21

3.9K 398 17
                                    

"Ini bukan tentang siapa yang paling kuat, ini tentang siapa yang mencapai akhir."

~Arseano~

~Happy Reading~

"Oza!!"

Sean datang dengan berlari menghampiri Oza yang di sangga Rafassya. Di belakang Sean ada Ricky dan yang lain. Wajah Sean tidak terlihat baik namun tidak seberantakan kedua sahabatnya.

Hanya luka di pipi dan tulang hidung yang tampak darah kering serta lebam di sudut bibirnya. Dengan tergesa Sean mengambil alih tubuh Oza.

"Za, Za, lu denger gw."

Enghh

Sean bernafas sedikit lega kala Oza merespon dari alam bawah sadarnya. Setidaknya tidak mati pikir Sean. Ia memandang Janu yang juga memandangnya.

"Ini yang gw takutin, harusnya kalian gak ikut," ucap Sean menunduk.

Ingin rasanya Janu berteriak di wajah sahabatnya itu dengan keras. Tidak kah Sean tau wajah saudaranya yang lain tampak sangat tidak enak di pandang.

Lihat luka di wajahnya, itu belum yang di tangan, kaki, ataupun bagian badan yang lain. Ada dirinya dan Oza saja Sean luka apa lagi tidak ada.

"Nanti aja marahnya, ayo pulang badan gw sakit semua," ucap Janu lirih. Ia masih belum bisa menggerakkan anggota tubuhnya bebas. Rasa sakit selalu terasa bahkan saat tarikan nafas. Ia harap rusukny baik-baik saja.

"Ini yang kau bilang bermain Arseano?"

Sean menoleh kebelakang. Mahen berada tepat di belakangnya dengan wajah marah. Terlihat jelas di garis wajah yang lebih tua. Sean terdiam. Ia bukan takut tapi tak tau harus menjawab apa.

"Ayo pulang?"

"Duluan aja, gw masih ada perlu."

Yang lain menatap tak percaya Sean. Bagaimana anak itu bisa mengucapkan hal itu dengan tenang di saat Mahen tengah marah. Pantang membantah Mahen jika anak itu tengah marah karena fatal akibatnya. Keivan saja yang notabenenya paling tua di antara mereka tidak berani.

"Mau kemana lagi, perlu abang seret buat pulang?"

"Mata lu gak buta, gak liat temen gw mau sakarotul maut?"

"Gw belom mau mati Sean anjing."

Mahen menghela nafas mengontrol emosi. Harusnya ia tau Sean itu memang suka tawuran, ia harus pelan-pelan jika tak ingin anak itu lepas dari genggamannya.

"Sya." Mahen mengkode Rafassya untuk membawa teman Sean.

Sean hampir protes saat Rafassya mengambil Oza. Namun ia lebih dulu terkejut karena Mahen menariknya hingga berdiri.

"Lu apa-apaan sih." Sean memberontak dari cekakan kakak kandungnya itu. Namun memilih acuh.

"Ayo pulang. Jay bawa mobil itu..." Mahen menunjuk mobil Jeep milik Janu.

"Heh bang temen gw terus gimana."

Mahen menatap tajam adiknya. Ia tak suka dengan gaya bicara Sean. Dengan kasar di tariknya tangan yang lebih muda menuju mobilnya.

Gevariel ArseanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang