Bab 51 ~ Kembalinya Revan

3 2 0
                                    

Raja kini memasuki mobil polisi, untuk dimintakan keterangan lebih lanjut di kantor polisi. Sedangkan Langit masih terdiam menatap kepergian mobil polisi itu. Raja masih mengatakan kalau dirinya tidak ada hubungannya dengan hilangnya Bulan. Kalau bukan dia, siapa lagi? Bukankah sudah jelas alamat yang ditujukan oleh polisi?

Sedangkan dari kejauhan, seseorang tengah berdiri menatap gerak-gerik Langit. Ia tersenyum puas di balik jubah hitamnya.

"Ini baru permulaan, kalian yang telah buat gue kayak gini. Terutama Raja!" gumam orang itu lalu pergi.

***
Disisi lain, seorang wanita dengan perut buncitnya tengah menangis di sebuah ruangan. Ruangan yang cukup bagus, tapi tak ada kebahagiaan baginya.

"Ya Allah, tolong hamba!" Isak wanita itu yang tak lain adalah Bulan.

Ia juga tak menyangka jika kepergiannya di pemakaman berakhir seperti ini. Sewaktu pulang dari pemakan, baru saja Bulan menunggu taksi, tiba-tiba tiga orang laki-laki membawanya paksa. Bulan sudah berusaha, tapi karena ia harus hati-hati dengan kondisinya ini, Bulan tak bisa terlalu memaksakan diri.

Alhasil, Bulan memilih untuk menjatuhkan tasnya di jalan tak jauh dari tempat ia di kurung saat ini.

Tiba-tiba pintu terbuka menampakkan seseorang laki-laki baru saja masuk dengan senyum smirknya.

"Tolong lepaskan aku, Revan!"

Yah, Revan, dia adalah mantan anggota All Star yang di penjara karena hampir saja membunuh Alta sewaktu di rumah sakit. Dan sekarang dia telah bebas dan malah membalas dendam kepada Raja dan yang lain melalui Bulan. Istri dari sang ketua BT.

"Gue gak bakalan lepasin lo, sampe semuanya benar-benar hancur," ucapnya dengan wajah kesal.

"Sekarang Cana sudah berada di pihak kalian, jadi aku akan menangkapnya juga, biar Alta juga tau rasa," sambung Revan.

"Aku mohon Revan, lepasin aku!" isak Bulan. Ia terus memohon agar Revan bisa berbalik hati padanya.

"Boleh, tapi Lo harus nikah sama gue. Gak masalah dengan bayi lo nanti, setelah lahiran, bayi itu akan gue buang," ucap Revan tersenyum smirk.

"Gak, aku gak mau. Aku sudah bersuami!"

"DIAM!! jangan coba-coba bersuara!" ucap Revan menekan setiap kata yang ia ucapkan.

Bulan hanya bisa memejamkan mata ketika Revan mengucapkan itu tepat di dekat telinganya. Takut? Sudah tentu. Bulan juga tak pernah mendapatkan bentakan seperti tadi.

Revan langsung keluar dengan wajah marah, benar-benar tak suka dengan Bulan yang selalu menolaknya.

Setelah kepergian Revan, Bulan cepat-cepat mengambil ponsel yang sempat ia sembunyikan di dalam kaus kakinya yang tertutup rok. Perlahan ia berlutut dan mengambil ponselnya. Benar-benar susah bagi bumil untuk berjongkok.

Setelah berhasil, Bulan hendak menelepon tapi baterainya sudah hampir habis. Bulan cepat-cepat membuka room chat. Karena panik dengan baterai hpnya yang sekarat, Bulan pun langsung menekan nomor siapa saja dan mengetik sesuatu.

Isi pesan:
[Tolong aku! Jalan A, no 131]

Itulah isi pesan yang Bulan tulis dan setelah berhasil mengirim, ponsel Bulan pun mati. Padahal ia ingin memberitahu tentang siapa penculiknya.

****
Disisi lain, Cana tengah duduk dengan wajah kesal. Mengingat jika Raja mengatakan masih mencintai Bulan. Hal itu membuat Cana membenci Bulan.

Tring!

Cana menoleh melihat notifikasi yang masuk. Alisnya mengerut, matanya tiba-tiba membola.

"Rumah Revan?"

Cana yang masih berpikir, tiba-tiba dikejutkan dengan Alta yang masuk rumah sembari membanting pintu.

"Santai, kak!" ucap Cana.

"Diam! Ternyata ada yang bantu dia buat keluar penjara. Kalo gue ketemu sama dia, gue bakalan bu-nuh!" geram Alta.

"Revan?" tanya Cana santai.

"Jangan sebut nama dia!"

Mendengar Alta marah-marah, Cana terkekeh lalu memilih masuk ke dalam kamar. Sesampainya di kamar Cana kembali terdiam.

"Bulan?" ucapnya sembari menatap layar ponselnya.

Pesan yang Bulan kirim kini masuk ke nomor milik Cana. Mereka memang sempat bertukar nomor waktu Cana di ajak Raja jalan-jalan dan tanpa sengaja bertemu Bulan.

"Kalo gue selamatin Bulan, itu artinya Raja akan bisa bertemu Bulan lagi," gumam Cana.

****
Langit sekarang tengah berada di markas. Ia bingung saat ini. Mempercayai Raja atau tidak. Tapi bukti mengarah ke Raja.

Drrrttt! Drrrttt!

"Halo!"

"Siang pak, kami hanya memberitahukan bahwa pelacakan lokasi menggunakan nomor korban tidak benar. Maaf karena ada kesalahan teknis. Kami akan lanjut penyelidikannya!" jelas seorang polisi di balik telepon itu.

"Baik pak, terimakasih!"

"Sama-sama!"

Panggilan telepon pun berakhir. Hah, Langit benar-benar kacau, padahal dia sudah berharap jika akan bertemu Bulan, namun nyatanya itu salah. Tapi dia juga bersyukur karena Raja bukanlah pelakunya.

"Trus siapa?" isak Langit.

Tiba-tiba sebuah tangan menepuk punggungnya membuat Langit menoleh dengan mata sembab.

"Sabar, Lang. Gue tau ini sangat sulit," ucap Devan yang memang tak tahu harus menyemangati temannya ini dengan cara bagaimana.

"Istri sama calon bayi lo kuat, mereka pasti akan ditemukan," sambung Sastya yang juga duduk disamping Langit.

Langit hanya diam tak tahu menanggapi bagaimana. Ia benar-benar takut kehilangan Bulan dan calon bayinya. Beberapa menit terdiam, tiba-tiba pintu markas terbuka menampakkan Raja dengan wajah yang sudah babak belur akibat pukulan dari Langit.

Semuanya tampak diam, Raja maupun Langit hanya saling memandang. Raja tau, kali ini bukan karena penculikan. Tatapan tajam Langit itu karena pengakuan Raja yang masih mencintai Bulan.

Raja tau itu salah, ia juga sudah berusaha tetapi rasa itu selalu saja muncul ketika ia melihat Bulan.

"Maaf!" ucap Raja tiba-tiba.

Langit langsung mengalihkan pandangannya ke arah lantai, tak mau menatap sahabatnya itu. Tak lama terdengar suara keributan di luar yang membuat Langit semakin frustasi saja.

Mereka berempat pun keluar dan mendapatkan teman mereka serta anggota All Star saling berdebat.

"Kenapa?" tanya Langit pada Riky yang juga berada disana.

"Alta maksa mau ketemu sama lo," jawab Riky.

"Hmm!" balas Langit yang membuat keempat temannya mengernyit.

langit lelah saat ini, ia tak mau membuat kekacauan, jadi ia mengikuti saja apa yang Alta lakukan.

****
Di ruangan terlihat Alta dan Langit tengah duduk berhadapan dengan tatapan saling menusuk satu sama lain.

"To the point!" ucap Langit.

"Revan yang nyulik Bulan," ucap Alta yang membuat Langit duduk tegap.

"Serius? Revan kan masih dipenjara?"

"Udah ada yang bebasin dia. Dia udah bebas seminggu lalu," jawab Alta apa adanya.

Sebenarnya Alta masa bo-doh dengan penculikan Bulan. Tapi dia kembali mengingat dendamnya kepada Revan yang hampir saja membunuhnya, jadi Alta ingin minta bantuan kepada BT dengan alasan Bulan.

Soal Bulan pun ia tau dari Cana.

" Tapi lo tau darimana?" tanya Langit menyelidik.

"Cana. Istri lo ngirim pesan sama Cana," jawab Alta lagi sesingkat mungkin.

Alis Langit mengerut, tapi karena sudah mendapatkan informasi ini, Langit pun mempergerakan Anggita BT untuk bisa kerja sama dengan All Star. Mereka tak memberitahu polisi karena itu adalah permintaan Alta.

Diantara Bulan dan LangitWhere stories live. Discover now