Bab 6

31 12 1
                                    

Happy Reading

.
.
.
.
.

Pagi ini mungkin bagi orang lain adalah pagi yang cerah dengan suasana sejuk. Tapi tidak bagi Rachell, karena pagi ini merupakan pagi yang buruk.

Bunyi pintu terbuka, menampilkan dua orang dewasa yang memakai baju serba putih. Mereka membawa Rachell keluar dari ruangan itu. Sebelumnya mereka membius Rachell dan memborgol tangannya. Karena Rachell memberontak saat dibawa.

Veronica yang mengetahui hal tersebut marah kepada Oliver. Ia memberontak, menangis, dan membentak Oliver. Oliver hanya mendekap erat tubuh Veronica yang terus menerus memberontak.

"KENAPA!!"

"Hiks... Kenapa Rachell!"

"Apakah kau tidak puas hanya dengan dia, hah? Jawab!"

"Apakah kakaknya tidak cukup bagimu?"

"DASAR IBLIS!!"

"TIDAK PUNYA HATI!!"

"BAJINGAN!! PSIKOPAT GILA!!"

"Hiks... Kumohon Oliver, hiks... Cukup... Cukup kakaknya saja yang kau ambil hiks... Jangan libatkan Rachell juga hiks... Aku mohon"

Veronica memohon dalam dekapan Oliver. Oliver? Ia bahkan tidak menanggapi sedikitpun. Veronica benar, Oliver memang tidak punya hati. Menjadikan anak kandungnya sendiri sebagai objeknya.

Mobil yang dikendarai oleh dua orang dewasa berpakaian putih yang membawa Rachell berhenti disebuah panti asuhan. Gerbang panti terbuka mempersilahkan mereka masuk.

Terlihat beberapa anak panti berlarian, bermain kesana kemari. Terdengar tawa bahagia mereka yang tengah asik bermain.

Mobil masuk dan berhenti disebuah garansi. Dua orang dewasa berpakaian serba putih membawa Rachell masuk kesebuah ruangan yang minim cahaya. Tidak ada jendela disana, hanya ada sebuah lampu yang menerangi tempat itu. Mereka membaringkannya di sana, dan meninggalkannya.

Mimpi buruk Rachell dimulai dari sini. Di panti ini. Tempat ini. Dan dihari ini. Penderitaan yang harus dialami oleh Rachell sangatlah menyeramkan. Dijadikan sebagai objek oleh ayahnya sendiri, dan terpisah oleh ibunya. Entah bagaimana kedepannya, akankah Rachell bertahan? Atau menyerah? Yang pasti dia tidak akan pernah menyerah.




Mata yang mengerjap, kesadaran yang perlahan kembali. Rachell terbangun, mendudukkan diri di ranjang. Melihat sekeliling. Tempat yang asing baginya. Tidak ada jendela. Bahkan cahayanya remang-remang. 'Dimana ini, ah? Ibu?' Rachell teringat oleh ibunya. Ditengah-tengah Rachell sedang bergelut dengan pikirannya, pintu terbuka.

Ckleek

'siapa?'

Deg

Jantung Rachell berdetak lebih cepat. Bayang-bayang kemarin teringat jelas, berputar di kepalanya. Itu Oliver, pria yang menembak kaki Veronica, ibunya. Pria yang membuat Veronica terluka.

"Halo sayang" sapa Oliver berjalan menuju Rachell.

"Bagaimana kondisi mu? Apakah kau sudah diberi makan?"

"Dimana aku?" Tanya Rachell seraya menatap berani Oliver.

Oliver menaikkan satu alisnya. Menyunggingkan senyum. Menarik, sama seperti Veronica. Persis seperti nya.

"Kau tidak menanyakan ibumu?" Oliver heran. Rachell hanya diam.

"Kau tidak takut?"

"..."

"Kembalikan aku ke ibuku!" Tegas Rachell. Tidak ada keraguan dalam nadanya. Tidak bergetar, ia tidak takut.

"Apa?" Oliver menaikkan satu alisnya.

"Apa maksudmu sayang" Tanya Oliver disertai dengan kekehan.

"Ini tempatmu mulai sekarang"

"Tidak! Aku mau ibuku"

"Dengar Rachell. Mulai sekarang, hari ini, dan seterusnya kau tinggal disini. Paham?"

"Menurut lah, jadi anak yang baik atau ibumu yang akan terkena akibatnya" Oliver membalas tatapan Rachell. Itu bukanlah tatapan seorang ayah ke anaknya, tetapi seperti Penjahat dengan tawanannya.

Rachell tidak percaya ini. Apa-apaan ini. Ayah macam apa yang memperlakukan anaknya seperti ini? Mengancam? Dasar ayah tidak punya hati. Orang seperti itu tidak pantas disebut ayah. Rachell menara sengit Oliver. Dimatanya penuh dengan rasa kebencian. Well disinilah awal mula penderitaan Rachell.


Sudah sekitar seminggu Rachell berada di sini, bahkan dia sekarang telah dipindahkan ke kamar panti.

"Dengar semuanya. Kita kedatangan keluarga baru" ucap ibu panti saat itu.

"Nah ayo perkenalkan diri mu"

"..."

"Perkenalkan diri mu hm?" Bisik ibu panti itu denagn nada menekan.

"Rachell" Singkat Rachell.

Banyak anak panti yang menyambutnya, ada juga yang masih enggan dengannya. Melihat tawa anak-anak panti, membuat Rachell semakin benci dengan semua hal tentang 'mereka' Rachell bersimpati dengan anak-anak panti ini. Ia yakin senyuman mereka pasti akan luntur jika mereka tahu kebenaran lain dari panti ini.




Flashback end.

.
.
.
.
.
.
.





To be continue

Hello guys 👋👋👋

How are you today? I hope you all happy.

Oke guys, remember vote and coment thanks all papay 👋😉

ESCAPEWhere stories live. Discover now