4

6K 547 10
                                    

"Aku bukan tidaklah kuat, namun aku selalu punya cara membuatmu menderita tanpa mengotori tangan ku."

~Oza Pramana~

~Happy reading~

Matahari terlihat malu-malu mengintip dari balik gumpalan awan mendung. Seminggu belakang Sean sama sekali tidak keluar dari rumahnya karena kakinya yang sempat tertimpa motor.

Selama sebulan Sean tidak di perbolehkan melakukan pekerjaan berat selama masa pemulihan. Bahkan ketiga temannya melarang ia masuk sekolah.

Kakinya diagnosa mengalami retak tulang yang cukup parah bahkan hampir patah. Entah bagai mana Sean masih sempat berjalan saat di markas geng Panji, Abang Darpa.

Mereka bergantian menjaga Sean setiap harinya. Kecuali Darpa, anak itu hanya pulang sekali untuk menonjok kakaknya- tidak maksudnya untuk mengambil seragam sekolah cadangannya.

"Huft.. buset gabut banget gw.'

Sean hanya berguling-guling di atas ranjangnya. Remaja tanggung itu membuka ponselnya kemudian meletakkannya sedikit kasar sebab di landa bosan. Teman-temannya bersekolah meninggalkan ia sendiri.

Ditambah ke empatnya tidak bisa menemaninya hari ini sebab sibuk dengan urusan masing-masing.

"Jalan-jalan aja dah."

Sean berjalan pelan mengingat kondisi kakinya. Menurutnya ini bukan masalah serius tapi tidak untuk teman-teman nya. Mereka sudah pernah hampir kehilangan Sean dan tak ingin hal itu kembali terjadi. Karena itu lah Janu, Darpa, Haris, maupun Oza sedikit posesif pada sahabat gembul mereka.

Di sinilah Sean sekarang.

Anak itu berakhir di Minimarket dekat rumahnya. Ia tidak bisa berjalan terlalu jauh. Kunci kendaraannya semua ada pada Haris.

Tangan gembul itu mengambil sebuah cup mie instan serta sekotak susu coklat. Setalah membayar serta menyeduh mie tersebut, Sean duduk di depan minimarket menikmati mie nya.

Pipinya yang naik turun lucu ternyata mengundang tatapan gemas dari seorang remaja yang masih mengenakan seragam sekolah yang sama dengan Sean.

Remaja laki-laki itu mendekati Sean dan mengambil tempat duduk di depan si manis yang di hiraukan oleh si manis itu sendiri.

"Gevariel..."

Sean yang mendengar namanya disebut mendongak. Mata sipitnya melebar dan badannya kaku untuk sesaat. Namun ia masih bisa mengontrol ekspresi nya.

Slrup

Tak

Sean meletakkan cup mie yang tinggal kuahnya saja di meja.

"Wah siapa yang saya lihat, tuan muda Bramanty membolos," ucap Sean dengan nada dan ekspresi polos yang sangat kentara di buat-buat.

Orang itu hanya tersenyum tipis.

Mahendra Anjali Bramanty

Sean membenci sosok di hadapannya lebih dari apapun. Ia lebih memilih menjajakan Darpa dari pada bertemu makhluk di hadapannya ini.

Gevariel ArseanoWhere stories live. Discover now