Aneh

622 29 0
                                    

Hari ini Alessia memutuskan untuk keluar kamar dan sarapan di ruang makan. Jujur saja ia gugup karena bertemu dengan orang-orang yang menurutnya asing, terutama ini adalah kerajaan vampir, suatu realita yang membuat Alessia sedikit takut karena bisa saja mereka tiba-tiba menyerangnya.

Semua pasang mata tertuju pada Alessia yang baru saja tiba di ruang makan. Ini pertama kalinya mereka melihat langsung putri yang dinobatkan sebagai wanita paling cantik seantero negeri. Alessia memakai gaun panjang berwarna peach yang dihiasi ornamen-ornamen permata sehingga membuat gaun tersebut berkilau dengan indah. Rumbai-rumbai di bagian dadanya membuat desain gaun itu semakin manis. Rambut choppernya ia gelung sehingga memperlihatkan lehernya yang jenjang.

Zarvan sadar akan ketersimaannya dan langsung menyuruh Alessia untuk duduk.

"Kalian semua kembali ke tugas masing-masing!" perintah Zarvan yang jengah menatap semua pengawal dan juru masaknya terpesona pada Alessia. Mereka kembali ke pekerjaan masing-masing dengan salah tingkah.

"Pantas saja kau rela mati-matian menyelamatkan gadis ini, ternyata cantik sekali! Baru kali ini aku melihat perempuan secantik dia," kata lelaki yang duduk berseberangan dengan Alessia.

Alessia menunduk malu, sedangkan Zarvan menatap tajam lelaki itu supaya berhenti berbicara yang aneh-aneh, tetapi lelaki itu tidak memedulikannya.

"Perkenalkan, namaku Nourvry. Aku abdi Zarvan, asisten pribadi, tangan kanan, atau apalah itu sebutannya," ucapnya dengan jenaka sehingga membuat Alessia tertawa kecil. Zarvan sempat terpana karena baru kali ini ia melihat Alessia tertawa, membuat paras perempuan itu semakin cantik.

"Jangan heran karena aku memanggilnya tanpa embel-embel 'Lord' karena kami sudah berteman sejak kami dalam kandungan," lanjutnya.

"Eh, kenapa kau bersedih? Apa ucapanku menyinggungmu?" tanya Nourvry saat melihat perubahan mimik Alessia yang menjadi murung.

"Ah, tidak. Aku hanya sempat teringat dengan Arzoey, sahabat kecilku di Zephora. Kau mengingatkanku padanya," jawab Alessia. "Oiya, namaku Alessia."

"Nama yang cantik untuk perempuan secantik dirimu," puji Nourvy tersenyum lebar. "Maaf sudah membuatmu bersedih. Kalau begitu, kau bisa menganggapku sebagai teman. Kupikir kita bisa berteman baik."

"Terima kasih," kata Alessia tulus. Zarvan mendengus karena Alessia tidak sekalipun mengucapkan terima kasih padanya karena sudah menyelamatkan dirinya.

"Sudah basa-basinya? Dia mau makan dan kau cepatlah pergi menjalankan tugasmu," ucap Zarvan pada Nourvry yang memang sengaja ke ruang makan untuk melihat paras Alessia. Entahlah Zarvan merasa tidak suka Alessia berbicara terlalu lama dan begitu akrab dengan Nourvry, apalagi ia berasa patung tampan yang tidak dilibatkan dalam pembicaraan. Ada, namun tak dianggap.

"Cemburu ya?" goda Nourvry.

"Cepat kau pergi atau tugasmu semakin kutambah!" cetus Zarvan.

"Baiklah, baiklah, aku mengalah. Princess Alessia, aku pamit undur diri karena sang Lord ini tidak suka melihat kebersamaan kita. Maaf tidak bisa menemanimu sarapan," kata Nourvry seraya menunjukkan mimik pura-pura sedih.

Alessia tertawa, "Tak apa, mungkin lain kali kita bisa berbincang lebih lama. Senang mengenalmu."

"Kau cepatlah pergi!" tukas Zarvan pada Nourvry. "Dan kau cepatlah makan!" titahnya pada Alessia.

"Kau tidak pergi juga?" tanya Alessia pada Zarvan yang masih duduk sedangkan Nourvry sudah melenggang pergi.

"Aku akan menemanimu makan," kata Zarvan seraya bersedekap. Tak ayal, jawaban Zarvan membuat perasaan Alessia menghangat.

A Red RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang