BAB 3 •Tantangan Tiga Puluh Hari

ابدأ من البداية
                                    

“Jalan-jalan?” Alga terdengar heran. “Lo tau nggak tadi Kak Flora khawatir dan nanyain lo ke gue. Gue udah bilang kalo lo dijemput Tante Nia. Kak Flora sempet telepon Tante Nia tapi katanya lo udah pulang.”

Ellia terdiam mendengar penjelasan panjang lebar dari Alga. Tante Nia yang dimaksud pria itu tak lain adalah mamanya sendiri.

“Jadi bukan lo yang khawatir, tapi cuma Kak Flora?”

“Nggak mungkin gue nyari lo kemana-mana kalo nggak khawatir.”

Ellia tersenyum, tapi air matanya justru kembali menggenang. “Gue seneng dengernya,” lirihnya.

“El?” panggil Alga. Tampaknya pria itu menyadari perubahan suara Ellia. “Lo nangis? Why?

Mendengar pertanyaan itu, tiba-tiba saja membuat Ellia kembali menangis sesenggukan. Ia menunduk dan menutup wajahnya. Nelangsa dalam hati. Sedangkan suara Alga yang memanggil namanya terus terdengar di ujung telepon.

“Lo dimana? Gue ke sana sekarang.” Suara Alga terdengar khawatir, disusul suara mobil yang dinyalakan, mengambil ancang-ancang, bersiap untuk melaju.

“Al.”

“Iya gue di sini.”

“Gue nggak mau pulang.”

“Tapi ini udah malem, El. Lo harus pulang. Kak Flora juga pasti khawatir sama lo.”

“Gue nggak mau ketemu Kak Flora.”

Terdengar Alga menghela napas diujung sana. “Oke, terserah kalo lo emang nggak mau pulang. Tapi kasih tau gue dimana lo sekarang. Biar gue jemput lo. Setelahnya, whatever. Kalo lo mau jalan-jalan, gue yang akan temenin. Gue akan ikut ke manapun yang lo mau. Atau kalo lo perlu temen cerita, gue siap dengerin semua hal yang ingin lo ceritakan. Lo nggak sendiri. Masih ada gue.”

Air mata Ellia kembali deras mendengar setiap kata yang diucapkan oleh Alga. Tidak ada yang bisa menggantikan Alga di hidupnya. Tidak satupun. Bahkan jika ia harus menentang keinginan mamanya, maka akan Ellia lakukan. Ellia tidak ingin menggantikan posisi Alga dengan siapapun. Termasuk pria pilihan mamanya sekalipun.

“Ellia, just tell me.”

“Al.”

“Iya.”

“Apa gue masih punya kesempatan?”

“Kesempatan apa?”

“Untuk mengubah status kita lebih dari sekedar sahabat?”

“El. Kenapa—”

“Al, please. Gue bener-bener butuh jawaban lo.”

Mungkin Alga sedang bingung di ujung sana karena pertanyaannya yang tiba-tiba, tapi Ellia benar-benar ingin tahu, untuk kelangsungan hidupnya. Untuk menggagalkan rencana perjodohan itu.

“Kasih tau dulu posisi lo sekarang. Kita bahas ini nanti.”

***

Googirls yang tak lain adalah grup berisi dirinya, Tiwi, Sitha dan Indah sejak tadi terus saja berisik memenuhi notifikasi pesan. Entah mereka sedang membicarakan apa, Ellia sedang tidak minat untuk nimbrung, karena saat ini mood-nya sedang tidak baik.

Ellia memilih mematikan ponsel dan memasukannya ke dalam tas. Kemudian ia menoleh pada Alga yang tengah menyetir, membelah jalanan kota. Sebenarnya ia malu menampakkan dirinya di depan Alga, terlebih dengan kondisi yang mengenaskan seperti ini. Wajah kucel, mata bengkak, dan hidung yang memerah. Sangat kontras dengan gaun cantiknya yang mencolok. Gaun yang jika mengingatnya kembali membuat hati Ellia nelangsa.

30 Daysحيث تعيش القصص. اكتشف الآن