Apa yang Reynart katakan ada benarnya, namun Cila tak bisa memutuskan segalanya sendiri. Dia harus berbicara dengan ibunya.

"Mengenai ibumu, aku akan bantu bicara. Aku akan memberinya pengertian terbaik," kata Reynart yang sekali lagi mencoba meyakinkan mate nya. Cila hanya diam dan tak memberi jawaban pasti. "Mungkin kamu tidak akan mengetahui ini, Cila," ucap Reynart tiba-tiba dengan pandangan serius. "Feeling seorang wizard jangan pernah diragukan. Dan perasaanku mengatakan jika kamu harus aku jaga karena akan ada bahaya di sekitarmu. Untuk itu percayalah padaku."

"Rey ... aku percaya padamu. Aku percaya pada mate ku. Tapi untuk pindah rumah aku tetap harus berbicara kepada ibu. Kalau kamu ingin membantuku untuk berbicara kepada ibu, aku akan dengan senang hati menerimanya."

"Baiklah, sepulang dari sini mari kita langsung bicara. Jika ibumu mengijinkan, kalian bisa pindah mulai besok."

Cila mengangguk setuju. "Tapi ... ada yang mengganggu pikiranku sejak tadi. Ini mengenai perkataanmu terkahir kali kepada pria itu. Kaum. Apa maksudmu dengan mengatakan kaum?" tanya Reynart.

Cila terdiam sejenak. Lalu dia pun menggeleng. "Aku tidak tau. Tapi yang jelas sebelum pingsan tadi Clif mengatakan kepadaku jika dia melakukan ini untuk kaumnya. Entah apa maksudnya," jawab Cila. Reynart terdiam, dia semakin curiga dengan pria itu.

***

"Cila. Kamu dicari Ele di rooftop kantor," ucap salah satu karyawan yang tidak Cila kenal.

Belum sempat wanita ini bertanya lebih, karyawan itu sudah pergi begitu saja. Cila mengedikkan bahunya dan mulai berjalan ke arah lift. Ini adalah jam makan siang. Dia tidak ada janji makan siang bersama Reynart karena pria itu katanya sedang sibuk sekali untuk menyelesaikan pekerjaan. Tadinya Cila berniat untuk membelikan makanan untuk Reynart, namun setelah mendapat kabar jika Ele mencarinya, Cila pun merubah tujuannya lebih dulu.

Pintu lift terbuka ke lantai bagian atas. Dia pun berjalan ke arah tangga yang langsung mengarah ke arah rooftop kantor. Sebenarnya ada rasa keanehan di benak wanita ini karena tak biasanya Ele memintanya bertemu di rooftop, biasanya juga mereka bertemu di dapur.

Cila membuka sebuah pintu yang ia yakini adalah menuju ke arah rooftop. Dibukanya pintu itu, dia pun keluar dan tak lupa menutupnya lagi. Sembari berjalan pelan, dia mencoba mencari sosok Ele yang belum terlihat di area itu.

"ELE," teriak Cila sedikit nyaring di mana suaranya bertabrakan dengan angin yang cukup kencang. Beberapa rambutnya juga tampak berterbangan tak karuan di sana. Sebenarnya apa tujuan Ele mengajaknya ke sini?

Karena tak menemukan temannya itu, Cila berniat untuk menghubungi Ele, namun setelah dia merogoh saku celananya, ternyata ia lupa membawa ponsel. Sial. Cila berniat untuk kembali saja ke bawah karena anginnya terlalu kencang. Namun tiba-tiba saja ia berhenti melangkah setelah melihat seorang wanita memblokir pintu yang menuju ke arah rooftop tadi.

"Nona Flora?" lirih Cila.

Flora berjalan dengan angkuh menghampiri Cila di sana. Sembari dengan tangan bersedekap, wanita ini melemparkan uang ke wajah Cila. Cila pun dibuat terkejut karena tiba-tiba mendapat perlakuan seperti ini.

"Apa mak—"

"Itu bayaran pengganti untukmu," potong Flora dengan cepat. Namun Cila tak mengerti dengan apa yang wanita ini katakan. "Aku mengganti bayaran yang kau terima dari Pak Reynart. Jika kurang, kau bisa memintanya lagi padaku. Aku akan berikan hingga sepuluh kali lipat dari setiap malam yang kau habiskan bersamanya."

Cila meloto, tangannya sedikit terkepal, hatinya benar-benar tersinggung. Ternyata Flora masih saja mengira jika Cila menggoda Reynart.

"Non Flora. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Anda, alangkah jauh lebih baik jika Anda berhenti berpikiran buruk mengenai saya. Sudah berkali-kali saya katakan dengan jelas jika saya tidak pernah menggoda apalagi melakukan hal yang ada di pikiran Anda. Jika Anda ingin membayar saya, bayar sesuai dengan keahlian yang saya miliki. Tapi sangat disayangkan, saya sudah berkerja di kantor ini, tanggung jawab saya hanya ada pada kantor ini."

Flora tertawa ketika mendengar perkataan Cila. Wanita ini mengitari tubuh Cila, dia benar-benar mulai muak dengan sosok Cila yang selalu mengambil perhatian Reynart. Bahkan beberapa hari lalu Flora sempat terkena teguran karena ia yang sempat melabrak Cila lagi. Namun hari ini dia sudah memastikan jika Reynart pasti tak tahu apa yang akan ia lakukan kepada Cila karena Flora sudah memastikan pria itu sibuk dengan pekerjaan.

"Aku penasaran, sebenarnya apa yang kau pakai? Kenapa Pak Reynart begitu memilihmu? Bahkan dia menolak Nona Mawar. Kau benar-benar bisa menyingkirkan semua orang dengan begitu mudah."

Cila mengembuskan napsa lelah, sudah capek mendengar tuduhan tak berdasar yang selalu ditujukan kepada dirinya ini.

"Begini, Nona. Terserah apa yang Anda pikirkan. Tapi saya sudah mengambil kesimpulan bila seberapa keras saya menjelaskan, Anda tetap tidak akan percaya. Untuk itu sekarang saya sudah tak peduli dengan fitnah apa yang akan Anda sebarkan."

Setelah mengatakan itu, Cila pun menuju ke arah pintu untuk keluar dari tempat ini. Menurutnya tak ada gunanya dia berada di sini. Segala hal yang Flora katakan hanya bisa membuatnya naik darah. Akan tetapi Cila pun mulai sadar sesuatu jika pintu itu sudah Flora kunci. Cila berbalik, Flora memperlihatkan sebuah kunci di tangannya dengan senyum kemenangan di sana.

Cila berjalan mendekati Flora. "Berikan kuncinya," kata wanita ini sembari menengadahkan telapan tangannya. Bukannya diberikan, Flora malah mengantongi kunci itu. Cila sekali lagi harus bersabar. Cepat atau lambat Flora pasti akan membuka pintu itu karena mereka harus kembali ke ruangan masing-masing.

"Urusan kita belum selesai. Ada banyak hal lagi yang ingin aku katakan dan lakukan padamu."

"Urusan apa lagi? Urusan kita sudah selesai, sayalah yang memilih untuk menyelesaikan ini," sahut Cila.

"Apa kau tau berapa lama aku menunggu Pak Reynart?"

Cila memutar bola matanya malas, dia sama sekali tak peduli dengan waktu yang Flora habiskan untuk bisa mendapatkan sosok Reynart. Cila tak habis pikir bila mate nya memiliki seorang pengagum yang sedikit berlebihan seperti ini.

"Saya tidak tau dan saja juga tidak peduli akan hal itu. Jika mengenai perasaan hati, kenapa Anda tidak tanyakan saja kepada Pak Reynart? Saya sama sekali tidak memiliki urusan akan hal itu. Urusan saya di sini hanya bekerja."

"Bekerja untuk memuaskan Pak Reynart dan Pak Elijah maksudmu?"

PLAK.

MATE TERAKHIR✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt