" Kenapa? "

" Dengar saja sehabis ini ustadz Yusuf bilang apa, " ujar Nadin alih-alih memberi jawaban kepada Xavia.

" Dalam islam memang diperbolehkan memiliki perasaan suka atau cinta. hal itu sudah menjadi fitrah manusia. tetapi jika sudah berani melewati batas, maka seperti mendekati zina. bukankah itu yang kalian pelajari selama ini? " tanya ustadz Yusuf di akhir perkataannya.

" Agama bukan hanya untuk pengetahuan atau hanya sekedar untuk dipahami. tetapi perlu diterapkan di kehidupan sehari-hari, " sambung Gus Varo.

" Sesuai peraturan yang berlaku di pesantren ini. barang siapa yang melanggarnya akan mendapat sanksi. untuk itu ustadz Damar dan ustadzah Syafa dimohon untuk mengurus mereka berdua, " titah Gus Arsha.

" Na'am Gus "

Setelah mendengar perintah sang Gus, Ustadz Damar dan ustadzah Syafa langsung saja melaksanakan tanggung jawab mereka terhadap para santri pelanggar peraturan itu.

" Tadi pagi para petugas keamanan telah melakukan sidak ke setiap kamar santri. dan alhasil ditemukan beberapa barang yang tidak seharusnya digunakan saat di pesantren, " ujar Gus Varo yang mengundang keterkejutan.

Mendengar hal itu, semua santri mendadak ricuh. bagaimana tidak, sidak dilakukan secara mendadak dan tidak diketahui oleh mereka para santri.

" Gawat, handphone mbak Xavia aman bukan? " ucap Mira sedikit panik.

" Awas saja kalau ada handphone aku, " sahut Xavia menelisik.

" Mbak Xavia simpan dimana semalam? "

" Di bawah bantal, " ucap Xavia dengan santai.

" Yakin sama aku. pasti kena itu, " bisik Mira.

" NOVEL DAN PONSEL. SIAPA YANG MENGIZINKAN KALIAN MEMBAWA INI KE PESANTREN? " teriak Gus Varo menembus gendang telinga para santri.

Semua santri terdiam. mereka takut akan teriakan Gus Varo yang seperti sedang meluapkan kemurkaan nya.

" Sepertinya tidak akan ada yang mengaku Gus "

" Baiklah, jika tidak ada yang mengaku saya akan mulai membakar kumpulan novel ini dan juga menghancurkan ponselnya, " ujar Gus Varo.

Disisi lain, Xavia hanya bergumam sembari memperhatikan apa yang dilakukan oleh para manusia di sekitarnya itu.

" Galak sekali Gus Varo. tapi omong-omong itu kaya handphone aku? " gumam Xavia.

" Sepertinya iya mbak. handphone boba siapa lagi yang punya jika bukan kamu, " balas Nadin menyetujui.

" WOI GUS BERHENTI DULU! " teriak Xavia sampai mengalihkan semua pasang mata ke arahnya .

" Kenapa? "

" Handphone Xavia tolong jangan di hancurkan! " pinta Xavia memohon.

" Jadi ini milik kamu? itu sudah peraturannya. dan kamu sebagai pelanggar harus menerima konsekuensinya, " jawab Gus Varo tidak peduli.

" Tapi nanti saya tidak bisa menelfon orangtua saya, " nego gadis itu.

" Kamu bisa meminjam telfon nanti "

" Pinjam handphone kamu bukan? sayangnya Xavia, " sahut Xavia menggoda Gus Varo.

" Xavia, jaga ucapan kamu! "

" Habibi suka malu-malu, padahal biasanya tidak seperti itu, " tutur Xavia tidak mengindahkan ucapan Gus Varo.

" Astagfirullah Xavia, pergi dari hadapan saya! " perintah Gus Varo.

" Passwordnya apa? "

" Password apa? " tanya Gus Varo balik.

" Habibati. katakan seperti itu baru saya mau pergi, " jawab Xavia tersenyum kecil.

Gus Varo sangat lelah menghadapi tingkah Xavia yang terkesan berani dan melewati batas itu. sedari tadi dia hanya menggulirkan tasbih digenggaman nya sembari berdzikir agar tidak terlena oleh tipu daya setan.

" Ayo sayang, passwordnya apa? "

" Terserah kamu. jangan memaksa saya atau saya sendiri yang akan menghancurkan handphone ini dihadapan kamu sendiri, " tegas Gus Varo.

" Dasar tidak bisa diajak bercanda. ya sudah hancurkan saja. nanti saya beli lagi sepuluh, " sombong gadis itu.

" Saya bisa beli sampai pabrik-pabrik nya, " balas Gus Varo tak mau kalah.

" Sombong sekali anda, " ketus Xavia.

" Saya yakin kamu tahu jika sombong adalah perbuatan yang tercela. lagipula apa yang kamu banggakan dari kesombongan kamu itu? yang ada malah menghancurkan akhlak kamu, " jelas Gus Varo kepada Xavia.

" Mulai ceramahnya. iya si paling sombong, " cetus Xavia spontan.

Semua orang tertohok mendengar ucapan Xavia. berani sekali gadis ini berkata seperti itu terhadap Gus yang disegani disini.

" Xavia, sebaiknya kamu kembali ke tempat kamu, " sahut Gus Arsha yang sedari tadi diam memperhatikan perdebatan antara kedua manusia itu.

" Kamu yang sopan ya, aku lebih tua daripada kamu, " ujar Xavia tidak terima.

" Na'am mbak Xavia, sekarang pergi ya, " jawab Gus Arsha dengan sabar.

" Xavia lebih baik kamu pergi dan tidak membuat keributan disini, " sambung ustadzah Fira .

" Annoying people , " kesal Xavia yang mulai melangkah menjauhi area kerumunan santri.

•••

Disinilah Xavia sekarang. dia mendudukkan dirinya di masjid pesantren Al Hafiz sembari bergumam sendiri sedari tadi.

" Aku tidak bisa menghubungi daddy lagi sekarang, " lirih Xavia.

" Heh anak baru, " sahut seseorang secara tiba-tiba.

" Siapa? aku ? " tanya Xavia sambil menunjuk dirinya sendiri.

" Memang siapa lagi disini selain situ sendiri, " ujarnya dengan ketus.

" Ketus sekali, perasaan santri sini bicaranya tidak seperti itu, " jawab Xavia.

" Tidak usah banyak bicara! dengarkan aku baik-baik, jangan pernah dekat-dekat dengan Gus Varo! " ujarnya.

" Terserah aku, apa hak kamu melarang aku untuk dekat dengan Gus Varo? " balas Xavia berani.

" Aku menyukai Gus Varo "

" Memang Gus Varo suka sama kamu? " ujar Xavia tertawa mengejek kearah gadis didepannya.

Muka santri itu seketika memerah mendengar suara tertawa Xavia yang  mengejek nya itu.

" Kalau kamu tetep keras kepala, lihat saja, " ancam gadis itu.

" Dasar perempuan tidak jelas. sana pergi! " usir Xavia yang merasa jengah dengan tingkah santri putri di depannya ini.

.
.
.
.
.

Vote dan komen!!

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Guliran Tasbih Aldevaro [Open PO]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt