Episode 8

503 121 12
                                    

"Ah... aku pikir kau tidak akan datang," ucapnya tersenyum saat tahu siapa datang.

"Aku sudah berjanji, bukan?" Jawab pria itu.

"Masuklah," ucapnya seraya bergeser sedikit mempersilahkan pria didepannya untuk masuk.

"Kau mempunyai Apartement yang bagus," puji pria itu berjalan menuju sofa berwarna abu tua yang berada di tegah ruangan.

Kening pria itu mengkerut saat ia mendapati sebotol wine dengan dua buah gelas yang tersaji diatas meja.

"Aku yang mempersiapkan itu," ucapnya seraya memeluk tubuh tegap pria itu dari belakang.

"Tapi sayangnya aku tidak bisa berlama-lama,"

"Kenapa?" Tanyanya melepaskan pelukannya yang membuat pria itu berbalik untuk melihat raut kekecewaan dari perempuan didepannya.

"Malam ini aku mempunyai janji dengan rekan bisnisku, jadi aku kemari hanya mampir saja," jawab pria itu.

"Kenapa tidak di undur besok saja?"

"Tidak bisa, aku tidak bisa merubah jadwal pertemuan seenaknya," ucap pria itu mengusap pelan pipi perempuan didepannya.

"Tapi aku janji, jika ini berhasil, aku akan mengajakmu berlibur ke tempat yang kau inginkan, bagaimana?" Tanya pria itu yang membuat kedua matanya berbinar.

"Kau berjanji?"

"Tentu," jawab pria itu mengecup sekilas bibir ranum perempuan didepannya.

"Tapi... alasan apa yang harus aku berikan pada atasanku nanti? Aku tidak mungkin meminta ijin untuk berlibur denganmu, bukan? Bisa-bisa aku langsung ditendang dari perusahaan itu,"

"Kita akan pikirkan nanti," ucap pria itu yang dijawab anggukkan olehnya.

Perempuan itu menarik lengan prianya untuk berjalan mendekati sofa, dengan pelan, pria itu mendudukkan dirinya disana dengan si perempuan berada dipangkuannya.

"Jadi... sampai kapan aku harus menempel pada laki-laki tua itu? Aku sudah lelah jika harus terus tidur dengannya," ucapnya dengan tangan kanan yang mulai melucuti kancing kemeja pria itu.

"Bersabarlah sebentar lagi, rencanaku hampir berhasil," jawab pria itu.

"Baiklah, dan sebenarnya... malam ini aku mempunyai janji dengannya," ucapnya tersenyum menatap dada bidang pria itu.

"Dia akan kemari?"

"Ya," jawabnya dengan tangan kanan mulai mengusap perut kotak-kotak milik pria didepannya.

"Tapi kau tenang saja, dia akan datang sekitar pukul sembilan, masih ada dua jam untuk kita bersenang-senang," sambungnya menatap kedua mata pria didepannya.

"Waktu dua jam tidak akan cukup untukku, sayang," ucap pria itu seraya menggenggam tangan perempuan didepannya yang mulai turun semakin ke bawah.

"Lagi pula, aku harus pergi sekarang," ucap pria itu lagi yang membuat perempuan didepannya berdecak kesal.

"Kita bisa bermain lain kali," ucap pria itu lagi seraya mengancingkan kembali kemejanya.

"Padahal aku sangat merindukanmu," ucapnya yang membuat pria itu tersenyum.

"Kita bisa bermain lain kali," ucap pria itu mengangkat tubuh perempun itu agar duduk disampingnya.

"Aku pergi," ucap pria itu lagi seraya mengecup pelan bibir perempun yang masih menunjukkan kekesalannya itu.

Tanpa mengatakan apapun lagi, pria itu bangun dari tempat duduknya dan berjalan keluar Apartement meninggalkan perempuan itu yang masih menahan kekesalannya.

Let Me Breathe (HIATUS)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt