duapuluhdua.

571 87 15
                                    




content warning:

cheating, gaslighting, playing victim, red flag, nsfw
















Hari sudah semakin larut, namun tidak ada tanda-tanda untuk segera menutup mata dari seorang Kim Jongin. Rasa kantuk sudah hinggap dalam diri, namun entah apa yang mendorong dirinya untuk tetap membuka mata.

Helaan nafas berhembus begitu saja. Mata sayunya menatap langit kamar menerawang. Sedang sebelah tangan ia gunakan untuk mengelus perutnya yang mulai menonjol.

Keinginannya sedari tadi seolah enggan untuk pergi. Ingin dituruti namun terlalu sulit. Entah mengapa ia sangat ingin sekali perutnya dielus oleh Sehun.

Sesuatu yang saat ini paling mustahil untuk dilakukan. Jangankan untuk mengelus perut, bertemu saja Jongin sedang tidak ingin.

Rasanya masih terekam jelas bagaimana tangan besar itu mengelus perutnya dengan lembut. Saat itu, tentu Sehun belum mengetahui kehamilannya. Namun entah mengapa rasa hangat menyelimuti hati Jongin kala itu.

Sementara di tempat lain, Sehun juga sedang berbaring di kasur yang selalu ia tempati bersama si kekasih. Menatap lama langit kamar, menerawangnya tanpa berkedip.

Kalau saja ia mengetahui lebih awal kehamilan Jongin, mungkin saat ini ia tidak akan merasakan yang namanya kehilangan. Mungkin, saat ini keduanya tengah berpelukan mesra sambil membicarakan hal-hal yang membuat keduanya semakin erat sama seperti dulu.

Atau, kalau saja Sehun menceraikan istrinya lebih cepat, mungkin sekarang ia dan Jongin tengah menanti janin itu lahir.

Sehun berdecak kesal. Memutuskan untuk merubah posisi berbaringnya menjadi menyamping. Menatap lamat sisian kasur yang biasa ditiduri oleh si terkasih menjadi kosong.

Kembali teringat saat terakhir kali ia bertemu dengan Jongin, wajah pria itu begitu pucat dan terlihat lemas. Ingatannya terputar kembali. Sial, malam sebelum ia menemukan si tan yang nampak terlihat sakit, Sehun memaksanya untuk bersetubuh. Ia juga masih ingat kalimat menyakitkan yang keluar dari mulutnya.

Otomatis ia mendudukkan diri. Hatinya berdebar begitu cepat. Apa mungkin kondisi Jongin tempo lalu disebabkan oleh dirinya?

Segera Sehun membuka ponselnya, menelpon kembali nomor Jongin yang sebenarnya ia yakini tidak dapat dihubungi. Sebab, Jongin sudah memblokir nomornya. Pun dengan semua sosial media yang diketahui.

Ia mencoba untuk menelpon menggunakan nomor lain. Hasilnya tetap sama. Artinya, Jongin sudah menonaktifkan ponsel atau yang lebih parah membuang kartu tersebut.

Tentu ia tidak menyerah begitu saja. Sehun mencoba menghubungi nomor Taeyong— meski sudah larut– yang ia dapati dari Johnny. Namun kembali ia harus menelan salivanya pahit-pahit karena sepertinya pemuda itu langsung memblokir nomornya.

Sehun memejamkan matanya. Mungkin besok ia akan mencoba menemui Taeyong atau pergi ke rumah keluarga Kim.

***

"Sehun."

"Ayah?"

"Aku ingin bicara denganmu."

Ketegangan mulai melingkupi diri Sehun. Gugup ia rasakan. Menimang apa yang akan ayahnya bicarakan. Jika dilihat dari air mukanya, Siwon seperti akan membicarakan hal serius. Tentu hal itu tidak akan jauh dari masalah kemarin.

cheating, hunkai.Where stories live. Discover now