingnya.

"Aku Cleo, kau bisa memanggil ku Leo atau apapun yang membuat mu nyaman," ucap nya.

Chris masih diam, membuat pemuda di samping nya berdecak lalu menarik tangannya.

"Siapa nama mu? katakan." Ia memaksa Chris untuk menjabat tangan nya juga.

"Chris."

Leo tersenyum dengan manis, menampilkan deretan gigi putihnya. Ia melepas jabatan tangan keduanya.

"Langit sangat indah siang ini, dan aku juga bertemu dengan manusia indah," cetus Leo, ia memandang langit dengan pandangan penuh kekaguman, lalu beralih menatap Chris, sama seperti mu, indah," ucap Leo.

Chris membuang pandangannya, apa-apaan Leo ini? Mereka baru saja kenal, dan dia berbicara seperti pada teman dekat.

Leo menyipitkan matanya, mencondongkan tubuhnya membuat Chris semakin tak nyaman.

"Kau sendiri?" tanya Leo pada akhirnya.

Chris mengangguk, tak tahu harus bagaimana cara menanggapi kelakuan Leo yang kenes, seperti nya Leo lebih muda darinya.

"Bicaralah, kau kan tak bisu." Leo berdecak setelah nya, ia bosan mengapa Chris hanya diam sedari tadi, sedangkan ia sudah seperti anjing kecil yang menggonggong meminta makan.

"Kita hanya saling bertukar nama, bagaimana bisa kau menjadi orang yang banyak bicara, itu sangat aneh." Chris menyahut.

Leo mengidikan bahunya, sifatnya memang seperti ini sejak dulu banyak bicara dan tak mau diam.

Chris saja yang terlalu kaku, bukan kah berbincang sedikit saat baru mengenal adalah hal biasa? Mengapa ia sangat kaku seperti itu? Leo tak habis pikir.

Ia berdiri dari duduknya, lalu menarik tangan Chris membuat sang empu terkejut dengan perbuatannya.

"Kau akan membawa ku kemana?" tanya Chris, namun sama sekali tak di gubris oleh Leo.

Chris hanya diam pasrah saat Leo membawa nya pada pedagang eskrim asongan.

"Ke taman tak menikmati eskrim itu hal yang sangat buruk, jadi ayo kita beli," cetus Leo.

Chris melirik ke tempat duduknya semula, takut Wasy mencarinya namun sepertinya perempuan itu belum juga kembali.

Sedangkan Leo sudah memesan dua cup eskrim, lalu memberikan dua lembar uang pada pedagang.

"Kau tak memberi tahuku ingin rasa apa, jadi aku membeli rasa vanila dan coklat, ini untuk mu rasa coklat." Leo memberikan satu cup pada Chris tentu saja Chris terima, selama ini ia tak pernah di ajarkan untuk menolak pemberian orang lain, apalagi itu hal baik.

Leo kembali lagi, meraih tangannya membawa nya ikut duduk di atas rumput.

"Anggap saja kita teman, aku tak peduli jika kau tak nyaman karena aku merasa nyaman saat ini," ucap Leo, ia mulai menyendok eskrimnya.

Regret ( Terbit)Where stories live. Discover now