25. Lelaki Romantis & Second Account

861 44 5
                                    

"Gue gak tau, kalau suatu saat kita nggak sama-sama lagi, bakal sehancur apa gue nanti"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gue gak tau, kalau suatu saat kita nggak sama-sama lagi, bakal sehancur apa gue nanti"

---Khanza Camelia Ruby

♡•♡•♡•♡

25. Lelaki Romantis & Second Account

Kebersamaan warga Kos Anggrek tidak perlu diragukan lagi. Sekumpulan anak muda yang tinggal bersama di satu atap,  yang mana kekocakanya acap kali membuat siapa saja yang melihatnya geleng-geleng kepala, menyatukan mereka sebagai sebuah keluarga.

"Gimana kabar nyokap lo, Kar?" George yang sedang mengerjakan tugas kuliah tiba-tiba teringat akan Ibunya Askara.

"Hari ini masih mau di bawa ke rumah sakit. Doain ya, biar ibu gue cepet sembuh."

"Aamiin."

George, Askara, Haris, dan Kafka sedang asik nongkrong di teras rumah. Jangan tanya dimana Sultan berada. Dia sedang mencari cuan demi ayang bebebnya.

Haris--manusia paling kepo sejagat raya memanjat bata semen untuk melihat  kondisi terkini rumah sebelah yang ditinggal minggat penghuninya.

"Tetangga sebelah betah amat di Surabaya. Gak lama rumahnya jadi kebun binatang tuh." Haris mengomentari halaman rumah Khanza yang banyak dedaunan.

"Khanza boleh betah, tapi Kafka udah kayak mau mati ldr-an lama-lama. Ya gak, Kaf?" Tak biasanya George menggoda dengan tengil kepada sahabatnya itu.

"Ngejar cita-cita itu. Udah deh lo pada jangan sibuk ngurusin hidup orang lain." Kafka membalas dengan dingin.

"Marah pacarnya digodain," ledek Askara.

"Gue gak marah. Emang bener kan? Lagian gue bangga punya pacar kayak Khanza. Dia mandiri, pekerja keras, pokoknya the best-lah."

"Sopan banget banggain pacar di depan orang jomlo?"

"Ya sorry kalau lo tersinggung."

"Kadang kalau lihat lo sama Khanza berduaan, gue bawaannya iri pengen punya pacar. Tapi gue sadar, gue gak bakat romantis ke pasangan." George sadar diri.

"Astaga demiiit!" Haris terlonjak kaget. Suaranya melengking seperti mak-mak yang kecopetan.

"Demit pale lu!" Gadis itu marah-marah. Haris bahkan tidak tau dari mana Enzi datang. Tau-tau dia sudah nongol di sampingnya. "Kalian pada di titipin kunci nggak sama Khanza?"

Semua saling menatap satu sama lain. "Kunci apa, En?" tanya Kafka.

"Ya kunci rumahlah."

"Enggak. Kita nggak ada yang dititipin."

"Yang bener?"

"Iya."

"Gimana sih Khanza, katanya dia titip kunci rumah ke kalian." gerutu Enzi sebal lantaran merasa dipermainkan oleh Khanza. Ia jauh-jauh dari toko bukan untuk ditipu.

Sebelah Kos MantanWhere stories live. Discover now