Bab 5 ~ Lia kambuh

9 7 0
                                    

Sudah seminggu berlalu, Bulan masih terus terngiang-ngiang dengan permintaan konyol Lia. Helaan nafas berkali-kali keluar dari hidung Bulan.

"Kenapa jadi begini?" gumam Bulan.

"BULAAN!!" teriakan itu membuat Bulan tersentak dan langsung berdiri.

Tiba-tiba terdengar pintu terbuka dengan begitu keras membuat Bulan lagi-lagi tersentak kaget.

"Beliin gue kue yang di jual mbak Tami," perintahnya yang membuat Bulan mengernyit.

"Kak. Bulan gak bisa lihat, kenapa kakak gak beli aja sendiri," balas Bulan berharap sang kakak bisa mengerti dengan keadaannya.

"B0d0h amat ... pokonya lo harus beliin gue!" ucap Kakak tiri Bulan dan langsung memberikan uang dengan kasar ke tangan Bulan.

Bulan hanya bisa menghela napas pasrah ketika mendengar pintu kamar telah tertutup. Dengan perlahan, Bulan mencari arah pintu. Setelah keluar dari pintu, ia terdiam sejenak.

Bulan memegang kenop pintu sembari membelakangi kenop pintu itu.

"Ooh, sebelah sini!" gumam Bulan yang sudah mengetahui pintu keluar.

Perlahan ia berjalan dan mencari lagi letak pagar rumah, agar dia bisa tau harus pergi ke arah mana supaya bisa sampai ke warung mbak Tami.

Setelah tangannya memegang pintu pagar, Bulan pun memilih belok kiri.

.....
Disisi lain, Langit yang lagi duduk di parkiran sembari menunggu kedatangan Lia tak sengaja melihat Bulan. Matanya memicing, didetik berikutnya ia menghela napas melihat Bulan yang tak sengaja tersandung.

Pandangan Langit beralih ke gedung sekolah tapi sosok Lia masih tak kunjung datang. Langit kembali menatap Bulan.

Dengan inisiatifnya sendiri, Langit berlari melintasi jalan. Setelah merasa lebih dekat, Langit pun berjalan perlahan takut jika Bulan mengetahui keberadaannya.

"Sebenarnya dia mau kemana?" lirih Langit.

Mata Langit tak sengaja melihat uang yang digenggam oleh Bulan. Kemudian beralih melihat warung yang berada tak jauh dari mereka. Langit yang mengerti tujuan Bulan, ia pun berlari menghampiri warung tersebut.

"Mbak!" panggil Langit kepada penghuni warung itu.

"Iya? Eh, kamu yang anter neng Bulan seminggu lalu, kan?" tanya wanita paruh baya itu yang dibalas anggukan oleh Langit.

"Ada apa? Ada yang bisa ibu bantu?" tanya wanita paruh baya alias mbak Tami

"Sepertinya Bulan mau membeli."

Mendengar ucapan Langit, mbak Tami langsung mengerti tujuan pembicaraan tersebut.

"Ibu ngerti," ucap mbak Tami.

"Neng Bulan?" panggil mbak Tami sembari berlari kecil menghampiri Bulan yang sedari tadi masih mencari jalan menuju warung.

"Mbak Tami?" ucap Bulan.

"Neng mau kemana?"

"Mau beli kue sama mbak."

"Oh ya sudah. Ayo!" mbak Tami pun. Menuntun Bulan menuju warungnya. Disana banyak kue-kue yang dititipkan beberapa orang.

Sesampainya disana, Bulan langsung menyebut kue yang kakaknya pesan. Setelah selesai dibungkus, Bulan langsung saja pamit. Namun, Langit masih tak kunjung pergi, ia terus menatap punggung Bulan. Ingin sekali ia mengantar Bulan tapi Langit terlalu gengsi untuk memberikan perhatiannya kepada gadis lain selain Lia.

Mbak Tami yang peka dengan ekspresi Langit. Ia pun berlari menghampiri Bulan.

"Ayo, mbak Tami anter sampe rumah," ucapnya setelah sampai disamping Bulan.

Diantara Bulan dan LangitWhere stories live. Discover now