Prolog

35 5 0
                                        

PROLOGUE

~Siapa sangka dipertemuan singkat yang terlihat sepele, tuhan selipkan disana satu takdir kehidupan cinta yang menarik~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~Siapa sangka dipertemuan singkat yang terlihat sepele, tuhan selipkan disana satu takdir kehidupan cinta yang menarik~

•••••

Semua bermula dikala sore hari itu..

Mentari masih menampakkan sinarnya yang begitu cerah. Angin yang berhembus pelan, hingga burung-burung berkicau saling bersahutan menambah asri suasana alam.

Para anak-anak meyakini, suasana inilah yang begitu cocok untuk mereka bermain.

Tak terkecuali gadis berusia 8 tahun itu, dipojok halaman rumahnya yang begitu luas, Ana sedang duduk disebuah ayunan yang terayun pelan dengan dorongan kaki kecilnya sendiri.

Kibasan pelan angin menerpa beberapa helai rambut yang menyembunyikan wajahnya, menampakkan seluruh wajah cantik nan mungil miliknya.

Kaki kecil Ana terus mendorong pelan ayunan, sedang pandangannya terfokuskan pada halaman yang ada didepan.

Kedua kakak laki-laki Ana yang sudah beranjak remaja sedang asik bermain sepak bola dengan dua orang anak teman ayahnya yang saat itu sedang bertamu ke rumah. Ini pertamakalinya mereka berkunjung kerumah Ana. Berkenalan baru tadi dengan kedua kakaknya, tetapi sudah sangat akrab layaknya teman lama.

Terkadang terjadi kecurangan, bola tidak sengaja terkena kepala, terjatuh saat ingin merebut bola, dan banyak lagi beberapa hal yang membuat Ana sesekali dibuat tertawa kecil melihat mereka.

"GOL!!" Seru kakak kedua Ana— Arsyad berhasil menggolkan bola ke gawang musuh. Arsyad memeluk bahagia sang kakak pertama— Agam. Keduanya berteriak gembira karena sudah mencetak gol 3-0.

"Dhika, kamu gak fokus apa gimana?" Tanya kesal salah satu anak teman ayahnya itu pada adiknya yang yang berposisi sebagai gawang.

Sang adik yang disebut Dhika itu menyengir merasa bersalah, "maaf ya, kak."

"Kali ini yang fokus." Tegas sang kakak yang bernama Akmal.

Sejak awal Dhika memang sama sekali tidak fokus dengan permainan. Entah apa yang ia pikirkan. Tapi Ana sempat lihat, Dhika yang tidak terlalu memerhatikan bola justru sering mencuri pandang kearahnya. Pandangan seperti itu sulit diartikan oleh gadis kecil seperti Ana. Jika dipikir-pikir, ia sering seperti itu ketika melihat sesuatu yang indah. Jadi, apa Ana terlihat indah dimata Dhika?

Ana menggedikkan bahu setelah sempat dibuat heran. Ia memilih mengalihkan pandangan tidak perduli.

Kini tak sengaja, sepasang mata Ana menangkap seekor kucing kecil sedang berada di samping rumah tetangganya. Ana reflek menghentikan ayunan, berusaha menajamkan mata melihat keadaan kucing itu yang tampak sangat kurus dan juga kotor. Seketika secercah rasa iba muncul.

Ada RasaWhere stories live. Discover now