Masa Kelam

553 20 8
                                    

Para tetua, penasehat kerajaan, perdana menteri, kepala suku, Zarvan, dan Nourvry sedang berkumpul untuk mengadakan rapat dadakan. Mereka duduk melingkar dengan Nourvry yang duduk di sebelah kanan Zarvan sebagai asisten pribadinya.

"Ada apa ini? Mengapa mengadakan pertemuan pribadi secara mendadak seperti ini?" tanya Zarvan menatap tajam mereka satu persatu.

"Maafkan kami, Lord Zarvan. Kami rasa pertemuan ini memang sangat diperlukan," kata salah satu tetua.

"Kenapa? Apa yang ingin kalian bicarakan?"

"Ini mengenai keberadaan Princess Alessia, Lord Zarvan," ucap penasehat kerajaan. "Beberapa warga sudah mulai menanyakan status Princess Alessia. Kami memang sanggup bungkam tentang keberadaannya di negeri ini. Tetapi, apa fungsi Princess Alessia di sini?"

Ya, Zarvan sudah mendengar laporan keresahan warganya mengenai Alessia.

"Apa yang dipermasalahkan? Bukankah aku berhak mengajak siapapun untuk tinggal di negeri bahkan di istana ini karena akulah pemimpin kalian."

"Maaf, Lord Zarvan, tapi anda tidak bisa bertingkah egois dengan mengindahkan keresahan warga," ujar salah satu kepala suku yang menjaga perbatasan skydrum. "Status Princess Alessia di sini patut diperjelas. Dia bukan tamu kerajaan yang harus diperlakukan khusus. Dia juga bukan pasangan anda. Terlebih, dia bukan vampir dan keberadaannya bisa mengganggu kita."

"Lalu, apa yang harus Lord Zarvan lakukan menurut kalian?" tanya Nourvry mencoba menengahi.

"Princess Alessia tidak bisa lama-lama tinggal di istana tanpa status yang jelas dan resmi," kata salah satu tetua.

"Lord Zarvan bisa menikahi Princess Alessia," usul perdana menteri yang membuat Zarvan tertegun.

Menikah? Ia masih belum ada pikiran untuk ke sana. Menurutnya, perempuan itu terlalu rumit dan merepotkan. Lagipula, apa Alessia mau dinikahinya tanpa dasar cinta? Ia memang tertarik pada perempuan itu, terutama untuk tubuh dan darahnya karena berbeda dengan yang lain.

"Jadikan dia kaum kita. Kau tentu paham bagaimana melakukannya," ucap salah satu kepala suku yang mengurus bahan-bahan tambang.

Zarvan merasa pusing dengan ini semua. "Baiklah, akan aku pikirkan lagi usul kalian, terima kasih," ujarnya final, lalu meninggalkan ruangan itu.

Zarvan dan Nourvry menuju ruang kerja, namun mereka bertemu dengan Alessia di depan pintu. Perempuan itu begitu anggun dengan gaun hijau tanpa lengan yang menutupi area dada dan pundaknya. Rambutnya ia gelung dengan menyisakan sedikit rambut di kanan kirinya. Sangat cantik. Bahkan kedua orang itu terpana melihatnya.

"Hey, ada apa dengan kalian?" tanyanya dengan mengibaskan tangan di depan mereka.

"Ah tidak," kata Nourvry tersadar. "Ada apa kau ke mari?"

"Aku hanya ingin melihat ruang kerja kalian. Lagipula aku bosan hanya berkeliling istana dan bermain di taman," ujarnya. Mau bermain dengan Felicia tapi anak kecil itu sedang tidak berada di istana. "Mungkin ada yang bisa aku bantu? Supaya aku ada manfaatnya tinggal di sini. Aku bisa mengurus dokumen-dokumen," katanya dengan antusias, berharap supaya bujukannya diterima.

"Tidak per-"

"Boleh. Kau boleh membantu kami. Ayo kita masuk," ucap Nourvry memotong ucapan Zarvan.

"Terima kasih," ujar Alessia berbinar. Mereka pun memasuki ruangan itu dengan Zarvan yang berjalan di belakang mereka.

Sebenarnya siapa pemimpin di sini? Keluh Zarvan memandang mereka, yang menurutnya memiliki sifat yang sama.

"Nourvry, bukankah ini seharusnya berada di dokumen yang bagian itu?" tanya Alessia seraya menunjuk sekumpulan berkas berwarna kuning.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A Red RoseWhere stories live. Discover now