30. Jangan Pergi dan Tetaplah Di Sini

1K 50 19
                                    

30

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30. Jangan Pergi dan Tetaplah Di Sini

Bagai terhimpit di ruang sempit. Dada Khanza sesak oleh rasa sakit. Sekujur badannya bergemetar hebat serta jantung yang berdegup kencang.

Kedua kaki yang sudah tak sanggup lagi menopang cobaan seberat ini. Harus dipaksa melangkah melewati lorong rumah sakit. Menyingkirkan segala kemungkinan terburuk yang sedari tadi berkecamuk dalam kepala.

Di kejauhan, Khanza melihat anak-anak Kos Anggrek siap siaga di depan ruang UGD.

"Di mana Kafka?" Khanza mencengkram kuat lengan orang yang memberinya kabar duka tadi.

"Di dalem, lagi ditangani sama dokter," jawab Sultan bersedih.

Khanza menyugar rambut ke belakang dengan penuh penyesalan. "Kenapa jadi kayak gini, sih?"

Khanza menabrakkan dirinya ke dinding belakang. Perlahan ia kehilangan keseimbangan sehingga tubuhnya luruh ke lantai. Dion menghampiri dan memeluknya.

"Pasti gue penyebab Kafka kecelakaan...." lirih Khanza.

"Kafka kecelakaan karena gue, Dion.... gara-gara gue." Dion mendekapnya erat. Mengusap punggung Khanza agar tabah.

Khanza menyesali pertengkaran yang terjadi. Khanza benci dirinya sendiri. Khanza benci atas takdir yang tidak indah ini.

"Gimana George?" tanya Sultan pada George yang baru datang entah dari mana.

"Gue udah muter kemana-mana, tapi golongan darah O stoknya lagi kosong di bank darah," George merasa bersalah. Satu kota telah ia putari, banyak rumah sakit telah ia kunjungi, tapi tidak membuahkan hasil apa pun.

"Kafka butuh darah?" Khanza memotong percakapan. Ia kembali bangkit dan mengusap air matanya secara kasar.

"Lukanya parah, Za. Dia kehilangan banyak darah dan butuh transfusi darah sekarang. Stok darah di rumah sakit ini habis, jadi George usaha nyari di tempat lain." Sultan memberi penjelasan.

"Apa golongan darahnya?"

"O."

Seorang perawat ke luar dari ruangan tempat Kafka ditangani. "Bagaimana? Apa kalian sudah mendapatkan kantung darahnya?"

"Bank darah lagi kehabisan stok darah O, Sus," jawab George.

"Ambil darah saya aja, Sus." Khanza mengajukan diri sebagai relawan, menyodorkan lengannya kepada sang perawat.

"Lo yakin, Mel?" tanya Dion tak yakin seekaligus khawatir.

"Demi Kafka, Dion. Keselamatan dia nomer satu sekarang."

"Golongan darah Saudari ini apa?" tanya perawat wanita tersebut.

"Sama seperti Kafka, Sus. O."

"Baik, kalau begitu mari ikut saya."

Sebelah Kos MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang