Happy Reading
.
.
.
"Bukalah pintunya sayang~"
"Mari~ marilah pulang bersamaku"
Tubuh yang gemetar memeluk Rachell disudut ruangan. Mata yang gelisah menatap sekeliling kamar, mencari celah untuk lari. Mata yang terus berkelana berhenti pada jendela yang terbuka.
"Rachell!? Sayang?"
"Ke jendela sekarang, ayoo!"
Veronica menuntun Rachell ke jendela. Dibukanya kaca jendela. Angin malam berembus menerpa wajah Veronica. Melihat kebawah, tak terlalu tinggi.
BRAK BRAKK
Dobrakan semakin keras. Dengan tangan yang gemetar, Veronica mengangkat Rachell dan menurunkan melewati tangga.
"Tunggu disitu sayang, Ibu akan mengambil sesuatu!"
Veronica menuju laci nakas dengan tergesa-gesa, mencari sesuatu. Hingga barang yang ia cari ketemu, Veronica bergegas kearah jendela. Namun baru saja mengangkat salah satu kakinya, pintu sudah terlebih dahulu terbobol.
BRAKKK!!
"Aaah~ mau lari ternyata" seringai itu kembali muncul.
Tubuh Veronica membeku. Sebisa mungkin ia menggerakkan tubuhnya dan mengembalikan kesadaran, namun Veronica terlebih dahulu ditarik.
"Apakah menurut mu aku akan membiarkan mu lari lagi dari ku? Sayang~ "
Hembusan napas menerpa leher Veronica, bisikan lembut terdengar mengerikan, mengalun di telinganya.
Oliver mendekap erat tubuh Veronica yang gemetar. Matanya melirik kearah jendela, seorang gadis kecil berdiri mematung di sana, memperhatikan dengan jelas kondisi di dalam kamar.
Oliver menunduk, mensejajarkan bibirnya dengan telinga Veronica, membisikan sesuatu hingga membuat Veronica menegang.
"J-ja ngan, ku-m mohon"
"Bagus"
"Rachell? Apakah kau tidak merindukan ayah? Kemarilah sayang~ " pintanya kepada Rachell yang diam mematung.
Melihat ada celah, dengan segenap keberanian, Veronica menendang kaki Xavier serta mendorong nya.
"Aakh" erang kesakitan Oliver
Melihat kesempatan, Veronica bergegas melompati jendela dan menyuruh Rachell lari.
"Rachell!! Larii!!"
Rachell dan Veronica berhasil lari menjauh dari Oliver.
'Sialan'
To be continue
See you again all papay 👋
YOU ARE READING
ESCAPE
Mystery / Thriller"Hah... Hah... Hah..." Deru nafas terdengar dalam gulitanya hutan malam itu. Tubuh yang penuh luka, rambut acak-acakan, dan sisa darah kering masih menempel di tubuhnya. Kaki ringkih putih seputih salju terus berjalan menyelusuri hutan malam itu. Se...
