05

3.2K 281 16
                                    

arta bocah kecil itu tertidur di sebelah ranjang asta. dia tertidur sambil memegangi tangan halus milik asta. arta sebenarnya ingin menunggu asta bangun tapi malah ia sendiri yang ke tiduran.

" umm? rumah sakit ya? "

itu asta, dia sudah terbangun dari obat biusnya. asta memperhatikan tubuhnya yang sudah banyak di penuhi plester dan perban.

hingga fokus matanya teralihkan pada arta yang sedang tertidur.

kejadian mengerikan tadi terulang kembali di otak milik asta. kejadian di mana dirinya di cekik oleh sang kakak kembarnya sendiri.

asta meremat rambutnya agar kenangan itu bisa hilang. tapi bukannya menghilang malah pikirannya semakin kacau. bahkan sekarang banyak yang berbisik pada pikirannya.

' asta dia sudah melukaimu! ayo bunuh dia saja sebagai balas dendam!

' asta, kakak mu membencimu! '

' hei kau tau? kau pembunuh dan penjahat sebenarnya di sini! '

' kalo jadi aku, aku lebih memilih mati karena di sini tidak ada yang peduli denganmu bodoh '

perkataan itu terus terngiang-ngiang di otaknya. asta semakin kuat menjambak rambutnya agar pikiran itu kembali hilang.

" berhenti berhenti! asta ga jahat! asta anak baik! " ujar asta ia menangis kecil sembari terus menjambaki rambutnya sendiri.

arta yang mendengar suara tangisan asta pun bangun dari tidurnya.

arta dengan panik mendekat ke arah asta sembari mencoba melepaskan tangan asta yang terus menjambaki rambut sendiri.

" asta? hei? jangan melukai dirimu sendiri asta! " arta dia mencoba menahan tangan milik asta.

asta yang memang dasarnya takut pada arta mulai kembali memberontak.

" PERGII! hiks, jangan sakiti asta lagi! bukan asta yang salah! bukann.. "

arta mendengar itu langsung memeluk erat tubuh ringkih milik asta. arta sendiri dia sudah menangis dalam diam. dirinya sama sakitnya seperti asta.

" maaf asta maaf maaf maaf " arta berbisik pada asta. arta mengelus pelan punggung kecil milik asta. asta sendiri sudah sedikit tenang. ia membalas pelukan sang kakak kembar.

" arta janji ga bakal ngelukain asta lagi hum? maaf asta maaf. kakak hanya emosi. maaf asta " ujar arta sambil mencium pelan pucuk kepala asta.

asta tidak menjawab ia menyembunyikan mukanya di ceruk leher arta, dirinya terlalu takut untuk kedepannya.

CLEK

pelukan mereka teralihkan pada pintu yang terbuka. asta mengintip siapa yang masuk ke ruang rawatnya.

" sudah bangun? bagus lah. mari segera pulang kembali ke rumah "

ujar axelio yang baru saja masuk.

arta menatap datar para kakak kakaknya.

" asta baru bangun! bisakah tunggu sebentar! kalian melukai asta! " arta berbicara dengan nada yang naik satu oktaf.

zayyan yang mendengar itu pun tersenyum kecil.

" perhatikan nada bicaramu bocah axel lebih tua darimu. dan yeah? bukan kami yang melukai asta, tapi dirimu sendiri " ujar zayyan

" sialan " arta menahan emosinya. dia mengepalkan tangannya.

asta sendiri semakin memeluk erat tubuh arta. asta menggelengkan kepalanya kecil seakan berkata untuk tidak terpancing emosi.

Ryan yang dari tadi memperhatikan pun mengambil alih asta dari pelukan arta.

arta yang melihat itu menahan tubuh kecil asta.

" tidak! tidak ada yang boleh mengambil asta dari arta! " arta yang tetap bertahan sambil memeluk erat asta.

" lepas atau bunuh? " ujar Ryan sambil menatap datar arta.

arta yang mendengar ancaman itu pun terpaksa melepaskan pelukannya pada asta.

Ryan menggendong asta. dia mencabut paksa infus yang berada di tangan asta.

" akh! kak Ryan sakitt " bisik asta pada Ryan. asta menatap tangannya yang mengeluarkan darah. Ryan tidak memperdulikannya dan kembali berjalann keluar.

arta yang melihat itu hanya diam. dia tidak bisa melawan Ryan. manusia sinting yang terobsesi dengan adik kembarnya itu terlalu mengerikan.

sedangkan zayyan dia duduk di sofa sambil menatap arta. cowo manis yang sayangnya terlalu brutal.

sedangkan axelio dia menelepon seseorang.

" papa akan pulang besok. "

MAGIC TWINSWhere stories live. Discover now