Bab 2: Bayangan

2 1 0
                                    


~Kau tahu filosofi bunga Daisy?~

Asha terbangun ketika cahaya matahari mengusiknya. Matanya masih beradaptasi dengan pemandangan yang dilihatnya. Itu bukan rumah sakit ataupun jalan depan rumahnya. Itu hamparan luas bunga daisy.

Gadis itu memilih berdiri, memastikan dengan benar dimana keberadaannya. Hanya ada taman bunga daisy dengan berbagai warna di sana. Ia memastikan detak jantungnya--masih hidup. Seingatnya ia mengalami kecelakaan tadi. Itu bukan alam kematian, tetapi ia juga merasa bahwa sesuatu di depannya ini tidak nyata. Tidak ada taman seperti ini di kotanya.

"Kalungku?!" Asha kembali mengingat kalung yang ia cari sebelumnya. Kalung itu kembali hilang.

"Huaaaa!! Padahal tadi sudah kuambil. Kemana lagi ngilangnya?!" Asha bermonolog tanpa tahu bahwa sebelumnya ia terluka parah. Ia mengira dirinya hanya pingsan kemudian terbangun di tempat seperti ini.

Asha memutuskan untuk berkeliling. Pikirannya teralihkan untuk mencari kalungnya, lupa bahwa ia berada di tempat entah-berantah itu.

-----

Asha duduk kelelahan. Satu jam tanpa berhenti mencari, kalungnya tetap tidak ditemukan. Ia menangis.

Awalnya ia hanya menangis diam-diam. Namun, semakin lama tangisannya semakin keras. Tidak ada yang melihatnya ataupun menegurnya membuatnya lebih leluasa menumpahkan emosi. Ia bukan hanya menangis karena kalung itu, Ia juga menangis karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuatnya lelah. Sesuatu yang selalu ditahannya. Sesuatu yang tidak bisa ia tunjukkan pada orang lain.

"Hei... Kenapa?" Seseorang di belakangnya bertanya. Jika didengar dari suaranya, itu seorang pria. Asha langsung menghapus air matanya, mencoba berhenti menangis walaupun masih sesegukan. Ia malu sudah teriak dan menangis begitu keras.

"Nggak kenapa-kenapa kok." Jawab Asha setelah menengok ke belakang.

"Nggak mungkin. Kamu nangis kayak orang frustrasi gitu. Kenapa?" Tanya orang itu sekali lagi. Ia memilih duduk di sebelah Asha.

"Iya, aku frustrasi. Kalungku hilang. Aku dah nyari satu jam tanpa henti tapi nggak ketemu." Jawab Asha bohong. Toh, dia sedang bicara dengan orang asing, aneh jika ia bicara jujur.

"Gimana cirinya?"

"Kalungnya warna putih, terus liontinnya bentuk bunga Daisy." Jawab Asha. Suaranya jauh lebih normal dari sebelumnya.

Pria tadi tertawa. Tertawa sampai terbahak-bahak membuat Asha kebingungan. Sepertinya ia salah telah berbicara pada pria ini. Ia pria yang aneh.

"Kenapa ketawa?" Tanya Asha. Ia tidak tahan melihat keanehan pria itu. Sepertinya hal wajar jika menangis karena kehilangan sesuatu, tetapi pria ini justru menertawakannya.

"Eh, maaf. Aku mikir kamu lucu banget. Di sini ada banyak banget bunga daisy asli. Tapi kamu nangis karena kehilangan satu kalung daisy." Pria tadi mencoba menjelaskan. Dan itu jelas membuat Asha marah.

Tanpa tahu alasan yang sebenarnya, pria itu dengan mudah menertawakannya. Padahal bisa saja pria itu berpikir mungkin karena benda itu mahal atau karena ada sejarah dengan benda itu. Namun, pria ini berpikiran pendek, lantas tertawa sendiri. Benar-benar pria yang tidak pengertian.

"Kamu marah?" Pria tadi terlihat tegang saat Asha menunjukkan ekspresi sebaliknya darinya.

"Iya. Kamu jahat banget ngetawain aku! Kamu nggak bisa mikir ya? Kan bisa aja aku nangis karena harganya mahal atau karena itu punya sejarah tersendiri untuk aku. Tapi kamu bahkan nggak nanya dan asal ketawa. Aku tersinggung tau!" Jawab Asha. Beberapa detik kemudian ia terkejut, baru kali ini ia bisa jujur dengan perasaannya.

Someone behind My Lovely DaisyWhere stories live. Discover now