Tak ingin terulang

2 1 1
                                    

Mengandung kata-kata tidak baik, harap tidak dicontoh. Tetap jaga sopan-santun.

Pagi ini, Biru melewati kamar Diana setelah pergi ke dapur untuk menyiapkan menu sarapan hari ini. Biru bangun lebih cepat dari biasanya, pukul enam lewat sepuluh menit. Biru menerobos masuk ke dalam kamar, Diana masih berbaring di atas ranjang, pulas sekali tidurnya. Berniat untuk membangunkan, lagi-lagi ingatan itu muncul, seakan seperti alarm baginya.

"Tolong kalau aku tidur, jangan dibangunin, atau nanti aku kunci kamarmu dari luar." Ucap Diana pada Biru saat masih berusia delapan tahun. Ucapan itu terucap begitu saja dari mulut Diana yang membuat Biru sedikit lebih berhati-hati dalam bertingkah laku kepada sang kakak sampai sekarang.

Sejak kecil Biru dituntut untuk selalu patuh kepada ibu dan Diana dalam kondisi apa pun. Setiap ucapan Ibu atau Diana, haruslah ditaati demi menghindari perang argumen yang ntah kapan akan berhenti.

Akhirnya Biru pun memutuskan untuk pergi dari kamar sang kakak, membiarkannya tertidur pulas dan menunggunya sadar sendiri.

Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki terdengar, rupanya Diana sudah bangun, meski jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Biru yang tengah sarapan menghentikan aktivitasnya sementara, "Mau dibekelin aja, Kak?" Tanyanya. Diana mengangguk sambil melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Di sela-sela waktu saat Biru mengisi tepak makan, tiba-tiba Biru teringat sesuatu di saat jam sudah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh menit, semakin tipis untuk mengejar waktu perjalanan menuju sekolah. Apalagi Biru berangkat naik sepeda dengan jarak 2,5 km dari rumah ke sekolah. Sesuatu itu terbesit begitu saja, semakin ia pikirkan semakin jelas bahwasanya dirinya lupa hari ini akan ada tes lisan mata pelajaran Biologi. Biru belum sempat menghafal kemarin malam.

Begitu tepak makan sudah selesai dia isi, cepat-cepat Biru mengambil tasnya lalu pergi ke sekolah tanpa berpamitan. Diana yang saat itu baru selesai mandi, melihat keadaan dapur yang sepi, lantas menatap jam dinding di atas dinding sebelah kanannya. Pukul enam lewat lima puluh tujuh menit, gerbang ditutup pukul tujuh tepat. Walaupun demikian, Diana masih bisa tetap santai di rumah. Seakan tidak memikirkan bagaimana nasibnya nanti jika terlambat melebihi satu menit.

Di perjalanan yang memakan waktu, Biru sebisa mungkin mengandalkan segenap tenaga yang ia punya, meski beberapa kali hampir tergelincir karna kondisi jalanan yang basah. Biru masih tetap mengayuh pedalnya tak peduli tubuhnya yang sudah berwarna merah padam, akibat kelelahan.

Usahanya dalam menempuh perjalanan ke sekolah akhirnya membuahkan hasil, tepat pada pukul tujuh lebih tiga puluh detik, dirinya telah sampai di depan gerbang. Melelahkan, tapi yang terpenting, tidak tertinggal jam pelajaran.

Melihat hal tersebut, Pak Satpam hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya seraya menatap ke arah Biru.
"Telat lagi ya? Ckckck, lagi-lagi bangun lebih pagi ya, Biru. Ini kedua kalinya kamu telat, lho. Kalau udah tiga kali bisa-bisa dipanggil orang tuamu ke sekolah lho." Ucap pak satpam yang dibalas senyum kecut oleh Biru.

Dua kali terlambat adalah kesalahan yang sedikit bermasalah bagi Biru, karna kalau sampai ibunya dengar, rasanya Biru sudah pasrah dengan konsekuensi yang akan ia alami. Ibu mendidik anaknya cukup keras, jika ketahuan tidak disiplin, ibu tidak segan-segan melakukan segala cara untuk membuat anaknya jera. Memikirkannya saja membuat Biru panas dingin, apalagi kalau sampai betulan terjadi.

Biru menatap sekeliling, kondisi sekolah perlahan-lahan mulai sepi, koridor sekolah juga hanya terdapat satu dua murid saja, sisanya sudah mulai melaksanakan kegiatan pagi di kelas masing-masing. Biru menambah kecepatan jalannya menuju kelas. Saat Biru hendak memasuki ruang kelas, langkah Biru terhenti sejenak, Lia salah satu teman kelasnya menatap tajam ke arah Biru dari pojok tempat ia duduk. Melihat tatapan Lia, sepertinya ini akan jadi masalah sepele namun dampaknya lumayan membuat Biru tidak ingin untuk merasakan akibat perilakunya, apalagi ini mata pelajaran guru killer. Biru berlari ke tempat duduknya yang tepat di belakang Lia.

Biru Where stories live. Discover now